TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Jokowi: Perputaran Uang Di Sektor Riil Makin Kering

Oleh: Farhan
Editor: admin
Jumat, 01 Desember 2023 | 10:00 WIB
Presiden Jokowi dalam acara Pertemuan Tahunan BI. Foto : Ist
Presiden Jokowi dalam acara Pertemuan Tahunan BI. Foto : Ist

JAKARTA - Presiden Jokowi mendorong industri keuangan agar lebih besar menyalurkan kredit ke sektor riil. Sebab, belakangan ini, perbankan lebih banyak mengucurkan dana untuk membeli surat berharga.

Jokowi mengingatkan, agar likuiditas yang diberikan Pemerintah ke perbankan, tidak diha­biskan untuk membeli instrumen yang diterbitkan Bank Indonesia (BI) dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu), seperti Surat Ber­harga Negara (SBN), Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI, dan Sekuritas Valuta Asing Bank Indonesia (SVBI).

“Kredit jangan terlalu hati-ha­ti. Kredit harus berputar di sektor riil. Tetapi antisipasi terhadap skenario ke depan, cepat respons perubahan ke depan,” tegas Jokowi dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) bertajuk Sinergi Memperkuat Ketahanan dan Kebangkitan Ekonomi Nasional di Jakarta, Rabu (29/11).

Mantan Gubernur DKI Jakarta ini juga menyampaikan pesan kepada Gubernur Bank Indone­sia (BI) Perry Warjiyo, tentang peredaran uang yang tidak me­menuhi ekspetasi.

Jokowi mengungkapkan, pihaknya mendengar keluhan para pelaku usaha, terkait peredaran uang yang makin kering. Presiden menduga, salah satu penyebabnya karena likuiditas bank terlalu banyak dipakai beli SBN, SRBI, atau SVBI, sehingga yang masuk ke sektor riil menjadi bekurang.

“Meskipun boleh-boleh saja (beli SBNdan lain-lain), tetapi tetap diperhatikan juga sektor riil, agar lebih baik dari tahun lalu,” imbaunya.

Sebagai informasi, per Oktober 2023, kredit perbankan hanya tumbuh 8,99 persen secara tahunan (year on year/yoy), naik tipis dibandingkan September 2023 yang tercatat 8,96 persen yoy. Arti­nya, tren kredit perbankan melam­bat sepanjang tahun ini. Padahal tahun lalu, kredit tumbuh 11,35 persen secara tahunan (yoy).

Kredit yang melambat akhirnya berimbas kepada Dana Pihak Ketiga (DPK) yang ikut berjalan bak keong.

Diproyeksi hingga akhir tahun ini, DPKdan kredit sama-sama melambat. Pertumbuhan kon­sumsi masyarakat juga melam­bat 5,06 yoy pada kuartal III-2023 dibandingkan 5,22 persen pada kuartal II-2023.

Menyoal ini, Gubernur BI Perry tetap meyakini, kredit perbankan akan tumbuh pada 2024 dan 2025. Bahkan dia ya­kin, pertumbuhannya berpotensi mencapai double digit.

“Pertumbuhan kredit akan meningkat ke 10 sampai 12 persen di tahun 2024. Kemudian meningkat kembali ke 11 hingga 13 persen pada 2025,” sebutnya.

Perry menegaskan, perkiraan membaiknya pertumbuhan kredit tersebut sejalan dengan semakin meningkatnya aktivitas ekonomi domestik ke depan. Hal tersebut, berdampak pada naiknya kebu­tuhan pembiayaan. Baik itu dari korporasi maupun rumah tangga, termasuk golongan muda.

“Ke depan, Bank Indonesia akan terus mendorong penyaluran kredit perbankan,” ucapnya.

Perry menegaskan, Bank Sen­tral akan bersinergi dengan Pe­merintah Pusat dan Daerah, untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi. Ini dilakukan terutama pada sektor-sektor prioritas, inklusif dan ekonomi hijau.

Harus Optimistis

Baca juga : Perkuat Lagi Sektor Pertanian

Sementara, dari sisi makro­prudensial, Presiden menyam­paikan bahwa tekanan global masih menghantui perekono­mian global. Termasuk di Indo­nesia pada tahun depan. Kendati begitu, ia optimistis ekonomi Indonesia akan tetap tumbuh pada tahun depan.

“Dunia sedang tidak baik-baik saja. Banyak fenomena isu domestik negara-negara yang berdampak global,” ucapnya.

Jokowi mengajak masyarakat Indonesia untuk bersyukur, karena Indonesia masih tetap tumbuh dan stabil dengan pertumbuhan ekono­mi di kisaran 5 persen.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
RM ID
Banpos
Satelit