Hari Keenam Evakuasi Ponpes Ambruk, 17 Meninggal, 104 Selamat, 46 Belum Diketemukan

JAWA TIMUR - Pencarian korban ambruknya bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Khoziny, Buduran, Sidoarjo, terus berlangsung. Hingga hari keenam, Sabtu (4/10/2205), dilaporkan 17 orang meninggal, 104 selamat, dan 46 masih hilang.
Meski cuaca cerah, evakuasi pencarian terhadap 48 korban yang diduga masih tertimbun direruntuhan bangunan, tidak mudah. Struktur bangunan yang masih tidak stabil memaksa tim bekerja ekstra hati-hati.
Alat berat digunakan secara terbatas untuk membuka jalur evakuasi. Ini dilakukan agar tidak menimbulkan getaran yang bisa membahayakan korban yang masih tertimbun, maupun anggota tim penyelamat.
Upaya ini membuahkan
hasil. Sekitar pukul 2 siang, Tim SAR kembali menemukan satu lagi korban di area tempat wudu. Korban ditemukan dalam kondisi meninggal. Jenazah kemudian dievakuasi ke Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya untuk proses identifikasi oleh tim DVI Polda Jatim.
Kepala Kantor SAR Surabaya, Nanang Sigit mengatakan, satu jenazah ditemukan di sektor A2 atau bagian depan reruntuhan. "Evakuasi jenazah korban oleh tim SAR gabungan dari sektor A2 pada Sabtu (4/10/2025) pukul 14.35 WIB," kata Nanang.
Sore hari, pukul 16.15, ditemukan lagi satu korban meninggal di lokasi yang sama : sektor A2. Jenazah korban kemudian langsung dibawa ke RS Bhayangkara Surabaya untuk diidentifikasi.
Satu jam kemudian, tepatnya pukul 17.33 WIB, petugas kembali menemukan korban di lokasi berbeda, sektor A1. Namun, jenazah korban yang ditemukan dalam kondisi tidak utuh. Hanya berupa potongan kaki kanan dari batas panggul sampai telapak kaki. Potongan tubuh itu langsung dibawa ke RS Bhayangkara Surabaya.
Nanang memastikan akan terus memperpanjang masa pencarian jika masih ada indikasi korban tersisa. Upaya evakuasi dijalankan dengan kombinasi teknik manual, alat bantu ringan, dan pembukaan jalur dengan alat berat secara selektif.
"Proses evakuasi masih terus berlangsung. Pembersihan puing difokuskan ke sisi utara pada bagian yang tidak terintegrasi dengan struktur utama," ungkap Nanang.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen (Purn) Suharyanto menegaskan, proses identifikasi korban runtuhnya bangunan Ponpes Al-Khoziny di Sidoarjo tidak bisa dilakukan secara instan.
Meski jenazah berhasil ditemukan, tahapan identifikasi tetap harus melewati prosedur forensik dan administrasi yang ketat. “Tidak serta-merta begitu ditemukan langsung disampaikan kepada keluarga. Ada prosedur yang harus diikuti,” ujar Suharyanto dalam konferensi pers, Sabtu (4/10/2025).
Ia menekankan langkah tersebut penting untuk menghindari kesalahan dalam penyampaian identitas korban. BNPB juga telah menjelaskan prosedur identifikasi ini kepada masyarakat dan orang tua santri yang terdampak.
Transparansi informasi menjadi bagian dari upaya menjaga kepercayaan publik. “Setiap korban akan diidentifikasi dengan benar sebelum diserahkan kepada pihak keluarga,” tegas Suharyanto.
Dari Jakarta, suara peringatan datang dari anggota Komisi V DPR RI, Sudjatmiko. Menurutnya, tragedi Al-Khoziny bukan semata musibah, tapi cermin lemahnya budaya konstruksi aman di Indonesia.
“Dalam teknik sipil, bangunan tidak boleh runtuh mendadak kalau perencanaannya sesuai standar. Ini artinya ada yang salah dari awal,” ujarnya tajam.
Miko-sapaannya menilai, penyebab utama bisa berasal dari banyak hal: perencanaan struktur yang lemah, penggunaan material di bawah standar, atau pengawasan yang minim. Ia juga menyoroti kondisi tanah di Sidoarjo yang tergolong lunak dan membutuhkan pondasi khusus.
“Tanah seperti ini wajib dikaji geotekniknya. Kalau tidak, bangunan bisa miring atau amblas bahkan sebelum waktunya," ujarnya.
Politisi PKB itu mendorong agar tragedi Al-Khoziny jadi momentum perbaikan menyeluruh. Pemerintah daerah dan asosiasi profesi sipil diminta menggelar audit teknis bangunan pesantren di seluruh Indonesia.
“Periksa pondasi, kolom, balok, hingga kualitas material. Jangan tunggu ambruk baru sibuk,” ucapnya.
Cerita Haru Korban Selamat
Hingga Sabtu (4/10/2025), dari jumlah korban selamat, 14 orang diketahui masih menjalani perawatan di rumah sakit. Sedangkan 89 orang telah diperbolehkan pulang dan satu orang dirujuk ke rumah sakit di Mojokerto.
Sejumlah pejabat berdatangan menjenguk para korban yang masih terbaring di rumah sakit. Mulai dari Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Menko Pemberdayaan Masyarakat Muhaimin Iskandar, Menteri Sosial Syaifullah Yusuf, hingga Senator dari Jawa Timur Lia Istifhama.
Ning Lia-sapaan Lia, membagikan pengalamannya saat menjenguk salah satu korban bernama Syailendra Haikal di RSUD R.T. Notopuro Sidoarjo. Santri berusia 13 tahun itu, videonya viral usai berhasil diselamatkan setelah 2 hari tertimbun puing-puing bangunan.
Ning Lia datang ditemani relawan LazisNU Care Jawa Timur dan orang tua Haikal, Abdul Hawi serta Dwi Ajeng. Saat berdiri di samping ranjang pasien itu, ia menatap lama wajah bocah yang jadi buah bibir se-Indonesia itu.
“Anak ini bukan cuma selamat. Dia diselamatkan untuk jadi pelajaran bagi kita semua,” kata anggota Komite II DPD RI itu.
Menurut cerita ibunda Haikal, di hari nahas itu, sang anak tengah berjamaah dengan temannya, Yusuf (16). Saat bangunan ambruk, keduanya terlempar dan tertimbun di tempat berbeda.
“Banyak yang mengira mereka bersebelahan. Ternyata jarak mereka beberapa meter,” ujar Lia.
Hari pertama tertimbun, Haikal haus luar biasa. Tenggorokannya kering, lidahnya mulai kelu. Saat itulah, entah dari mana, muncul sosok anak kecil membawa air minum.
“Kakak haus?” tanya sosok itu.
Haikal mengangguk, meneguk sedikit, lalu sosok itu menghilang. “Kita tak tahu apakah itu halusinasi atau pertolongan Allah,” kata Lia. “Tapi yang jelas, Haikal diberi kesempatan untuk hidup dan bersaksi. Itu mukjizat kecil yang mengetuk hati.”
Malam pertama di bawah reruntuhan, Haikal masih bisa mendengar suara sahabat-sahabatnya. Mereka saling bersahutan, mengajak shalat. Ia pun mengikuti.
“Haikal masih shalat di tengah puing,” tutur ibunya, Dwi Ajeng, dengan suara bergetar. “Bayangkan, di tengah kegelapan dan puing yang menindih, dia masih ingat shalat.”
Namun di hari kedua, tak ada lagi sahutan. Saat Haikal memanggil teman di sebelahnya, yang terdengar hanya hening. “Dia sadar, temannya sudah tiada,” kata Lia. “Kita yang dewasa mungkin tak akan sekuat dia.”
Bocah ini bukan cuma tabah. Ia juga cerdas.
Menurut ibunya, Haikal memilih diam selama tertimbun. “Dia bilang, kalau banyak bicara atau bergerak, energi cepat habis,” kisah Ajeng.
Ternyata, itu ia pelajari di pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS).
“Dia mengingat teori itu. Bayangkan, di situasi segenting itu, dia masih berpikir logis. Itu luar biasa,” ujar Lia kagum.
Hingga kemarin, Sabtu (4/20/2025), Haikal masih menjalani perawatan intensif. Dokter belum memastikan apakah kakinya bisa diselamatkan atau tidak. Tapi semangatnya tetap menyala.
“Dia ingin lanjut sekolah di SMPN 1 Probolinggo,” kata Lia. “Sudah kami bantu komunikasikan ke pihak sekolah. Insya Allah mereka menyambut baik.”
Tak hanya itu, Haikal juga punya cita-cita jadi tentara. “Dia bilang ingin menjaga negeri,” ucap Lia tersenyum. “Dan saya bilang padanya, dia sudah jadi tentara-tentara kesabaran.”
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Galeri | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu