Badai El Nino Ancam Produksi Petani
Semoga Pangan Tetap Aman

JAKARTA - Senayan optimistis ketahanan pangan kita tetap terjaga di tengah ancaman badai El Nino atau kemarau panjang. Sebab, pertanian teruji menjadi sektor paling berkontribusi, tumbuh positif saat badai pandemi Covid-19.
Anggota Komisi IV DPR Haeruddin mengatakan, kemarau panjang memang berpotensi mengancam penurunan produktivitas petani. Kondisi ini membuat semua pihak harus mengencangkan ikat pinggang demi keamanan pangan kita.
“Karena amannya pangan, amannya sebuah bangsa,” kata dia, kemarin.
Namun berkaca dari pandemi Covid-19 lalu, Haeruddin bersyukur, pertanian menjadi sektor yang dapat tumbuh positif. Ketahanan pangan negara tetap terjaga, bahkan sektor pertanian menjadi rekrutmen tenaga kerja yang produktif di bidang pangan.
“Ini teruji ketika kita dilanda pandemi Covid-19. Panganlah yang mampu bertahan, lebih khusus sektor, baik penyerapan tenaga kerja, produktivitas dari pendapatan dari APBN, hanya pertanian yang teruji,” ungkapnya.
Di saat situasi sulit ini, lanjutnya, Kementerian Pertanian (Kementan) tetap mampu mempertahankan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Opini ini adalah buah dari kinerja yang baik, solid dan serius. Dan tentunya menunjukkan bahwa Kementan memiliki kemampuan untuk mengatisipasi El Nino ini di masa mendatang.
Saya pikir, hanya konsolidasi dan kesolidan kita, Insya Allah bisa bersama-sama menangani bagaimana gejolak pangan tetap stabil, utuh kehidupan berbangsa dan bernegara kita,” katanya.
Terpisah, Dirjen Tanaman Pangan Kementan Suwandi mengatakan, pihaknya terus berinovasi menghadapi ancaman El Nino ini dengan menjaga kelangsungan produktivitas petani. Salah satunya, menggencarkan pengaplikasian elisitor biosaka.
Suwandi mengatakan, penggunaan elisitor ini telah mendapat sambutan antusias dari petani hampir di seluruh wilayah Indonesia, salah satunya petani Kabupaten Pandeglang.
Pasalnya, elisitor biosaka dapat menekan penggunaan pupuk kimia, biaya, hama penyakit dan mampu menyuburkan lahan serta tanaman, sehingga petani tak lagi bertumpu pada pupuk kimia.
Ini salah satu upaya kami mewujudkan pertanian ramah lingkungan,” kata Suwandi.
Pemerintah Kabupaten Pandeglang, lanjutnya, menggelar Sekolah Lapang pembuatan elisitor biosaka yang melibatkan 7.000 petani di 35 kecamatan pada akhir Agustus lalu. Kegiatan ini untuk meningkatkan ilmu dan keterampilan petani.
Dengan begitu, produktivitas pertanian yang bersumber dari kearifan lokal tetap terjaga. Saat kemarau panjang, pertanian tetap mampu menyediakan pangan.
Suwandi menjelaskan, bimbingan teknis pembuatan elisitor biosaka ini telah berlangsung di 18 provinsi. Yakni Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bengkulu, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, NTB, Kalimatan Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Papua dan Papua Barat.
Biosaka ini bukan pupuk, bukan nutrisi, bukan juga semacam pestisida. Tetapi elisitor yang membuat sel sel pada akar tanaman menjadi lebih aktif dan cerdas dalam mencari hara, sehingga tanaman bisa tumbuh lebih baik dan berproduksi.
“Dengan biosaka, cost petani jauh lebih hemat, ramah lingkungan, dapat menyuburkan lahan dan meminimalisir hama penyakit,” tuturnya.
Bupati Pandeglang Irna Narulita mengapresiasi para pahlawan pangan yang terus berjuang meningkatkan produktivitas pertanian hingga teknik pengaplikasian elisitor biosaka. Kehadiran inovasi ini sejalan dengan semangat para petani di Pandeglang.
“Kami bangga kepada petani yang tiada hari tanpa tanam, dan mengoptimalkan lahan tidur sehingga berkontribusi di tingkat provinsi dan nasional,” ujarnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pandeglang, Nasir menjelaskan, inovasi teknologi biosaka menjadi alternatif petani dalam meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian. Penggunaan biosaka oleh para petani ini akan menjadi sangat menguntungkan jika dalam aplikasinya dilakukan secara tepat.
Nasir mengatakan, pelatihan ini sangat penting diadakan karena sudah saatnya petani kembali ke alam. Memanfaatkan apa yang telah disediakan oleh alam untuk mengelola lahan pertanian dan meningkatkan kesejahteraan petani. Biosaka juga dapat menjadi solusi atasi mahalnya sarana produksi.
Olahraga | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
TangselCity | 15 jam yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu