TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Sri Mul Curhat

Jadi Menteri Terbaik Itu, Nggak Enak Lho!

Laporan: AY
Selasa, 24 Oktober 2023 | 08:30 WIB
Foto : Ist
Foto : Ist

JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani selama ini dikenal sebagai pembantu Presiden Jokowi yang cukup bersinar dan dapat julukan menteri terbaik. Sri Mul banyak diganjar penghargaan dari dalam maupun luar negeri. Dengan semua pencapaian itu, Sri Mul curhat, jadi menteri terbaik itu, ternyata nggak enak. Kok bisa?

Curhat itu, disampaikan Sri Mul saat memberikan kuliah umum bertema ‘Kebijakan Fiskal di Tengah Konstelasi Ketidakpastian Global’ di Universitas Diponegoro dan Universitas Negeri Semarang, Senin (23/10/2023). Dalam sambutannya, mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menceritakan pengalamannya selama hampir 2 periode di kepemimpinan Jokowi.

Kata Sri Mul, selama menjadi Bendahara Negara, kerap dihadapkan dengan berbagai persoalan ekonomi nasional yang terdampak krisis perekonomian global, terutama Amerika Serikat (AS). Belum lagi dengan tekanan yang muncul imbas perang dagang, pandemi Covid-19, hingga kondisi geopolitik di Eropa Timur dan Timur Tengah.

Semua itu, disebut Sri Mul, membuatnya berada dalam situasi yang penuh dengan tekanan. Namun, hal itu memang tidak tampak dari raut wajahnya. Bahkan, tidak tergambar saat menerima penghargaan internasional sebagai menteri terbaik.

“Kayaknya kalian berpikirnya Ibu Menteri Keuangan hidupnya enak, juara terus, jadi menteri terbaik kayaknya enak. Padahal tidak juga,” kata Sri Mul.

Sebagai informasi, Sri Mulyani pernah meraih penghargaan Menteri Keuangan terbaik Asia untuk tahun 2006. Penghargaan diberikan oleh Emerging Markets Forum pada 18 September 2006 di IMF-World Bank Group Annual Meetings di Singapura. Sri Mul juga menjadi Menteri Keuangan terbaik di Asia Pasifik versi majalah keuangan FinanceAsia tiga tahun berturut-turut mulai 2017, 2018 dan 2019.

Di usianya yang telah menginjak kepala 6, Sri Mul mengaku telah melewati banyak hal. Dan semua itu dilaluinya tanpa tepuk tangan, sebab memang sudah tugasnya menjaga ekonomi nasional tetap stabil.

“Kalian membayangkan muka saya sepertinya bukan muka orang yang menderita kan? Jangan terlalu mudah percaya apa yang kalian lihat,” curhat Sri Mul.

Sebagai pengelola keuangan negara, Sri Mul bersama jajaran Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengakui saat ini ada tekanan luar biasa dari dampak peperangan Ukraina-Rusia maupun Israel-Palestina. Yakni meroketnya harga minyak dunia yang hampir menyentuh level 100 dolar Amerika per barel.

Misalnya, saat perdagangan dunia terjadi hari Jumat (20/10/2023), saat harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) ditutup melemah 0,69 persen di posisi 88,75 dolar Amerika per barel. Begitu juga dengan minyak mentah brent ditutup lemas 0,24 persen ke posisi 92,16 dolar Amerika per barel.

Namun, Sri Mul menyebut, saat ini pergerakannya menurun seperti harga minyak mentah WTI dibuka terjun 0,85 persen di posisi 88 dolar Amerika per barel. Begitu juga dengan minyak mentah brent dibuka turun 0,05 persen ke posisi 92.11 dolar Amerika per barel.

“Harga minyak mau naik ke 100 dolar Amerika, kemudian terjadi perang yang semua khawatir, sekarang ini AS tidak ada ketua DPR-nya sehingga mereka nggak bisa mengendalikan fiskal. Gonjang ganjing ini sebetulnya dunia,” ungkap Sri Mul.

Meski begitu, Sri Mul menyebut bahwa tekanan perekonomian yang begitu besar di global, lambat laun akan mempengaruhi aktivitas ekonomi di domestic. Saat ini belum dirasakan masyarakat, karena seluruhnya telah direspons oleh pemerintah.

“Kalian happy-happy saja, malah pengen dengerin Menteri Keuangan,” seloroh Sri Mul.

Meski gejolak ekonomi dan situasi geopolitik dunia turut membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Sri Mul memastikan pihaknya akan tetap menjaga agar defisit anggarannya tidak lebih dari 3 persen.

Ia pun menekankan bahwa kondisi perekonomian Indonesia tergolong stabil dari berbagai guncangan. Pemerintah, kata dia, akan jaga pertumbuhan ekonomi yang berkualitas agar mampu menurunkan pengangguran dan kemiskinan. “Kita ingin supaya Indonesia terhindar dari middle income trap,” tandasnya.

Menanggapi pernyataan tersebut, Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Sugiyono Madelan setuju jika menjadi ujung tombak dalam mengurus duit negara tentu tidak enak.

“Menjalankan tugas sebagai Menteri Keuangan dalam kondisi ketidakpastian global yang tinggi dan dinamika politik dalam negeri yang dinamis itu, memang tidak enak,” ujar Sugiyono kepada Rakyat Merdeka (Tangsel Pos Group), Senin (23/10/2023).

Sugiyono menyebut, kinerja Menkeu sejauh ini sudah cukup baik. Buktinya, perekonomian Indonesia masih berjalan dan tidak terjadi krisis ekonomi. Sekalinya ada, terjadi waktu pandemi Covid-19 melanda Indonesia, hingga membuat pertumbuhan ekonomi negatif.

Namun, dirinya tidak setuju jika Sri Mul disebut sebagai Menteri Keuangan terbaik. Sebab, masih ada masalah korupsi di Kemenkeu dan jajarannya, terkait perputaran uang Rp 300 Triliun yang sampai sekarang belum diselesaikan.

“Saya tidak sepakat dalam menilainya sebagai Menteri Keuangan terbaik, karena ada masalah kasus korupsi yang besar dan sampai hari ini belum tuntas terbongkar, yang terkait dengan Kementerian/Lembaga dan non Lembaga berkaitan dengan masalah keuangan,” pungkasnya.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo