Tangsel Memperkuat Pembangunan Permukiman
Perbaikan RUTLH, Pemulihan Pascabencana, hingga Penguatan PSU Berjalan Paralel pada 2025
SERPONG - Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang Selatan (Tangsel) melalui Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Pertanahan (Disperkimta) terus mengokohkan komitmen untuk menghadirkan lingkungan tinggal yang aman, sehat, dan layak bagi seluruh warga. Pada tahun anggaran 2025, tiga program besar dijalankan secara simultan: perbaikan Rumah Umum Tidak Layak Huni (RUTLH), pembangunan rumah bagi korban bencana, serta peningkatan prasarana, sarana, dan utilitas umum (PSU) di berbagai kawasan permukiman.
Ketiga program ini menjadi bagian dari strategi pemerintah untuk memastikan kualitas permukiman terus meningkat dan memberikan dampak langsung bagi masyarakat. Selain itu, sebagai fondasi kota untuk memastikan kualitas hidup warganya tidak hanya meningkat, tetapi juga terasa hingga ke level paling dasar: hunian yang layak dan lingkungan yang manusiawi.
Kepala Disperkimta, Aries Kurniawan, menyebut bahwa pembangunan permukiman adalah pembangunan yang paling intim dengan kehidupan warga.
“Rumah bukan hanya tempat tinggal. Ia adalah ruang tumbuh keluarga, tempat istirahat, tempat aman. Maka ketika pemerintah memperbaiki atau membangun sebuah rumah, yang sedang diperbaiki sesungguhnya adalah kualitas hidup dan martabat warganya,” tuturnya.
Dalam program RUTLH, pemerintah menetapkan target 388 unit pada tahun 2025. Program yang telah berjalan sejak 2012 ini kini mencatat total 2.901 rumah yang telah diperbaiki. Rumah-rumah yang dulunya rusak kini berubah menjadi bangunan yang kokoh dan sehat. Tidak jarang perubahan itu membawa dampak emosional bagi keluarga penerima.
Di Pondok Pucung, Kecamatan Pondok Aren, Yamin, salah satu warga penerima manfaat—menyampaikan ungkapan syukurnya setelah rumahnya selesai diperbaiki.
“Terima kasih kepada Wali Kota dan Wakil Wali Kota. Program bedah rumah ini sangat berguna dan bermanfaat. Rumah saya sekarang layak dihuni. Terima kasih atas bantuan dan upaya yang sudah diberikan. Program ini harus berlanjut,” ucapnya.
Kisah serupa datang dari Lengkong Karya, Serpong Utara. Suhaeni merasa rumah mereka kini benar-benar berubah.
“Terima kasih kepada staf kelurahan dan semua yang terlibat, terutama Wali Kota yang sudah membedah rumah kami. Mudah-mudahan programnya terus berlanjut dan bisa menjangkau warga lain seperti kami,” kata mereka.
Di sisi lain, ada warga yang melihat perubahan program ini bukan hanya dari sudut penerima manfaat, tetapi dari sudut bapak-bapak lingkungan yang menyaksikan program berjalan di wilayahnya. Budiman, Ketua RT 02/02 menyatakan hal serupa.
"Terima kasih kepada Wali Kota, Wakil Wali Kota, dan semua jajaran yang membantu program bedah rumah ini. Semoga terus berlanjut karena masih banyak warga yang membutuhkan,” ujarnya.
Cerita-cerita warga ini menjadi penanda bahwa program RUTLH bukan sekadar pekerjaan fisik; ia menciptakan perubahan nyata pada kehidupan sehari-hari.
Selain RUTLH, Disperkimta juga menjalankan pembangunan rumah bagi korban bencana. Pada tahun anggaran 2025, sembilan rumah dibangun melalui dua tahap. Lima rumah pada tahap pertama sudah selesai 100 persen, sementara empat rumah pada tahap kedua kini mendekati penyelesaian dengan progres sekitar 60 persen. Program ini didasarkan pada Peraturan Wali Kota Nomor 99 Tahun 2022 dan diarahkan untuk memulihkan kehidupan warga yang rumahnya rusak berat akibat bencana. Pemulihan seperti ini menjadi langkah penting agar warga tidak lagi tinggal di bangunan berbahaya dan dapat kembali menjalani aktivitas dengan tenang.

Program ketiga yang berjalan pada tahun 2025 adalah penguatan PSU yang dilakukan melalui pembangunan gapura lingkungan, balai warga, penataan kawasan perumahan, serta sarana prasarana penunjang lainnya. Pekerjaan ini berlangsung di berbagai kelurahan, termasuk Cilenggang, Ciater, Rawa Buntu, Pamulang Barat, Serpong, dan Jurangmangu Barat. Meskipun sering kali tidak terlihat secara langsung dari jalan besar, fasilitas-fasilitas ini menjadi struktur pendukung dari kehidupan warga sehari-hari—ruang komunal tempat masyarakat berkumpul, identitas kawasan, hingga penataan akses lingkungan yang membuat permukiman lebih tertib dan nyaman.
Aries menyebut bahwa ketiga program tersebut berjalan seperti tiga garis yang saling menguatkan. Perbaikan rumah membawa kenyamanan di dalam hunian, pembangunan rumah korban bencana mengembalikan rasa aman, dan pembangunan PSU memperbaiki lingkungan di sekitar warga.
"Ini adalah pembangunan yang menyatu dengan kehidupan masyarakat. Relatif senyap, tetapi dampaknya terasa sangat besar,” ujarnya.
Dengan berjalannya ketiga program ini sepanjang 2025, Tangerang Selatan menegaskan kembali cara pandangnya dalam membangun kota: bukan hanya dari pusat-pusat keramaian, tetapi dari rumah-rumah warganya, dari lingkungan yang mereka tempati setiap hari, dan dari keseharian yang ingin terus diperbaiki.
Olahraga | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 1 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 1 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu















