Ogah Dibanjiri Barang Impor
Wapres Gencarkan Produksi Baja Lokal

BANTEN - Pemerintah mendorong peningkatan kapasitas produksi baja dalam negeri. Hal ini dilakukan, agar kebutuhan baja nasional tidak perlu impor.
Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin mengatakan, dalam lima tahun terakhir, kebutuhan baja nasional terus meningkat, hingga mencapai lebih dari 40 persen.
“Jangan sampai kebutuhan yang besar ini dipenuhi dari impor,” tegas Wapres saat meresmikan Pabrik PT Lautan Baja di Kabupaten Tangerang, Banten, kemarin.
Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia mengatakan, industri baja berperan vital dalam menyokong pertumbuhan sebuah negara. Menurutnya, industri baja termasuk esensial bagi pengembangan banyak industri penting lainnya, seperti energi, konstruksi, otomotif dan transportasi, serta infrastruktur.
Di Indonesia, kata Ma’ruf, industri baja adalah pendukung utama pembangunan infrastruktur yang saat ini sedang berkembang. Industri ini mendorong pembangunan jalan tol, bandara, pelabuhan, jalur kereta api, pembangkit listrik, kilang minyak, dan termasuk proyek pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).
Ma’ruf juga meminta peningkatan kemandirian industri baja nasional. Pertama, Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) dan wajib Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk produk baja diminta diterapkan secara tegas dan konsisten.
Kedua, industri baja menyumbang sekitar 7 persen dari emisi gas rumah kaca global. Untuk itu, ia meminta proses produksi baja pun harus mengutamakan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan, serta memanfaatkan sampah sebagai energi alternatif.
“Ikhtiar ini akan menyelaraskan pembangunan industri dengan keberlangsungan planet bumi dan kemanusiaan,” jelasnya.
Selain itu, sebagai salah satu industri yang memiliki efek berganda, industri baja nasional juga diminta untuk menyediakan program dan insentif untuk memajukan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Industri baja diharapkan mendukung UMKM untuk dapat masuk ke rantai pasok industri.
Berdasarkan data dari Kementerian Koperasi dan UKM, saat ini keterlibatan sektor UMKM pada rantai pasok industri hanya sekitar 7 persen. Angka ini masih jauh tertinggal dari beberapa negara di ASEAN.
Direktur Komersial PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. Akbar Djohan optimistis permintaan baja domestik semakin melonjak seiring dengan gencarnya proyek swasta yang dibangun di kawasan IKN.
Menurutnya, untuk mendukung pertumbuhan permintaan yang signifikan pada mega proyek IKN maka pengembangan industri baja untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik perlu diperkuat.
“Pengembangan industri baja semakin penting bagi Indonesia karena rencana IKN yang memicu peningkatan demand baja dalam negeri,” kata Akbar.
Ketua Cluster Flat Product Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA), Melati Sarnita memproyeksikan konsumsi baja nasional akan mengalami pertumbuhan hingga 6 persen menjadi 17,3 juta ton pada tahun ini.
Melati mengungkapkan, pada tahun lalu, IISIA memproyeksikan konsumsi baja nasional sebesar 16,3 juta ton. Dari data tersebut, konsumsi baja pada 2023 akan mengalami kenaikan seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kian pulih.
“Pada 2023 akan kembali mengalami pertumbuhan sebesar 6 persen atau menjadi 17,3 juta ton seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia,” katanya.
Melati menilai, berbagai faktor diperkirakan akan mempengaruhi pertumbuhan konsumsi baja. Selain itu, gencarnya pembangunan IKN, proyek kendaraan listrik serta kebijakan Pemerintah mengenai program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN), juga pengenaan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) terhadap baja impor, juga berdampak pada naiknya konsumsi baja dalam negeri.
TangselCity | 2 hari yang lalu
Galeri | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
TangselCity | 22 jam yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu