Indonesia Lebih Pilih Jadi Anggota OECD
JAKARTA, Indonesia batal bergabung dengan negara-negara anggota BRICS. Keputusan ini diambil setelah Presiden Jokowi memutuskan agar kita bergabung dengan anggota Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (Organization for Economic Cooperation and Development/OECD).
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengungkapkan, Presiden memilih gabung ke OECD daripada BRICS karena berbagai pertimbangan.
Salah satunya, di internal BRICS ada sejumlah pertentangan. Seperti India, terkadang kerap bersitegang dengan China.
Untuk diketahui BRICS adalah blok ekonomi gabungan dari Brazil, Rusia, India, China dan South Africa (Afrika Selatan). Empat negara pertama yang disebutkan adalah pendiri dari kelompok ini pada 2009. Sedangkan Afrika Selatan baru bergabung pada 2010.
“Pak Presiden meminta kita bergabung dengan OECD saja, dan mempersiapkan 3 tahun agar bisa masuk ke organisasi ini,” ujar Susiwijono dalam temu media di Jakarta, Kamis (14/9).
Sebagai informasi, OECD dibentuk pada tahun 1960 oleh 18 negara Eropa beserta Amerika Serikat dan Kanada dengan bertujuan mempererat kerja sama ekonomi dan pembangunan. Saat ini OECD terdiri dari 38 negara.
Susiwijono menyampaikan, biasanya suatu negara butuh waktu 5-7 tahun untuk masuk ke OECD. Salah satunya Chili, yang baru diterima setelah 7 tahun mendaftar menjadi anggota organisasi bergengsi dunia itu.
Susiwijono mengungkapkan, 38 negara anggota sudah setuju Indonesia bergabung dengan OECD.
“Tidak ada negara anggota OECD yang keberatan. Sekarang tahapannya tinggal menunggu OECD sidang untuk memutuskan. Semoga akhir tahun ini sudah ada keputusan,” harapnya.
Susiwijono menyampaikan sejumlah keuntungan jika Indonesia menjadi anggota OECD. Pertama, mendapatkan reputasi dan kredibilitas menjadi negara maju.
Kedua, prospek rating surat utang menjadi lebih baik, sehingga beban penerbitan obligasi lebih rendah.
“Dengan menjadi anggota OECD, kita akan mengikuti standar internasional. Dampaknya akan mendorong kredibilitas hingga rating surat utang kita lebih baik. Skema pembiayaan juga menjadi lebih rendah,” jelasnya.
Untuk mempercepat proses masuknya Indonesia ke OECD, di sela-sela kegiatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di India, Jokowi melakukan pertemuan bilateral dengan Prancis dan Belanda.
Jokowi meminta dukungan kedua negara tersebut agar Indonesia dapat bergabung menjadi anggota OECD.
Dalam pertemuan dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron, Jokowi meminta dukungan agar proses Indonesia menjadi anggota OECD semakin lancar.
"Kami telah lakukan berbagai reformasi ekonomi sejalan dengan persyaratan keanggotaan OECD. Untuk itu, mohon dukungan Prancis terhadap keanggotaan Indonesia, termasuk berbagi pengalaman terkait cara kerja dan optimalisasi manfaat keanggotaan di OECD,” kata Jokowi.
Mantan Gubernur DKIJakarta itu juga bertemu dengan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte. Selain membahas sejumlah kerja sama antarkedua negara di bidang pembangunan dan ekonomi, Jokowi juga meminta dukungan Belanda terhadap proses pendaftaran menjadi anggota OECD.
“Indonesia telah ajukan aplikasi keanggotaan OECD dan telah lakukan berbagai reformasi ekonomi sejalan dengan persyaratan OECD,” ucap Jokowi
Olahraga | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu