Hewan Penular Rabies Di Jakarta Meningkat
Jika Digigit Jangan Panik, Bawa Ke IGD RS Rujukan
JAKARTA - Tren kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) di Jakarta mengalami peningkatan. Sejak Januari hingga Juni 2023, ada 1.527 kasus GHPR. Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta pun menyiapkan rumah sakit (RS) rujukan.
Kepala Seksi (Kasi) Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Ngabila Salama menegaskan, dari 1.527 kasus, tidak semuanya menjadi rabies. Sebagai bentuk pencegahan dan antisipasi terkena rabies, dilakukan tata laksana di RS, termasuk pemberian vaksin antirabies.
“Sampai saat ini, tidak ada kasus rabies positif di Jakarta. Karena Jakarta sudah eliminasi status rabies sejak 6 Oktober 2004,” kata Ngabila, Senin (26/6).
Ngabila mengaku, pihaknya menyiapkan dua RS rujukan untuk pasien GHPR. Yakni Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan dan Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso. Dari ribuan pasien tersebut, tidak ada yang meninggal dunia.
Data dari 194 RS dan 44 Puskesmas kecamatan di Jakarta tahun ini juga menyebut tidak ada kasus kematian akibat gigitan hewan tersebut.
Ngabila bilang, rabies umumnya disebabkan gigitan anjing dan kucing. “Walaupun bisa juga karena gigitan monyet, kera atau kelelawar dan lain-lain yang membawa virus rabies,” jelas dia.
Gejala dari hewan yang memiliki rabies, antara lain lebih agitasi, kejang, ada kelumpuhan di organ tubuh tertentu, banyak mengeluarkan liur atau hipersalivasi dan batuk atau pilek.
Untuk penyediaan vaksin atau serum antirabies, Dinkes DKI Jakarta berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan. Vaksin tersebut diberikan gratis di dua RS rujukan GHPR. Stok vaksin antirabies juga sangat cukup.
“Di Dinkes DKI Jakarta terdapat 748 vial, RSUD Tarakan 100 vial dan RSPI Sulianti Saroso 654 vial. Dengan rata-rata gigitan 300-400 kasus per bulan, maka stok tersebut akan bertahan sekitar 4-5 bulan,” jelas Ngabila.
Korban GHPR, lanjut dia, dapat langsung datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit terdekat atau langsung ke RS rujukan.
Ngabila menyarankan, hewan peliharaan dilakukan vaksinasi rabies secara berkala.
Untuk mencegah komplikasi dan kematian, kata dia, diharapkan masyarakat yang tergigit tidak panik, jaga area gigitan tetap bersih, dibilas dengan air mengalir dan sabun selama 15 menit. Jaga agar luka tidak infeksi dan segera bawa ke IGD di 2 RS rujukan.
Gencarkan Vaksinasi
Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta Suharini Eliawati mengatakan, meski telah ditetapkan sebagai daerah bebas rabies, Jakarta merupakan daerah dengan risiko penularan rabies tergolong tinggi. Lantaran Jakarta berbatasan dengan daerah endemis rabies, yakni Bogor, Depok, Tangerang, Tangerang Selatan dan Bekasi (Bodetabek).
“Lalu lintas HPR (Hewan Penular Rabies) tinggi ke wilayah DKI Jakarta,” kata Eli.
Untuk mencegah virus rabies, Suharini mengatakan, pihaknya tengah menggencarkan vaksinasi rabies. Selain itu, bekerja sama dengan Pemerintah Kota/Kabupaten yang berbatasan dengan Jakarta untuk meningkatkan kekebalan warga atas virus rabies.
Selain itu, upaya pengendalian populasi hewan yang berpotensi menularkan rabies, serta melakukan surveilans virus rabies juga akan dilakukan secara intensif.
Tidak hanya itu, Dinas KPKP DKI Jakarta juga mensosialisasikan langkah yang harus ditempuh warga ketika digigit hewan penular rabies.
“Sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang rabies dan kepemilikan hewan yang bertanggung jawab menjadi hal penting untuk pencegahan rabies,” katanya.
Kepala Suku Dinas (Sudin) KPKP Jakarta Timur Ali Nurdin mengatakan, pihaknya telah menyuntikkan vaksin rabies kepada 5.344 hewan yang ada di wilayahnya. Ribuan hewan tersebut terdiri dari kucing, anjing, musang dan kera.
“Tujuan utama vaksin rabies agar hewan peliharaan dan masyarakat terbebas dari penyakit rabies. Kegiatan vaksin rabies gratis tersebar di 65 kelurahan Jakarta Timur,” kata Ali.
Tahun ini, Sudin KPKPJakarta Timur menargetkan 12 ribu hewan peliharaan sudah divaksin rabies yang merupakan jumlah terbanyak di Provinsi DKI Jakarta. “Mayoritas hewan yang divaksin itu biasanya kucing,” katanya.
Ali bilang, kuota vaksin rabies akan disesuaikan dengan potensi yang ada, sehingga jumlah masing-masing kelurahan dipastikan tidak sama.
“Kami menyesuaikan masing-masing kelurahan, apakah pelaksanaannya di kantor kelurahan atau di Sekretariat RW,” tandasnya.
Pos Tangerang | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pendidikan | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 21 jam yang lalu
TangselCity | 19 jam yang lalu
TangselCity | 22 jam yang lalu