TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Geopolitik BRICS Peluang Indonesia Maju

Oleh: Prof. Dr. Ermaya Suradinata
Rabu, 30 Agustus 2023 | 09:18 WIB
Foto : Ist
Foto : Ist

JAKARTA - Hari-hari ini di tengah gemuruh dinamika politik jelang Pemilu 2024, begitu ramai orang membicarakan geopolitik dan geostrategi yang sangat berkaitan dengan Indonesia dan BRICS. Terlebih beberapa hari lalu Presiden Joko Widodo kembali ke Indonesia setelah menghadiri KTT BRICS di Afrika Selatan.

Dengan demikian baik juga dipotret apa itu BRICS. Adalah BRICS, singkatan dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, satu kelompok negara yang memiliki potensi ekonomi dan geopolitik yang besar. Kelompok ini telah menjadi fokus perhatian dalam dunia geopolitik karena peran mereka dalam mengubah dinamika global. Di tengah perubahan ini, Indonesia memiliki peluang untuk maju melalui hubungannya dengan BRICS.

Aspek utama BRICS adalah potensi ekonomi luar biasa. Walau negara-negara BRICS beragam ekonominya, namun saling melengkapi dari manufaktur hingga teknologi. Maka pertumbuhan ekonomi dalam kelompok ini berdampak positif pada ekonomi dunia. Bagi Indonesia, hubungan kuat dengan BRICS membuka akses pasar luas, meningkatkan ekspor, investasi, dan kerja sama perdagangan.

Bersamaan pula Indonesia bisa mengembangkan hubungan kemitraan strategis dengan anggota BRICS. Sebutlah antara lain dengan China, memanfaatkan investasi infrastruktur. Dengan India, akses pasar teknologi. Lewat Brasil, perkuat kerja sama pertanian dan bioenergi. Dari Rusia, eksplorasi kerja sama energi dan teknologi militer. Dengan Afrika Selatan, jelajahi kerja sama tambang dan sumber daya.

Peluang-peluang demikian harus diolah oleh Indonesia. Kendati demikian ada juga tantangan geopolitik yang muncul. Munculnya persaingan ekonomi dan kepentingan strategis di antara negara-negara BRICS, hal ini bisa menghambat hubungan berkelanjutan. Mengingat akan hal ini Indonesia harus menerapkan diplomasi cerdas dan seimbang untuk memanfaatkan peluang.

Menerapkan diplomasi cerdas dan seimbang, bagi Indonesia bukanlah perkara kemarin sore. Sudah sedemikian paham Indonesia terhadap hal ini, karena Indonesia mempunyai sistem politik bebas-aktif. Politik bebas-aktif adalah diplomasi Indonesia sejak Presiden Soekarno. Pendekatan ini aktif dalam hubungan global, bebas aliansi militer, dan berperan mediasi konflik. Oleh karenanya Indonesia harus tekankan kemandirian luar negeri, seimbangkan kepentingan nasional dengan kerja sama internasional. Dalam hubungan BRICS, itulah politik bebas-aktif yang dipakai Indonesia untuk seimbangkan kemitraan ekonomi dan politik, untuk menghindari ketergantungan berlebihan pada satu negara.

Politik bebas aktif tidak mengecilkan pentingnya kerja sama internasional. Dalam konteks BRICS, Indonesia dapat menjalin kemitraan yang didasarkan pada prinsip kesetaraan dan saling menguntungkan. Indonesia dapat berperan sebagai jembatan antara negara-negara BRICS dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara dan Pasifik, memfasilitasi kerja sama ekonomi dan politik yang lebih luas.

Namun, langkah-langkah tersebut harus diambil dengan bijaksana, mengingat kompleksitas geopolitik dan geostrategi yang melibatkan kelompok BRICS. Tak pelak lagi kehadiran Indonesia sebagai anggota BRICS akan memiliki dampak besar dalam dinamika geopolitik global. Negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Jepang mungkin memberikan berbagai respons tajam dan lancip terhadap langkah tersebut.

Menghadapi respons negara-negara besar ini, Indonesia wajib mengambil langkah bijaksana dan strategis, antara lain Indonesia menjelaskan niat dan tujuannya untuk menjadi anggota BRICS dengan transparan. Menjelaskan bahwa langkah ini dimaksudkan untuk memperluas kerja sama ekonomi, memajukan pembangunan berkelanjutan, dan memainkan peran aktif dalam kerja sama multilateral dapat membantu meredam kekhawatiran negara-negara besar.

Bersamaan pula Indonesia harus menjaga netralitasnya, dan terus berpegang pada prinsip diplomasi multilateral, sehingga keanggotaannya dalam BRICS bertujuan untuk memainkan peran yang konstruktif dalam masalah-masalah global, seperti perubahan iklim, penanggulangan kemiskinan, dan perdamaian dunia.

Menerapkan diplomasi cerdas dan seimbang, bagi Indonesia bukanlah perkara kemarin sore. Sudah sedemikian paham Indonesia terhadap hal ini, karena Indonesia mempunyai sistem politik bebas-aktif. Politik bebas-aktif adalah diplomasi Indonesia sejak Presiden Soekarno. Pendekatan ini aktif dalam hubungan global, bebas aliansi militer, dan berperan mediasi konflik. Oleh karenanya Indonesia harus tekankan kemandirian luar negeri, seimbangkan kepentingan nasional dengan kerja sama internasional. Dalam hubungan BRICS, itulah politik bebas-aktif yang dipakai Indonesia untuk seimbangkan kemitraan ekonomi dan politik, untuk menghindari ketergantungan berlebihan pada satu negara.

Politik bebas aktif tidak mengecilkan pentingnya kerja sama internasional. Dalam konteks BRICS, Indonesia dapat menjalin kemitraan yang didasarkan pada prinsip kesetaraan dan saling menguntungkan. Indonesia dapat berperan sebagai jembatan antara negara-negara BRICS dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara dan Pasifik, memfasilitasi kerja sama ekonomi dan politik yang lebih luas.

Namun, langkah-langkah tersebut harus diambil dengan bijaksana, mengingat kompleksitas geopolitik dan geostrategi yang melibatkan kelompok BRICS. Tak pelak lagi kehadiran Indonesia sebagai anggota BRICS akan memiliki dampak besar dalam dinamika geopolitik global. Negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Jepang mungkin memberikan berbagai respons tajam dan lancip terhadap langkah tersebut.

Menghadapi respons negara-negara besar ini, Indonesia wajib mengambil langkah bijaksana dan strategis, antara lain Indonesia menjelaskan niat dan tujuannya untuk menjadi anggota BRICS dengan transparan. Menjelaskan bahwa langkah ini dimaksudkan untuk memperluas kerja sama ekonomi, memajukan pembangunan berkelanjutan, dan memainkan peran aktif dalam kerja sama multilateral dapat membantu meredam kekhawatiran negara-negara besar.

Bersamaan pula Indonesia harus menjaga netralitasnya, dan terus berpegang pada prinsip diplomasi multilateral, sehingga keanggotaannya dalam BRICS bertujuan untuk memainkan peran yang konstruktif dalam masalah-masalah global, seperti perubahan iklim, penanggulangan kemiskinan, dan perdamaian dunia.

Lagi pula Indonesia, sebagai negara kepulauan yang strategis dan besar, memiliki peran penting dalam geopolitik dan geostrategi regional maupun global. Dalam konteks BRICS, Indonesia memiliki potensi untuk memainkan peran yang signifikan. Dengan letak geografis Indonesia sebagai negara kepulauan –antara Samudra Hindia dan Pasifik— memberikan kepentingan strategis bagi keamanan dan perdagangan regional. Pulau-pulau dan jalur pelayaran di sekitarnya menjadi faktor penting dalam dinamika geopolitik.

Maka dalam perspektif geopolitik dan geostrategi, tak pelak lagi, Indonesia memiliki peran penting dalam dinamika regional dan global. Kendati begitu untuk mengatasi kecurigaan Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Jepang (yang semuanya juga mitra penting Indonesia), Indonesia dalam BRICS akan membutuhkan upaya komunikasi yang kuat, transparansi, dan tindakan konkret yang mendukung niat baik dan tujuan Indonesia.

Pada pendekatan ini, Indonesia dapat membangun keyakinan dan meminimalkan keraguan terhadap langkahnya dalam dinamika geopolitik global. Selain itu menekankan bahwa Indonesia dalam BRICS bertujuan untuk memperluas kerja sama ekonomi dan perdagangan yang bermanfaat bagi pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja di Indonesia. Dan berkontribusi pada penyelesaian masalah-masalah global.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo