TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Haji 2025

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers

Buntut Aksi Bakar Al-Quran

Kedubes Swedia Digeruduk Massa, Dubesnya Dipanggil

Reporter: AY
Editor: admin
Sabtu, 01 Juli 2023 | 07:05 WIB
Massa mengepung Kedubes Swedia di Irak. Foto : Ist
Massa mengepung Kedubes Swedia di Irak. Foto : Ist

SWEDIA - Aksi demo berujung pembakaran kitab suci umat Islam, Al-Quran, di Swedia membuat dunia geram. Di sejumlah negara, kantor perwakilan Swedia digeruduk massa sebagai balasan aksi pembakaran tersebut.

Di Irak, warga beraksi di Kedutaan Besar Swedia di Baghdad, Kamis (29/6) siang waktu setempat. Sebagai balasan, para pendemo membakar bendera LGBTQ dan meneriakkan seruan “Yes to Quran! No to LGBT!”

Demo warga Irak ini juga diselingi aksi melempari Kedubes Swedia dengan kerikil. Beberapa pendemo juga terlihat memanjati pagar Kedubes dan menggedor pintu serta jendela kantor.

Tidak ada korban luka dalam aksi massa ini. Pendemo pun hanya melakulan aksi selama 30 menit karena panasnya matahari yang terlalu terik. Sementara itu Kementerian Luar Negeri Irak memanggil Duta Besar Swedia di Baghdad, Jessica Svardstrom, untuk dimintai keterangan.

Di wilayah lain, Pemerintah Maroko lebih tegas lagi. Mereka memutuskan menarik pulang Dubesnya dari Swedia. Lama penarikan dubes tersebut dilakukan dalam periode tak ditentukan.

Tak hanya itu, Kementerian Luar Negeri Maroko memanggil Kuasa Usaha Swedia di Rabat pada hari yang sama.

Kami menyampaikan kecaman keras atas serangan ini dan kami menolak aksi yang tak bisa diterima itu,” pernyataan Kemlu Maroko.

Bakar Quran, Barat Ditegur

Presiden Rusia Vladimir Putin juga ikut menegur negara-negara Barat atas pembakaran tersebut.

“Saya mendengar kabar itu (pembakaran Al-Quran). Mereka mencoba berbeda dengan tidak mengindahkan keyakinan agama orang lain. Sangat tidak terpuji,” sindir Putin, Rabu (28/6), dikutip Anadolu.

Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) menyatakan akan menggelar pertemuan terbuka darurat untuk Komite Eksekutif pekan depan di Jeddah. Negara OKI menggelar pertemuan atas undangan dari Arab Saudi. Agendanya, membahas konsekuensi dari insiden pembakaran Al-Quran di Swedia.

Pertemuan pekan depan dijadwalkan untuk membahas langkah-langkah yang akan diambil OKI terhadap penistaan agama itu, serta untuk menyesuaikan posisi kolektif negara-negara anggota pada tindakan yang diperlukan ke depan.

Uni Emirat Arab juga memanggil Dubes Swedia pada Kamis (29/6) untuk memprotes pembakaran Al-Quran di Masjid Pusat Stockholm, Rabu (28/6).

Langkah serupa juga dilakukan Yordania, yang memanggil Dubes Swedia di Amman pada hari yang sama. Kerajaan itu mengecam tindakan Salwan Momika, pria yang membakar kita suci umat Muslim, Al-Quran, di luar masjid Stockholm.

“Kemlu Yordania menyatakan pembakaran Al Quran tidak dapat dianggap sebagai bentuk kebebasan. Perlu menghentikan perilaku dan tindakan yang tidak bertanggung jawab,” pernyataan Kemlu Yordania.

Kebebasan Berekspresi Yang Tak Pantas

Sementara Kuwait mengatakan, pembakaran Al-Quran melukai hati umat Islam di seluruh dunia. Padahal, masyarakat mestinya mempromosikan nilai-nilai toleransi dan hidup berdampingan.

“Pelaku tindakan permusuhan seperti itu harus diadili dan dicegah menggunakan prinsip kebebasan sebagai taktik untuk membenarkan permusuhan terhadap Islam atau agama suci apa pun,” pernyataan Kuwait.

Iran juga mengungkapkan kecamannya, menyebut tindakan Momika provokatif dan tidak dapat diterima.

“Pemerintah dan rakyat Republik Islam Iran tidak menoleransi penghinaan seperti itu dan mengutuk keras,” kata Juru Bicara Kemlu Iran Nasser Kanani.

Sekretaris Jenderal Liga Dunia Muslim yang juga Ketua Organisasi Cendekiawan Muslim, Syekh Muhammad bin Abdulkarim al-Issa, mengecam tindakan M­omika yang menyebutnya dilindungi polisi Swedia.

Tak terkecuali Amerika Serikat (AS), juga mengutuk aksi pembakaran Al-Quran. ”Kami telah mengatakan berulang-ulang bahwa membakar kitab suci adalah kurang ajar dan menyakitkan, dan apa yang mungkin legal bukan berarti sesuai,” ujar Juru Bicara Deputi Departemen Luar Negeri AS Vedant Patel seperti dilansir Associated, kemarin.

AS, menurut Patel, memberikan dukungan penuh atas kebebasan berekspresi. “Namun, ini bukan kebebasan berekspresi yang bertanggung jawab. Ini sangat menyakiti keyakinan beragama orang lain,” pungkasnya.

Di bawah pengawasan ketat polisi, Salwan Momika (37), menginjak-injak Al-Quran sebelum membakarnya. Aksinya ini mendapat izin dari polisi, sejalan dengan perlindungan kebebasan berbicara. Namun, polisi kemudian menyatakan membuka investigasi atas peristiwa tersebut.

Ini bukan kali pertama tindakan seperti itu terjadi di Swedia. Pada Januari 2023, ekstremis sayap kanan Rasmus Paludan membakar salinan Al-Quran di dekat Kedutaan Besar Turki di Stockholm. Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson merespons aksi Momika dengan mengatakan bahwa itu legal, tapi tidak pantas.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
RM ID
Banpos
Satelit