TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Denial Syndrome Bahayakan Kesehatan Mental, Ini Ciri Dan Cara Mengatasinya

Laporan: AY
Kamis, 18 Mei 2023 | 11:46 WIB
Foto : Ist
Foto : Ist

SERPONG - Hampir semua dari kita, pernah melakukan penyangkalan (denial). Karena dalam keseharian, kita akrab dengan rasa khawatir tentang apa yang dihadapi. Juga tentang apa yang terjadi pada orang-orang yang dekat dengan kita.

Psikolog Irma Gustiana mengatakan, keseharian yang seringkali tak bisa diprediksi, membuat seseorang melakukan mekanisme pertahanan diri di alam bawah sadar, untuk bertahan hidup. Agar tak cemas berlebihan atau takut menghadapi sesuatu.

"Dampaknya bisa buruk. Misalnya, saat sedang merasakan kesakitan, Anda cenderung mengabaikan atau menolak rasa sakit itu. Jika terus dilakukan, Anda jadi mengabaikan treatment atau pengobatan yang tepat. Sehingga, membahayakan diri, baik fisik atau mental," papar Irma via Instagram.

Hal yang sama juga bisa terjadi, saat kita membuat rasionalisasi terhadap perilaku seseorang, karena tak ingin menerima fakta yang ada.

Misalnya, kita membenarkan perilaku orang yang berkata kasar kepada kita, dengan dalih demi kebaikan hubungan. Padahal sebetulnya, kita tidak berada dalam hubungan yang sehat. 

"Apa pun bentuk penyangkalan yang dilakukan, coba reflek lagi ke diri sendiri. Sehat atau nggak buat saya? Rasa takut apa yang sebenarnya saya hindari? Apakah terus menerus denial, membuat saya happy? Apa tanda saya sudah terkena sindrom ini, dan bagaimana cara mengatasinya?" papar Child Psychologist, Self Growth & Parenting Coach ini.

Irma menjelaskan, denial adalah mekanisme pertahanan yang membuat seseorang menolak mengakui fakta, kenyataan yang dihadapi, atau saat situasi tidak sesuai dengan harapan.

Denial sering dimaknai sebagai proses bawah sadar, yang melindungi seseorang dari kecemasan.

Dalam beberapa kasus, denial dilakukan sebagai cara menghindari stres atau emosi yang menyakitkan.

Dengan menolak untuk menghadapi atau bahkan mengakui bahwa ada sesuatu yang salah, seseorang mencoba untuk mencegah menghadapi stres, konflik, ancaman, ketakutan, dan kecemasan.

Dalam jangka pendek, penyangkalan sebenarnya bisa bermanfaat. Karena memungkinkan seseorang memiliki waktu, untuk menyesuaikan diri dengan perubahan mendadak dalam kenyataan yang dihadapi. Sehingga, dia bisa menerima, beradaptasi, jadi lebih tenang dan akhirnya move on.

Tetapi, jika dilakukan terus menerus, penyangkalan bisa menyebabkan masalah hidup dan mempengaruhi kualitas kesehatan mental. Terutama, kalau hal itu membuat seseorang tidak mengatasi masalahnya. Atau tidak membuat perubahan yang seharusnya dilakukan.

1. Menolak membicarakan masalah yang dihadapi

2. Mencari cara untuk membenarkan perilakunya

3. Membohongi atau mengabaikan sendiri

4. Menyalahkan orang lain atas masalah yang dialami

5. Bertahan dalam suatu meskipun ada konsekuensi negatif

6. Menghindari memikirkan masalah

7. Mengatasi Denial Syndrome

Irma menuturkan, denial syndrome dapat diatasi dengan meluangkan waktu untuk memikirkan apa yang sebenarnya ditakuti.

Pikirkan tentang apa yang mungkin terjadi, kalau terus hidup dalam penyangkalan, baik secara positif maupun negatif?

Irma bilang, kita harus memberi ruang kepada diri, untuk memahami perasaan dan ketakutan yang dirasakan.

Tuliskan pikiran dan perasaan sejujurnya. Bicarakan dengan seseorang yang dipercayai atau dicintai. Selain itu, Anda juga bisa mencari bantuan profesional. 

"Jika seseorang yang kamu sayangi sedang menyangkal suatu masalah, fokuslah untuk menjadi supportive. Kita harus bersedia mendengarkan apa yang dikhawatir, atau menawarkan diri menemani mencari bantuan profesional. Itu akan lebih membantu," pungkasnya.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo