Jempol Juga Harus Puasa
CIPUTAT - Puasa tidak hanya mengajarkan kita untuk menahan lapar dan halus. Lebih dari itu, puasa mengajarkan kita untuk menahan segala perbuatan buruk dan menggantinya dengan berbagai kebaikan. Segala bentuk perkataan kotor, jorok, iri dengki, harus, dan hoaks harus kita hindari selama puasa ini.
Dalam konteks dunia maya, selama ini kita dikenal sebagai masyarakat yang sangat cerewet. Apa saja dikomentari. Baik persoalan politik, keamanan, sosial, agama, maupun gaya hidup seseorang, tak pernah sepi dari komentar warganet.
Dari semua komentar itu, sebagian bernuansa negatif. Bahkan, ada beberapa yang nyinyir, kasar, dengan ditambahi fitnah, hoaks, dan ujaran kebencian. Padahal, sudah banyak warganet yang terjerat kasus hukum akibat menyebar hoaks dan fitnah tersebut. Namun, sebagian masih tetap tidak belajar dengan hal itu. Berbagai hoaks, fitnah, dan komentar nyinyir masih sering muncul.
Menjelang Pemilu 2024, hoaks dan fitnah ini diprediksi akan semakin menjamur. Para pelakunya bisa berasal dari pendukung fanatik kandidat calon tertentu, yang menyerang kandidat calon lain. Atau seseorang yang merasa sakit hati dengan calon tertentu.
Momentum puasa Ramadan ini diharapkan bisa mengikis semua bentuk-bentuk hoaks, fitnah, ujaran kebencian, dan lain-lain. Momentum Ramadan ini harus bisa kita manfaatkan tidak hanya untuk berpuasa dari lapar dan haus belaka. Jempol dan jari-jari kita juga harus ikut berpuasa. Berpuasa dari cuitan dan komentar-komentar negatif.
Sebab, apa artinya kita berpuasa jika masih mencaci maki. Apa artinya kita berpuasa jika masih menyebar hoaks. Kalau itu masih dilakukan, seperti yang disebutkan dalam Hadits Nabi, puasa kita hanya menghasilkan lapar dan dahaga, tidak ada nilai apa-apa.
Tentu, untuk melakukan puasa jempol ini, publik juga butuh bimbingan. Untuk itu, kita harapkan, para ulama, kiai, dai, dan mubaligh, untuk terus menggencarkan dakwah-dakwah yang menuntun umat agar mampu menjaga sebagai bentuk ucapan atau cuitan negatif.
Kita juga berharap, elite politik juga mampu memberikan contoh-contoh baik. Elite politik harus mampu menjadi teladan bagi para pendukungnya. Jangan lagi menghalalkan segala cara untuk meraih kekuasaan. Elite harus mampu mengedepankan politik hikmah, politik kebaikan, dan politik keberkahan.
Olahraga | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu