Hakikat Silaturahmi
Halal Bihalal
CIPUTAT - Salah satu produk budaya Islam lokal Indonesia ialah halal bihalal. Ungkapan halal bihalal adalah istilah bahasa Arab yang tidak dipahami orang-orang Arab.
Halal bihalal memang bukan ungkapan bahasa Arab normal. Kata tersebut berasal dari akar kata halla-yahillu, berarti singgah, memecahkan, melepaskan, menguraikan, mengampuni.
Halal bihalal kini menjadi istilah lain dari silaturahmi. Beda antara keduanya ialah halal bihalal hanya digunakan untuk mengiringi kepergian bulan suci Ramadhan.
Sedangkan silaturahmi, berlaku secara universal, menerobas batas waktu dan tempat.
Asal-usul Halal bihalal ini bermula ketika anak-anak muda masjid kauman Yogyakarta kebingungan mencari tema untuk mewadahi dua momen istimewa.
Satu, perayaan Idul Fitri sebagai wujud kemerdekaan spiritual. Satu lagi, Proklamasi Kemerdekaan RI.
Seperti diketahui, proklamasi Kemerdekaan RI bertepatan dengan sayyidul ayyam: Jum’at dan sayyidus syahr: Ramadhan. Bagaimana supaya kedua peristiwa ini terangkum menjadi satu, lalu diadakanlah sayembara kecil-kecilan untuk menemukan tema yang akan ditulis di dalam spanduk.
Saat itu, muncul berbagai kreasi untuk memaknai suasana batin Idul Fitri. Salah seorang seniman mengusung tema Halal bihalal, yang intinya saling memaafkan, saling merelakan, dan saling menghalalkan.
Warga yang pernah dikucilkan masyarakat karena terlibat mata-mata Belanda atau penghianat bangsa, diserukan untuk dimaafkan.
Momentum Idul Fitri digunakan untuk menggalang persatuan dan kesatuan dalam mengisi kemerdekaan.
Sejak itu, Halal bihalal menjadi popular dan diterima semua pihak, karena berisi pesan integrasi bangsa.
Melalui acara Halal bihalal, jangan lagi ada dendam antara satu sama lain. Lapangkan dada dan hilangkan warna-warni perbedaan lokal di hadapan kebesaran Allah SWT.
Semuanya harus bersatu membangun bangsa Indonesia yang bermartabat dan tetap menjunjung tinggi religiusitas bangsa. Halal bihalal kemudian menjadi salah satu produk budaya Islam Indonesia dan sekaligus menjadi salah satu "produk ekspor" Indonesia ke mancanegara, khususnya di kawasan Asia Tenggara.
Di Malaysia, berawal dari perkebunan kelapa sawit, dengan jutaan WNI kita bekerja.
Setiap usai lebaran mereka berpindah-pindah dari blok ke blok perkebunan, biasanya berdasarkan asal daerah masing-masing.
Lama kelamaan tradisi ini berlangsung di kota-kota yang semula hanya menjadi arena silaturahmi antara sesama WNI, menjadi familiar di Malaysia dan Brunei.
Hal yang sama terjadi juga di negara-negara lain, termasuk di Riyadh, dan Kuwait.
Ketika Presiden Obama di AS memperkenalkan spirit Halal bihalal ini di Gedung Putih, setiap Hari Raya Idul Fitri, tradisi ini kemudian dikenal luas di AS.
Bahkan dalam masa pemerintahannya, Pemerintah New York State mengumumkan liburan resmi setiap Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha.
Halal bihalal kini semakin membudaya di Indonesia. Hampir setiap kantor pemerintah dan swasta melakukan tradisi Halal bihalal, setelah para karyawan kembali dari mudiknya.
Cost-nya tidak terlalu mahal tetapi memiliki makna batin yang luar biasa. Solidaritas dan semangat kerja bisa dibangkitkan kembali melalui momentum Halal bihalal.
Terjalin kembali tali silaturahmi antara pimpinan tertinggi sampai karyawan paling rendah di dalam kantor. Subhanallah.
Olahraga | 2 hari yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 13 jam yang lalu
Olahraga | 15 jam yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 17 jam yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu