BPOM Banten Minta Pelajar Waspada Jajanan Di Sekolah
Berpotensi Mengandung Zat Kimia Berbahaya

PANDEGLANG - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Provinsi Banten mengingatkan para pelajar di Kabupaten Pandeglang untuk lebih waspada terhadap jajanan sekolah yang berpotensi mengandung zat kimia berbahaya. Meski secara umum tren temuan makanan mengandung bahan berbahaya cenderung menurun, BPOM menilai kewaspadaan tetap harus dijaga, terutama di lingkungan sekolah.
Langkah ini diambil sebagai upaya pencegahan terhadap konsumsi makanan yang mengandung zat kimia berbahaya seperti formalin, boraks, dan pewarna tekstil. Selain menyasar pelajar, BPOM juga mengajak pelaku usaha makanan untuk tidak menggunakan bahan-bahan yang dilarang.
Kepala BPOM Banten, Mojaza Sirait mengatakan, pihaknya terus mendorong peningkatan kesadaran pelajar dalam memilih jajanan yang sehat dan aman dikonsumsi.
“Kita minta agar jajanan yang dikonsumsi itu higienis, sehat, dan tidak menggunakan bahan berbahaya. Kita harus belajar dari kasus-kasus sebelumnya,” kata Mojaza Sirait saat kunjungan kerja di Kabupaten Pandeglang, Selasa (8/7/2025).
Mojaza mencontohkan, kasus produksi cincau yang mengandung zat kimia berbahaya dan saat ini masih dalam proses hukum. Ia menyebut tren temuan makanan berbahan kimia ilegal memang menurun, tapi tetap perlu diwaspadai. “Para pelaku usaha ayolah jangan gunakan bahan dilarang. Dan untuk anak-anak sekolah, jadilah konsumen yang cerdas,” tegasnya.
Para pelajar disarankan, harus memperhatikan kebersihan makanan, kebersihan penjual, hingga kebersihan tempat penyajian makanan. Jangan memilih jajanan dari pedagang yang tampak kotor atau gerobaknya dikerumuni lalat.
BPOM Banten juga memiliki sejumlah program edukasi yang menyasar sekolah, seperti Program Pengawalan Jajanan Anak Sekolah yang saat ini rutin dilaksanakan di Kota Serang, dan bergilir ke daerah lain setiap tahun.
“Tahun lalu kami lakukan di Lebak, sebelumnya di Cilegon. Ini program prioritas nasional. Kami bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk edukasi makanan sehat di sekolah,” katanya.
Tak hanya itu, BPOM juga menjalankan Program Sainji (Smart, Healthy, Energetic), yang fokus pada edukasi pemilihan makanan dan bahaya penyalahgunaan obat-obatan.
“Kita juga edukasi agar siswa tidak terjebak penyalahgunaan obat. Ada permen-permen yang ternyata disalahgunakan, itu kita bantu uji bersama kepolisian,” tambahnya.
BPOM bahkan membentuk kader keamanan pangan di sekolah, termasuk menggandeng anggota pramuka sebagai agen perubahan. “Harapannya mereka jadi perpanjangan tangan kami untuk menjaga keamanan pangan di lingkungan sekolah,” imbuhnya.
Kekhawatiran soal keamanan jajanan sekolah tak hanya datang dari pemerintah, tapi juga dari orangtua murid. Salah satunya wali murid di salah satu sekolah dasar di Kabupaten Pandeglang, Eka mengaku, cemas anaknya mengonsumsi makanan yang mengandung zat berbahaya seperti formalin, boraks, atau pewarna tekstil.
“Saya khawatir jajanan di sekolah itu nggak semuanya aman, kadang warnanya mencolok banget, takutnya pakai pewarna tekstil atau bahan yang nggak seharusnya,” katanya.
Eka berharap pihak sekolah dan pemerintah lebih ketat mengawasi kantin sekolah serta pedagang di sekitar lingkungan belajar anak-anak. “Anak-anak kan belum ngerti mana yang aman, mana yang nggak. Kalau bisa sekolah juga bantu awasi, jangan sampai ada jajanan yang bisa ganggu kesehatan,” harapnya.
Ia pun mengapresiasi langkah BPOM Banten yang turun langsung ke sekolah untuk memberikan edukasi kepada pelajar soal pentingnya memilih jajanan sehat dan aman. “Edukasi itu penting banget. Anak-anak jadi tahu kalau makanan yang enak belum tentu aman. Minimal mereka bisa lebih hati-hati,” tandasnya.(*)
Galeri | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Opini | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
TangselCity | 19 jam yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Galeri | 1 hari yang lalu
Galeri | 1 hari yang lalu