Batik Benda, Fashion yang Lahir dari Inspirasi Kearifan Lokal
TANGERANG - Kecamatan Benda, Kota Tangerang adalah gerbang Indonesia. Bagaimana tidak, wilayah inilah salah satu kecamatan yang berbatasan langsung dengan Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Menyadari hal ini, pelaku UMKM di Kecamatan Benda akhirnya bertekad mengangkat kearifan lokal. Salah satunya melalui kerajinan batik khas Benda. Adalah Dewi Djaelani yang memiliki produk kerajinan kain batik Benda.
Dipilihnya batik oleh Dewi bertujuan mengangkat kearifan dan potensi lokal tempat tinggalnya. Dewi mengungkapkan, kehadiran Bandara Soekarno-Hatta mendorongnya berperan lebih agar tak hanya menjadi penonton di kampung sendiri.
Niat tersebut sejalan dengan keinginan mengangkat produk unggulan dari UMKM Kecamatan Benda dengan sesuatu yang unik sekaligus dapat memperkenalkan wilayah tempat kelahirannya.
“Awalnya cari tau asal-usul nama Benda ternyata berasal dari nama pohon, dulunya Benda merupakan hutan, ternyata enggak bisa dikonsumsi. Lalu bagaimana caranya kita dapat memanfaatkan nama Benda, akhirnya tercetuslah membuat batik dengan motif daun benda,” ujar Dewi, belum lama ini.
Dia mengungkapkan, memilih batik sebagai media untuk memperkenalkan Benda dikarenakan batik merupakan warisan budaya Indonesia yang sudah ditetapkan oleh UNESCO. Oleh karenanya, menjadi tugas bersama melestarikan batik dengan kearifan lokal masing-masing wilayah melalui corak dan motif khas Benda.
“Saya desain sendiri motif batik daun benda dimulai tahun 2015-2016, saat itu telah dipatenkan dengan nama batik Bujug Buneng, namun seiring perjalanan waktu agar nama batik dapat diterima luas di berbagai pasar belakangan ini namanya berubah menjadi Batik Benda Tangerang dan sudah didaftarkan hak patennya,” ungkap Dewi yang mantan pegawai kantoran ini.
Dewi mengembangkan motif batik Benda dengan mengombinasikan motif daun benda dan ikon-ikon Kota Tangerang seperti Bendungan Pintu Air 10, Sungai Cisadane dan lainnya.
Pakem awal batik Benda Tangerang memang motif daun benda seiring perjalanan waktu dan permintaan pasar lalu saya kombinasikan dengan ikon Kota Tangerang dan alhamdulilah diterima antusias oleh masyarakat,” ungkapnya.
Dewi mengungkapkan, produksi batik Benda Tangerang yang bekerjasama dengan perajin dari Jawa Tengah ini memiliki dua jenis yakni batik batik tulis dan batik cap. Setiap bulan Dewi menerima puluhan pesanan kain batik berbagai motif yang mayoritas berasal dari dalam Kota Tangerang.
Dewi memasarkan batik Benda Tangerang melalui media sosial dan e-commerce serta pameran produk UMKM yang diikutinya ke berbagai daerah. Selain itu Batik Benda Tangerang bersama dengan produk UMKM lainnya juga dapat ditemui di Galeri UMKM yang berada di Hotel Annara, Bandara Soekarno-Hatta.
Dewi yang juga Ketua Forum UMKM Kota Tangerang saat ini juga sedang menjajaki kerjasama dengan berbagai hotel yang ada di Kota Tangerang khususnya kawasan Bandara Soetta agar dapat menghadirkan galeri UMKM sehingga produk UMKM tak hanya batik benda Tangerang tetap produk unggulan dari 13 kecamatan dapat dipamerkan di galeri UMKM.
Sehingga kehadiran Bandara juga dapat memberikan dampak positif bagi warga Kota Tangerang,” ucapnya.
Dewi dengan produk Batik Benda Tangerang juga berhasil meraih UMKM Award 2022 yang diadakan oleh Disperindagkop-UKM Kota Tangerang. Batik Benda terpilih dengan kategori sebagai fashion the most unique produk.
“Saya menciptakan sebuah karya sederhana yang disebut kebaya Tangerang yakni pakaian perempuan atas bawah yang niatnya ingin membuat tren baju tradisional khas dari Kota Tangerang. Jadi saya ingin perempuan yang ada di kota yang bekerja pada hari tertentu dapat menggunakan kebaya Tangerang ini saya enggak klaim harus menggunakan batik Benda, saya hanya memberikan contoh dengan batik benda dapat membuat kebaya Tangerang,” ungkapnya.
Dewi mengungkapkan, kebaya Tangerang terinspirasi dari lingkungan sekitar yaitu di Bandara Soekarno-Hatta.
“Filosofi tetap mengambil dari yang ada di sekitar, contohnya seperti pramugari, saya ingin perempuan kota Tangerang terlihat anggun, elegan, modis dan modern dengan balutan kebaya Kota Tangerang. Kalau kebaya pasti ke brokat ini enggak tetapi berupa kebaya berbahan batik dimanapun belum ada baju daerah yang menggunakan batik,” katanya.
Dewi menambahkan, batik selama ini hanya pelengkap saja sehingga dengan hadirnya kebaya Tangerang dapat mendobrak sesuatu yang tradisional tetapi tidak melewati batasan tradisionalnya. “Tetap tradisional dari batiknya, dari kebayanya tetapi modelnya sudah modern,” ujarnya.
Dewi menyebut batik Benda Tangerang menjadi pelopor kemunculan motif batik khas Kota Tangerang yang berasal dari kecamatan lainnya. Banyak yang menciptakan motif batik artinya kreatifitas masyarakat meningkat sekaligus menunjukan Kota Tangerang memiliki banyak SDM kreatif.
“Sebenarnya sudah pernah ada batik khas Kota Tangerang cuma kendalanya ga terangkat, kalau bisa muncul motif-motif batik di setiap kecamatan sehingga memperkaya identitas Kota Tangerang untuk mengenalkan kota Tangerang ke masyarakat melalui batik,” ungkapnya. Selain memproduksi kain batik, Dewi juga menyediakan berbagai produk turunan dari batik berupa busana, tas, sepatu dan lainnya.
Dewi juga bekerjasama dengan krafter melalui Komunitas Forum UMKM untuk memanfaatkan kain batik menjadi berbagai produk seperti baju, tas, sepatu dan lainnya. “Pada akhirnya kita zero waste, kita saling berbagi informasi bahkan banyak krafter yang meminta kain sisa untuk dimanfaatkan menjadi berbagai produk,” katanya.
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pendidikan | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 10 jam yang lalu