Memahami Makna Dan Hakekat Basmalah (2) Misteri Titik Di Bawah Huruf Ba
CIPUTAT - Misteri titik di bawah huruf ba memiliki pembahasan tersendiri di kalangan para teolog. Termasuk di dalam berbagai kitab Tafsir juga dibahas secara Panjang lebar. Menurut riwayat dari A-Hafiz ibn Sulaiman ibn Ibrahim Al-Qunduzy, sesungguhnya seluruh rahasia kitab-kitab samawi tersimpul di dalam Al-Qur’an.
Rahasia keseluruhan Al-Qur’an tersimpul di dalam surah Al-Fatihah, dan rahasia keseluruhan surah al-fatihah tersimpul di dalam Basmalah (Bism Allah al-Rahman al-Rahim), dan rahasia Basmalah terletak pada sebuah titik di bawah huruf ba ( ب ).
Penciptaan alam raya dalam kitab-kitab tafsir Isyari dibahas panjang lebar di sejumlah kitab Tafsir, khususnya kitab-kitab Tafsir Isyari. Titik di bawah huruf ba sering dihubungkan dengan sumpah pertama Allah dalam Al-Qur’an yaitu: Nun wa al-Qalam wa ma yasthurun (Demi Pena dan apa yang dituliskannya). Di antara mereka ada yang memahami secara semiotik, bahwa nun adalah botol tinta, dan al-qalam adalah pena penciptaan.
Huruf pertama yang ditulis pena itu ialah satu titik yang kemudian disimbolkan di bawah huruf ba pada lafaz bi ism Allah. Titik itu menjadi starting point terhadap tulisan pena itu. ”Tidak gugur sehelai daun melainkan sudah tercatat di dalam Lauh Mahfuz”. Hadis ini dihubungkan dengan pena suci itu. Kumpulan-kumpulan tulisan pena menjadi al-kitab dan menjadi hukum kauniyyah. Mekanisme seperti inilah sesungguhnya disebut Al-Qur’an dlam arti menghimpun.
Pena suci itu terus berjalan. Tulisan-tulisannya mustahil akan bisa difahami semua manusia, sebagaimana diisyaratkan dalam Al-Qur’an: ”Katakanlah: “Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula). (Q.S. al-Kahfi/18:109).
Lebih dipertegas lagi di dalam ayat lain: ”Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah” (Q.S. Luqman/al-31:27).
Misteri titik di bawah huruf ba mengingatkan kita kepada penciptaan awal yang dikaitkan dengan teori dentuman awal (the big bang) oleh para filsuf Platonisme. Para filosof dan kalangan sufi mempunyai kesamaan logika bahwa asal usul kejadian makrokosmos (dan dengan sendirinya mikrokosmos) berasal dari sebuat titik yang maha padat ciptaan Tuhan.
Karena sedemikian padatnya maka kemudian mengalami ledakan dan partikel-partikel pecahannya kemudian mengalami proses pembesaran (expanding universe) yang dalam bahasa Al-Qur’an diistilahkan dengan wa inna lamusi’un (lalu Kami meluaskannya/Q.S. al-Dzariyat/51:47). Partikel-partikel itu dihubungkan dengan galaksi bimasakti (milky way) dengan seluruh famili planet yang ada di dalam kawasannya. Dalam wacana tasawuf partikel-partikel utama disebut dengan syajaratul baidha’, yang menjadi asal-usul dari segala ciptaan. Ibnu ’Arabi menghubungkannya dengan entitas-entitas luar (external entities/al-a’yan al-kharijiyyah).
Sebuah partikel yang mengalami proses pemadatan jika mencapai puncak pemadatannya akan melahirkan ledakan. Sebaliknya sebuah partikel yang terus menerus mengalami pengembangan maka pada akhirnya juga akan meledak, seperti balon yang ditiupkan udara ke dalamnya, semakin banyak udaya masuk semakin membengkak balon itu dan pada puncaknya juga akan terjadi ledakan. Jadi, ledakan bisa terjadi karena pemadatan dan ledakan bisa juga terjadi karena pengembangan.
Perbedaan mendasar antara filsuf dan sufi ialah konsep asal-usul penciptaan alam semesta. Kalangan filsuf berpendapat bahwa asal-usul alam semesta (universe) ialah terjadi dengan sendirinya (creatio ex nihilo), meskipun kalangan filsuf lainnya tidak puas, karena memang susah dinalar secara logika murni bagaimana ada sesuatu tanpa ada yang mengadakannya, bagaimana sebuah ciptaan (makhluq/creation) bisa tercipta tanpa ada pencipta (khaliq/creator).
Bagi para sufi, terjadinya al-a’yan al-kharijiyyah adalah kelanjutan dari ta’ayyun awwal, yaitu proses dari Ahadiyah ke Wahidiyyah¸yakni dari sisi Tuhan sebagai Sirr al-Asrar/the Secret of the Secred kemudian ingin mengenal diri-Nya lalu memperkenalkan diri-Nya melalui Sifat-sifat dan Nama-namanya. Sisi Tuhan yang pertama disebut Ahadiyyah dan sisi yang terakhir disebut Wahidiyyah (supaya tidak confious lihat artikel terdahulu tentang Ahadiyyah dan Wahidiyyah dan al-A’yan al-Tsabitah).
Sifat-sifat dan nama-nama Allah SWT yang ada di dalam al-A’yan al-Tsabitah menuntut konsekwensi, maka proses entitas terus berlanjut dan tidak hanya berhenti di al-A’yan al-Tsabitah. Sulit memahami Allah sebagai Rabb dan Ilah tanpa marbub dan ma’luh yang menyembahnya. Sulit difahami Tuhan sebagai Maha Pencipta (al-Khaliq) tanpa makhluq. Sulit memahami Allah SWT Maha Pemberi (al-Wahhab) tanpa obyek yang diberi (mauhub), dan seterusnya. Konsekwensi inilah yang melahirkan alam semesta yang merupakan kelanjutan proses dari al-A’yan al-Tsabitah.
Beda antara keduanya ialah al-A’yan al-Tsabitah, entitasnya permanen atau biasa disebut wajib al-wujud. Sedangkan alam semesta, termasuk manusia, adalah entitas baharu (al-a’yan al-hawadits) atau biasa disebut dengan mumkin al-wujud. Baik yang pertama maupun yang kedua, asal-usulnya terlacak dan jelas, semuanya dari Allah SWT. Allah SWT disebut Ibnu Árabi sebagai al-Haqq dan makhluk-Nya disebut al-khalq.
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 22 jam yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu