Pengemudi Ojol di Tangerang Mengeluhkan Pemotongan Tarif yang Terus Meningkat

TANGERANG - Para pengemudi ojek online (ojol) yang beroperasi di kawasan Babakan, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang, menyebut pemotongan tarif dari aplikasi ojol yang terus meningkat, sangat tidak adil dan merugikan.
Mereka menilai pemotongan tarif yang kian melonjak ini semakin menekan penghasilan para mitra pengemudi. Beban kerja yang diterima pun tak sebanding dengan pendapatan yang didapatkan.
Salah satu pengemudi ojol, Muhammad Gunardi, mengatakan bahwa potongan yang dikenakan oleh perusahaan aplikasi ojol sudah melampaui batas wajar dan merugikan mitra pengemudi ojol yang menjadi ujung tombak layanan ini.
"Sejak waktu itu yang katanya bakalan dapat THR (Tunjangan Hari Raya) tapi ujung-ujungnya dapat BHR (Bantuan Hari Raya), dari sana pelan-pelan naik terus, makanya nanti akhir bulan katanya mau demo lagi di Jakarta, setidaknya sudah kena potong tarif tapi kita bisa jadi mitra dulu, karena kita dianggapnya kayak gak penting gitu, makin lama dipotongnya makin besar," ucap Gunardi, Jumat (09/05/2025).
Pemotongan tarif ini juga dapat berangsur-angsur meningkat hingga angka lebih dari 25% dari total hasil pendapatan para pengemudi ojol.
"Setiap kita dapat order ya, itu ada tiga potongan tarif, biaya aplikasi, jasa pelayanan, sama satu lagi saya lupa, misalnya kayak saya antar ke Cisauk, kena Rp75.000, nanti habis kena potongan jadi Rp50.000, makanya kadang kalau ada yang baik, saya minta cancel saja, bayar langsung di tempat biar gak kena potong brutal begitu," ujarnya.
Para pengemudi ojol pun berharap adanya transparansi keuangan dari perusahaan serta perhatian dari pemerintah terkait isu ini, khususnya mengenai hak-hak perlindungan pengemudi ojol sebagai bagian dari ekosistem transportasi digital yang terus berkembang.
"Intinya kita harus berhasil pindah dari mitra ke karyawan dulu, baru bisa kita tuntaskan masalah pemotongan tarif, kalau gak sampai mati kita ngeluh juga gak bakalan ada perubahan, tiap kali ada order pasti ada biaya ini biaya itu, tapi gak jelas, gak ada penjelasan jelas juga dari aplikator, sudah gak waras kalau potongnya sebesar itu," tuturnya.
Yayan Simalungun, pengemudi ojol lainnya, juga menyampaikan keluhan yang serupa, ia merasa kalau hak-hak mitra pengemudi ojol selalu diabaikan dan hanya merupakan formalitas yang disematkan oleh perusahaan aplikasi ojol.
"Sebenarnya kalau yang saya lihat, ojol-ojol di Tangerang ini sudah sangat sabar, tidak seanarkis ojol di daerah lain karena kita sadar selagi masih dicap sebagai mitra ya gak bakalan ada perubahan, sekarang sehari cari Rp100.000 bersih saja susah, belum lagi kena potong tarif, duitnya buat aplikator," jelas Yayan.
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 20 jam yang lalu
Galeri | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu