Sekolah Kepemimpinan Prabowo Subianto

JAKARTA - Hari Kamis besok, 19 Juni 2025, pertemuan puncak Rusia-Indonesia akan dimulai di Kota St. Petersburg. Bertepatan dengan peristiwa penting dalam hubungan kedua negara, Institut Studi Oriental dari Akademi llmu Pengetahuan Rusia dan Portal llmiah dan Analisis “The Oriental Tribune”, telah menjadwalkan penerbitan sebuah Memoar Prabowo Subianto berjilid dua.
Penerbitan Memoar dalam bahasa Rusia tersebut, akan dilakukan oleh Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto-seorang jenderal, politikus, dengan cara pemikiran yang orisinil. Serta presiden negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia. Negara dengan sejarah yang rumit, namun gemilang, Indonesia adalah salah satu negara yang berpengaruh dan berwibawa besar di kawasan dan kancah internasional.
Prabowo menulis buku “Kepemimpinan Militer” saat beliau menjabat sebagai Menteri Pertahanan Republik Indonesia, yang kami persembahkan dalam versi bahasa Rusia.
Apa yang unik dalam buku berjilid dua ini? Pertama-tama, sangat sulit mendefinisikan genrenya, karena narasinya memang orisinil. Jilid pertama menceritakan tentang orang, kebanyakan dari kalangan militer, yang penulis kenal selama perjalanan hidupnya. Sifat-sifat mereka menjadi contoh bagi beliau baik selama berdinas di militer maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Prabowo Subianto menceritakan tentang kebaikan seniornya atau rekan-rekannya, maupun anggota militer yang jauh lebih junior. Buku Memoar tersebut, tak hanya mengisahkan peristiwa-peristiwa saja. Tetapi juga tentang berbagai tokoh dan norma perilakunya. Bahasa yang digunakan penulis sangat sederhana dan mudah dibaca, tidak menyesatkan pembaca.
Prabowo Subianto menggambarkan banyak episode sejarah Indonesia kuno dan modern yang belum diketahui oleh masyarakat umum. Saya sendiri telah bertugas sebagai Duta Besar Federasi Rusia untuk Republik Indonesia dan ASEAN di Jakarta selama 11 tahun dan meneliti sejarah Indonesia serta riwayat hidup warga negara Indonesia yang tersohor.
Namun, saya menemukan banyak informasi baru dan menarik dalam buku ini.
Bukan hanya mengenai pahlawan Indonesia seperti Kartanegara, Gajah Mada, Pangeran Diponegoro, Soekarno, Jenderal Soedirman, maupun pengalaman militer Prabowo Subianto sendiri. Namun, dari buku tersebut, saya juga mendapat informasi bahwa beliau ikut serta dalam operasi militer di Timor-Leste, Provinsi Papua dan Aceh, menjalani dinas militer mulai dari Letnan sampai Letnan Jenderal, menjadi Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (KOPASSUS), Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (KOSTRAD) dan Menteri Pertahanan Republik Indonesia.
Setelah pensiun dari TNI, Prabowo Subianto dan beberapa rekannya terjun ke dunia politik, meski mereka masuk ke kubu berbeda. Namun, beliau menghindari mengucapkan meski satu kata pun yang kurang baik mengenai siapa pun rekan militer yang menjadi oponen politiknya. Sebaliknya, beliau menggarisbawahi kualitas mereka yang harus diteladani oleh generasi muda.
Sedangkan jilid dua buku tersebut berisi tentang pikiran penulis mengenai sikap-sikap kepemimpinan dan kualitas tokoh ulung yang tinggal di berbagai negara dunia dalam masa berbeda-beda. Tentu penulis tidak mengenal secara pribadi kebanyakan orang tersebut, tetapi membaca banyak tentang mereka.
Namun, sangat jelas Prabowo Subianto merupakan seorang pembaca yang teliti dan seksama, yang mencermati nuansa perilaku pemimpin terkenal yang bisa menjadi teladan bagi generasi muda.
Dalam cerita-cerita ringkas mengenai hidup tokoh sejarah, penulis mengutamakan sifat-sifat dan ciri-ciri karakter, bahkan cara dan tindakan mereka yang beliau kagumi.
Menurut beliau, dengan sifat-sifat tersebut, akhirnya membuat mereka menjadi para pemimpin luar biasa. Di antara mereka adalah Gaius Julius Caesar, Aleksander Agung, Sun Tzu, Salahuddin Al Ayubi, Jenghis Khan, Toyotomi Hideyoshi, George Washington, Simon Bolivar, Zhu De, Emiliano Zapata, Nelson Mandela, Vo Nguyen Giap dan lainnya. Penulis tentu juga tidak mengabaikan tokoh Rusia seperti Mikhail I. Kutuzov, Georgy K. Zhukov, dan Konstantin K. Rokossovsky.
Perbandingan sifat kepemimpinan dari banyak orang terkenal yang hidup dalam periode sejarah berbeda-beda adalah bagaimana teknik sang penulis yang menarik dan sangat istimewa. Pendekatan itu memungkinkan untuk mengevaluasi karakter dan tindakan pemimpin tersebut, maupun memakai pengalaman mereka pada saat-saat kritis dan sulit dalam kehidupan.
Prabowo Subianto menggarisbawahi bahwa beliau menulis buku ini terutama ditujukan untuk generasi muda. Menurut beliau, hal itu sangat penting bagi masa depan bangsa, bahwa pendidikan orang muda berpedoman pada contoh pemimpin real, bukan fiksi.
Dalam buku ini, penulis bercerita mengenai pahlawan Indonesia dan tokoh negara asing tersohor yang hidup sejak zaman kuno hingga pertengahan abad ke-20, dengan kenangan pribadi Prabowo tentang rekan-rekan beliau yang hebat, yang beliau pernah kenal dalam perjalanan hidupnya. Paduan ini mendekatkan para pembaca dengan para tokoh berprestasi ini, supaya mereka tidak dianggap sebagai legenda di luar jangkauan kaum generasi muda.
Yang juga menarik, Prabowo sering merujuk pada kearifan rakyat dalam peribahasa Jawa. Yaitu “Rame ing gawe, sepi ing pamrih”. Yang artinya, “Berbuatlah banyak pengabdian, jangan menuntut pamrih.” Atau bisa juga diartikan, “Berbuatlah untuk rakyat dan negara, tidak untuk diri sendiri.”
Ide utama buku Prabowo ini adalah tema “Angkatan ‘45” — begitulah beliau namakan pejuang-pejuang kemerdekaan Indonesia. Beliau lahir pada 1951, sepuluh bulan setelah Belanda mengakui kedaulatan Indonesia. Dua pamannya bahkan gugur dalam pertempuran melawan pasukan Jepang pada Januari 1946. Kakek dan ayahnya, juga adalah tokoh-tokoh hebat dari “Angkatan ‘45”.
Sejak kecil, beliau telah menyerap “Semangat ‘45” seperti yang dijelaskan dalam bukunya, yang berarti “semangat untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang merdeka, terhormat, adil, rakyatnya makmur, bahagia, dan sejajar dengan bangsa-bangsa lainnya”.
Saat kecil, beliau meminta orang tuanya untuk membuat seragam militer dan beliau menjadi satu-satunya anak yang selalu berpakaian polisi atau tentara di sekolah. Tentu saja pendidikan tersebut mempengaruhi karakter dan pandangan Prabowo. Sejak kecil, beliau dididik untuk menolak kolonialisme.
Beliau mengenang, ketika masih perwira, bersama anak buahnya menemukan prasasti di salah satu kolam renang di Jakarta dengan tulisan dalam bahasa Belanda “anjing dan pribumi dilarang masuk”. Tak kuasa menahan amarah, beliau menulis bahwa penjajah lebih memprioritaskan anjing dibandingkan orang pribumi Indonesia.
Waktu bertugas di Jakarta, saya sempat bertemu dan berbincang dengan Prabowo saat beliau menjabat sebagai Menteri Pertahanan Republik Indonesia. Saat itu, saya terkesan terutama dengan pengetahuannya yang luas, kecerdasan dan patriotisme yang kuat, serta kebanggaannya pada Tanah Air.
Rasa cinta terhadap Indonesia dan keinginan untuk membuat rakyatnya lebih bahagia adalah inti buku Prabowo yang luar biasa ini. Dengan rasa cintanya yang murni kepada Tanah Air, beliau menulis kalimat berikut: “Sifat hati bangsa kita dari semua suku adalah bersahabat... Semua orang di dunia melihat rakyat Indonesia itu murah senyum walaupun dia miskin, bajunya hanya satu, rumahnya reyot dan hanya gedek, tapi masih bisa senyum. Luar biasa Indonesia. Ini yang membuat saya terharu.” Saya ingin menambahkan, bahwa ciri khas orang Indonesia tersebut menyentuh hati setiap orang yang mengenal lebih dalam negara ini dan rakyatnya.
Bagi pembaca Rusia, terutama yang berminat meneliti Indonesia, buku ini akan menarik dalam banyak aspek, dan beberapa dari aspek itu sudah disebutkan di atas. Itu pasti sangat bermakna dan berarti besar bagi kami di Rusia bahwa penulis, yang tulus mengungkapkan pandangannya, adalah Presiden Indonesia — negara sahabat kami. Rusia dan Indonesia terikat erat, menjalin hubungan bilateral yang gemilang sejak perjuangan rakyat negara atas kemerdekaan.
Orang Indonesia juga sangat berterima kasih dan mengingat bantuan serta dukungan yang diberikan oleh negara kami dalam perjalanan menuju kemerdekaan dan dalam tahun-tahun sulit setelah mendapatkan kedaulatan.
Sekarang, hubungan antara kedua negara kita berkembang secara dinamis. Kita secara aktif bekerja sama dalam format bilateral maupun multilateral. Termasuk mekanisme ASEAN-sentris, G-20, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dan lain-lain.
Persahabatan bangsa kita tetap kuat karena berdasarkan pada ketulusan, rasa saling hormat, simpati timbal balik, dan filosofi kesetaraan di dunia multipolar, tanpa mendikte dan memaksakan nilai-nilai kita kepada siapa pun.
Saya berharap, pada masa jabatan Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto, akan dapat menunjukkan gaya kepemimpinan luhur yang beliau gambarkan dalam bukunya. Dan publikasi karyanya di Rusia akan mendorong orang Rusia dan Indonesia mempelajari lebih mendalam tentang sejarah, pahlawan dan tradisi bangsa-bangsa kita. Serta memperkuat kerja sama dan persahabatan antara Rusia dan Indonesia. ■
Oleh: Alexander Ivanov, (Penulis adalah Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Federasi Rusia untuk Indonesia 2007-2012, Duta Besar Federasi Rusia untuk ASEAN di Jakarta 2017-2023, Anggota Dewan Pakar Portal ilmiah dan analisis “The Oriental Tribune”).
Pos Banten | 5 jam yang lalu
Galeri | 1 hari yang lalu
Pos Tangerang | 1 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
TangselCity | 20 jam yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu