Diserang Isu Dinasti
Gibran: Kalau Nggak Suka, Jangan Dipilih
SOLO - Wali Kota Solo Gibran Rakabuming saat ini sedang kencang-kencangnya diserang dengan isu dinasti. Serangan makin kencang setelah namanya jadi kandidat kuat menjadi Cawapres dari Prabowo Subianto. Menanggapi serangan tersebut, putra sulung Presiden Jokowi itu menjawab singkat. “Kalau nggak suka, jangan dipilih”.
Sebenarnya, isu politik dinasti bukan kali ini saja menerpa Gibran. Diawal karier politiknya terjun sebagai Calon Wali Kota Solo, isu dinasti sudah dihembuskan lawan-lawan politiknya. Maklum, saat Gibran terjun ke politik, adik iparnya, Bobby Nasution juga memutuskan untuk maju sebagai Calon Wali Kota Medan. Keduanya terjun ke politik saat Jokowi masih berstatus sebagai Presiden RI.
Namun, isu itu menguap setelah Gibran dan Bobby terpilih sebagai Wali Kota. Isu dinasti kemudian makin tenggelam, setelah Gibran berhasil menunjukkan keberhasilannya memimpin Kota Solo. Pihak yang awalnya meragukan, berganti jadi simpatik atas prestasi yang ditoreh Gibran selama memimpin Solo.
Kini, menjelang Pilpres 2024, isu dinasti kembali muncul. Bahkan serangannya lebih keras lagi. Mereka yang menyerang bukan hanya dari lawan politik, tapi pihak-pihak yang dulu bagian dari pendukung Gibran atau Jokowi.
Kemarin, Senin (16/10/2023), saat semua orang sedang menunggu putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait usia Capres-Cawapres, Gibran didemo. Puluhan orang mendatangi rumah dinas Wali Kota Solo Loji Gandrung untuk menggelar aksi topo bisu, yakni unjuk rasa tanpa orasi.
Mereka yang hadir memprotes soal isu dinasti. Bentuk protesnya dituangkan dalam berbagai poster dan spanduk yang dibentangkannya di rumah dinas Gibran. Salah satu spanduk bertuliskan ‘kami muak dengan politik dinasti’.
“Sesuai dengan moto istilahnya topo bisu, jadi saya tidak bisa memberi tahu atau pengarahan apa-apa. Terima kasih kepada pimpinan Kota Solo, jadi kami tidak bisa apa-apa tidak ada tendensi apa-apa cuma topo bisu,” ujar Koordinator aksi, Joko Suranto.
Aksi tersebut diketahui Gibran. Kader PDIP itu mendatangi Loji Gandrung. Lantaran massa aksi di Loji Gandrung sudah tidak ada karena bergeser ke Plaza Sriwedari, Gibran bergegas menyusul mereka untuk berdialog.
Ia bertanya kepada sejumlah massa, apakah ada keluhan sehingga mereka melakukan aksi tersebut. “Jenengan tiang pundi? (Anda orang mana?),” tanya Gibran kepada salah satu warga. “Tipes,” jawab seorang warga tersebut.
Gibran juga menanyakan terkait aksinya tersebut. “Ini nopo? (Ini apa?). Topo bisu kangge nopo? Lha protese nopo? Keluhanane nopo, bu? (Tapa bisu untuk apa? Protes soal apa? Keluhannya apa, bu?),” tanya Gibran.
Karena tidak ada jawaban yang diberikan oleh warga itu, Gibran meminta warga yang melakukan aksi untuk pulang ke rumah. “Kondur nggih (pulang ke rumah ya). Kondur masak ge anake (pulang ke rumah masak buat anaknya),” pintanya Gibran.
Saat ditemui awak media, Gibran mengaku tidak tahu aksi yang dilakukan warga tersebut. “Aku ra mudeng (saya tidak tahu). Malah tak parani ki loh (Aku datangi lho). Kita datangin, saya tanya keluhannya apa? Katanya tidak tahu, saya ajak ke rumah, tidak mau,” jelas Gibran.
Aksi tersebut diketahui Gibran. Kader PDIP itu mendatangi Loji Gandrung. Lantaran massa aksi di Loji Gandrung sudah tidak ada karena bergeser ke Plaza Sriwedari, Gibran bergegas menyusul mereka untuk berdialog.
Ia bertanya kepada sejumlah massa, apakah ada keluhan sehingga mereka melakukan aksi tersebut. “Jenengan tiang pundi? (Anda orang mana?),” tanya Gibran kepada salah satu warga. “Tipes,” jawab seorang warga tersebut.
Gibran juga menanyakan terkait aksinya tersebut. “Ini nopo? (Ini apa?). Topo bisu kangge nopo? Lha protese nopo? Keluhanane nopo, bu? (Tapa bisu untuk apa? Protes soal apa? Keluhannya apa, bu?),” tanya Gibran.
Karena tidak ada jawaban yang diberikan oleh warga itu, Gibran meminta warga yang melakukan aksi untuk pulang ke rumah. “Kondur nggih (pulang ke rumah ya). Kondur masak ge anake (pulang ke rumah masak buat anaknya),” pintanya Gibran.
Saat ditemui awak media, Gibran mengaku tidak tahu aksi yang dilakukan warga tersebut. “Aku ra mudeng (saya tidak tahu). Malah tak parani ki loh (Aku datangi lho). Kita datangin, saya tanya keluhannya apa? Katanya tidak tahu, saya ajak ke rumah, tidak mau,” jelas Gibran.
Di momentum yang berbeda, Gibran yang kerap dikaitkan dengan isu dinasti akhirnya buka suara. Kata dia, dinasti politik tidak akan berhasil, kalau rakyat tidak menghendaki.
“Saya kembalikan lagi ke warga untuk menilai. Misalkan tidak berkenan, ya jangan dipilih,” ujar Gibran dalam Talkshow Info A1 Kumparan yang tayang di YouTube, kemarin.
Dalam acara tersebut, Gibran mengaku sudah kenyang dengan isu dinasti yang muncul pada 2020. Tepatnya, saat dirinya memutuskan terjun ke politik untuk menjadi Wali Kota Solo.
“Saya duduk di posisi ini, itu sudah kerja hampir 3 tahun. Warga bisa nilai juga saya kerjanya baik atau tidak, ada hasilnya atau tidak. Hasilnya bisa menguntungkan warga atau tidak. Itu kan warga yang menilai. Jadi bukan dari diri saya,” tutur Gibran.
Intinya, bagi Gibran, bila dinasti politik itu dianggap buruk, pasti warga tak akan memilihnya. Semua tergantung kapasitas dan akseptabilitas warga.
“Kalau dinilai baik ya alhamdulillah, kalau nggak ya jangan dipilih, itu aja. Kita kembalikan lagi ke warga, tidak ada misalnya keharusan untuk mencoblos saya. Dan saya tidak ditunjuk semua bebas untuk memilih atau tidak. Bebas kok silakan,” katanya.
Ayah dari Jan Ethes ini menegaskan, tidak semua anak pejabat yang terjun ke dunia politik bisa sukses. Menurut putra sulung Jokowi itu, rakyat sudah cerdas. Anak presiden pun belum tentu dipilih bila maju dalam kontestasi politik.
“Warga kita itu pinter-pinter, kritis-kritis. Jadi disodori, oh anaknya presiden, anaknya Jokowi belum tentu dipilih. Belum tentu dipilih. Warga kita pinter pinter, kritis kritis,” ungkap dia.
Rabu, Gibran Dipanggil Hasto
Pasca putusan MK yang mengabulkan gugatan soal usia Capres-Cawapres minimal 40 tahun atau berpengalaman sebagai kepala daerah, jalan politik Gibran sebagai Cawapres makin terbuka. Wacana agar Gibran bersanding sebagai Cawapres Prabowo di Pilpres 2024 makin kencang dibunyikan.
PDIP sebagai partai tempat Gibran bernaung ikut merespon wacana tersebut. Rencananya, Rabu (18/10/2023), Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto bakal memanggil Gibran ke markas Banteng di Jalan Diponegoro, Jakarta.
Pemanggilan itu diungkap langsung oleh Gibran. Sebagai kader PDIP, Gibran tak kaget dengan pemanggilan itu. Karena selama ini, dirinya memang rutin melaporkan kondisi terkini mengenai perkembangan politik ke pimpinan partai. Bahkan ketika dipanggil, dirinya memastikan untuk hadir.
“Semua update kami laporkan ke pimpinan. Saya tidak pernah tidak melaporkan. Terutama hal penting gini ra (tidak) mungkin ora tak laporke (tidak saya laporkan),” pungkasnya.
Olahraga | 1 hari yang lalu
Pos Tangerang | 3 jam yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Galeri | 13 jam yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu