Pilpres Sri Lanka Digelar Hari Ini, Warga Nggak Mau Wrickemesinghe Menang
SRI LANKA - Hari ini, Parlemen Sri Lanka menggelar Pilpres untuk mencari pengganti Gotabaya Rajapaksa, yang kabur meninggalkan negaranya dan mengundurkan diri dari jabatan Presiden, melalui email yang dikirim dari Singapura pada 15 Juli lalu.
Ratusan polisi, paramiliter dan pasukan militer dikerahkan di sekitar Gedung Parlemen Sri Lanka dan jalanan di sekitarnya, dengan setidaknya tiga lapis barikade.
Personel keamanan dengan speed boat, terlihat berpatroli di sebuah danau di sekitar lokasi voting. Jeep militer dan kendaraan lapis baja terparkir di dalam perimeter.
Ada tiga Calon Presiden yang meramaikan Pilpres Sri Lanka. Pertama, Ranil Wrickemesinghe, Perdana Menteri 6 kali yang kini menjadi Plt Presiden.
Dalam Pilpres terakhir yang digelar pada 2020, Wrickemesinghe berhasil meraup 145 dukungan dari partai berkuasa.
Namun saat ini, Wrickemesinghe adalah kandidat yang paling banyak ditentang masyarakat, karena dianggap sebagai sekutu dekat Rajapaksa. Dia dinilai turut andil menyebabkan krisis ekonomi di Sri Lanka.
Saat demonstrasi besar-besaran dua pekan lalu, Istana Presiden bukan satu-satunya kantor pemerintahan sasaran amuk massa. Kediaman resmi Wrickemesinghe sebagai Perdana Menteri, juga diduduki paksa oleh warga Sri Lanka pada Sabtu (9/7).
Massa demo mendesak Rajapaksa dan Wrickemesinghe, segera menanggalkan jabatannya. Begitu Rajapaksa resmi mundur, Wrickemesinghe otomatis didaulat jadi Plt Presiden.
"Jika Ranil (berkuasa), negara kita tidak akan stabil,” kata Duminda Nagamuwa, pimpinan demo di Kolombo seperti dikutip The Straits Times, Rabu (20/7).
Kedua, Dullas Alahapperuma, anggota parlemen partai yang berkuasa yang juga mantan jurnalis. Dia relatif lebih dapat diterima oleh para demonstran dan kalangan oposisi.
Sayangnya, Alahapperuma tidak memiliki jam terbang di level pemerintahan tingkat atas, untuk mengatasi kondisi Sri Lanka yang dibelit krisis ekonomi parah. Mereka nyaris tak punya dolar AS untuk memenuhi kebutuhan impor.
Saat ini, negara berjuluk Tetesan Air Mata India itu sangat membutuhkan bantuan dari Dana Moneter Internasional (IMF).
Kandidat ketiga, Anura Kumara Dissanayaka. Dia adalah pemimpin partai kiri Janatha Vimukti Peramuna, yang hanya menguasai tiga kursi di parlemen yang beranggotakan 225 orang. Peramuna praktis tak memiliki peluang realistis untuk menang. (rm.id)
TangselCity | 2 hari yang lalu
Lifestyle | 1 hari yang lalu
TangselCity | 10 jam yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Pos Tangerang | 10 jam yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu