Setelah Beras, Pemerintah Bidik Swasembada Gula
JAKARTA - Setelah berhasil mencapai swasembada beras, Menteri Pertanian Amran Sulaiman kini membidik swasembada gula. Dia menargetkan, swasembada gula dapat tercapai pada tahun depan.
Amran mengatakan, pemerintah menargetkan produksi gula nasional mencapai 3 juta ton pada tahun depan. Langkah tersebut dinilai strategis untuk memperkuat swasembada gula, menekan impor, meningkatkan produktivitas tebu, serta memperkuat kemandirian pangan nasional.
Menurut Amran, saat ini produksi gula nasional telah mencapai 2,68 juta ton.
Dengan demikian, kebutuhan konsumsi nasional gula putih dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri,” katanya di Jakarta, Sabtu (27/12/2025).
Menurut dia, sesuai Proyeksi Neraca Pangan stok akhir tahun gula konsumsi 2025 diprediksi 1,437 juta ton. Dengan stok akhir tahun tersebut dapat memenuhi hampir 6 bulan lamanya untuk kebutuhan 2026. Kebutuhan gula konsumsi 2026 diperkirakan mencapai 2,836 juta ton.
“Dengan carry over stock dari 2025 sebesar 1,437 juta ton, Indonesia hanya butuh 1,399 juta ton lagi. Dengan target produksi gula konsumsi dalam negeri 2026 sebesar 3 juta ton dapat membuat neraca gula konsumsi surplus,” kata Amran.
Untuk mewujudkan target tersebut, Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan perluasan serta optimalisasi lahan tebu hingga 100 ribu hektare sebagai langkah strategis memperkuat produksi gula nasional. Sekitar 70 persen dari total perluasan lahan tersebut berada di Jawa Timur (Jatim).
Upaya ini dilakukan melalui sinergi lintas kementerian dan lembaga, pemerintah daerah, BUMN, serta dukungan aparat penegak hukum guna memastikan percepatan realisasi di lapangan.
Amran menargetkan Indonesia dapat menghentikan impor gula putih mulai tahun depan. Target tersebut akan dicapai melalui akselerasi pengembangan tebu secara masif, dengan Jatim sebagai wilayah kunci penopang produksi gula nasional.
Kalau Jawa Timur berhasil, nasional insya Allah tahun depan kita tidak akan impor gula putih. Karena lebih dari 50 persen kebun tebu nasional ada di Jawa Timur,” ungkapnya.
Saat ini, Kementan telah menggelar Rapat Koordinasi Percepatan Hilirisasi Perkebunan bersama Pemerintah Provinsi Jatim, BUMN perkebunan, dan jajaran terkait di Surabaya. “Ini akan kita kerjakan bertahap, mulai sekarang hingga Januari–Maret tahun depan,” kata Amran.
Selain perluasan lahan, Kementan juga menyiapkan dukungan sarana dan prasarana produksi. Khusus untuk wilayah Jatim, pemerintah akan menyalurkan bantuan alat dan mesin pertanian, termasuk minimal 100 unit traktor, dengan nilai mencapai ratusan miliar rupiah guna mempercepat peningkatan produktivitas tebu di tingkat petani.
Apabila target pengembangan tebu tersebut tercapai, produksi gula nasional diproyeksikan meningkat signifikan. “Kita tidak hanya berhenti impor gula putih, tetapi juga memperkuat kedaulatan pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani tebu,” tutur Amran.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa memastikan kesiapan daerahnya menyukseskan swasembada gula nasional melalui percepatan hilirisasi perkebunan tebu bersama Forum Koordinasi Pimpinan Daerah dan Menteri Pertanian Republik Indonesia.
Khofifah menilai koordinasi yang terbangun sangat kuat untuk memaksimalkan target hilirisasi perkebunan di Jatim. Selain itu, para bupati dan wali kota telah melakukan pemetaan perluasan lahan sesuai arahan Mentan.
Khofifah menegaskan, sinergi lintas daerah menjadi kunci perluasan lahan dan percepatan investasi perkebunan. Terlebih, Luas Tambah Tanam (LTT) Jatim mencapai 1,8 juta hektare atau tertinggi di Indonesia.
“Karena swasembada beras sudah terwujud, angka ini tidak boleh berkurang pada 2026. Jadi peruntukan-peruntukan seperti ini harus dipetakan dengan sangat hati-hati,” tegas Khofifah.
Anggota Komisi IV DPR Hindun Anisah mendukung rencana kebijakan swasembada gula pada 2026. Ia juga mengapresiasi rencana penghentian impor gula putih mulai awal tahun depan.
Menurut Hindun, Indonesia memiliki kemampuan dan kapasitas dalam pengelolaan gula konsumsi, dengan catatan target tersebut dikelola secara serius dan berkelanjutan.
“Swasembada gula konsumsi bukan hal yang mustahil. Ini bagian penting dari upaya mencapai ketahanan pangan nasional,” ujar politisi PKB tersebut.
Hindun juga mengapresiasi langkah Kementan yang mengakselerasi pengembangan tebu dengan menjadikan Jatim sebagai penopang utama produksi gula nasional. Mengingat, lebih dari 50 persen kebun tebu nasional berada di Jatim, sehingga capaian swasembada sangat ditentukan oleh keberhasilan di wilayah tersebut.
Namun demikian, ia menilai Jawa Tengah (Jateng) juga memiliki potensi besar untuk berkontribusi terhadap target swasembada gula konsumsi. Sejumlah pabrik gula dan sentra tebu di provinsi tersebut menunjukkan tren peningkatan produksi.
Hindun mencontohkan Pabrik Gula Rendeng di Kudus, Jateng, yang menargetkan produksi 20 ribu ton gula pada masa giling 2025 dengan durasi giling selama 140 hari. Target tersebut meningkat sekitar 20 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai sekitar 10 ribu ton.
TangselCity | 18 jam yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu


