Setelah Gencatan Senjata, Israel Kembali Gempur Palestina
PALESTINA - Pasukan militer Israel kembali menggempur Gaza, Palestina sesaat setelah gencatan senjata berakhir pada Jumat (1/12). Seperti kesetanan, sejak pagi, pesawat tempur Israel sudah berseliweran di langit Gaza dan memborbardir wilayah utara dan selatan Gaza. Serangan pertama Israel setelah jeda seminggu itu langsung menewaskan 21 orang.
Gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza yang yang dimulai Jumat lalu, hanya bertahan 7 hari. Hingga detik-detik terakhir yaitu Jumat (1/12) pukul 7 pagi, tak ada pengumuman pembaharuan perpanjangan gencatan senjata dari kedua belah pihak termasuk dari Qatar dan Mesir yang menjadi mediator.
Kondisi ini langsung dimanfaatkan pasukan Israel untuk kembali menggempur Gaza. Mengutip laporan Al-Jazeera, sejam setelah waktu gencatan senjata berakhir, jet-jet tempur Israel kembali terdengar di atas langit Gaza dan melepaskan serangan. Pasukan darat seperti tank yang sudah kembali ke wilayah Gaza sejak Kamis sore, ikut melepaskan tembakan di bagian barat laut Gaza.
Serangan Israel kali ini tak hanya menyasar wilayah utara Gaza, tapi juga bagian selatan yang merupakan kantong-kantong pengungsi.
Kementerian Kesehatan Gaza mencatat,setidaknya 21 orang meninggal dunia dalam serangan brutal hari pertama usai gencatan senjata ini. Puluhan orang tewas itu berasal dari berbagai wilayah Gaza, mulai dari utara sampai selatan. Rinciannya, dua orang tewas di Beit Lahia, Gaza utara. Tujuh orang tewas di Maghazi, Gaza tengah. Satu orang meninggal dunia di Kota Khan Younis, Gaza selatan. Dua orang meninggal dunia di Kota Hamad, selatan Khan Younis.
"Sebanyak sembilan orang lainnya meninggal dunia di Rafah, perbatasan Gaza dan Mesir," demikian dilaporkan Al Jazeera.
Israel mengklaim, serangan baru ini dilancarkan karena sistem pertahanan rudal mereka mencegat roket yang ditembakkan dari Gaza. Klaim ini muncul satu jam jelang gencatan senjata berakhir.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menyebut, peluncuran roket ini adalah pelanggaran kesepakatan gencatan senjata. Pengerahan pesawat tempur dikonfirmasi oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF).
IDF mengklaim jika serangan udara dilakukan sebagai respons tindakan Hamas, yang lebih dulu menyerang wilayah Israel. "Jet tempur Israel melakukan serangan terhadap sasaran gerakan Hamas di Gaza," bunyi pernyataan Pasukan Pertahanan Israel.
saat yang bersamaan, Israel menerbitkan, peta untuk mengarahkan penduduk Gaza ke area aman untuk evakuasi. Pernyataan itu ditautkan ke laman militer Israel yang berbahasa Arab, menunjukkan Peta Zona Evakuasi.
"Peta ini membagi daerah Jalur Gaza menjadi beberapa wilayah agar penduduk Gaza menyesuaikan diri dan memahami melakukan evakuasi dari lokasi tertentu untuk keselamatan mereka," bunyi pernyataan tersebut.
Qatar yang sudah memediasi gencatan senjata antara Hamas dan Israel menyayangkan serangan Israel ke Gaza. Kementerian Luar Negeri Qatar menyatakan penyesalan yang mendalam atas dimulainya kembali agresi Israel terhadap Jalur Gaza setelah berakhirnya jeda kemanusiaan, tanpa mencapai kesepakatan untuk memperpanjangnya.
“Qatar berkomitmen, bersama dengan mitra mediasinya, untuk melanjutkan upaya yang mengarah pada jeda kemanusiaan, dan tidak akan ragu melakukan apapun yang diperlukan untuk mengembalikan ketenangan," demikian keterangan Kementerian Luar Negeri Qatar, di akun X, Jumat (1/12/2023).
Qatar menyebut pengeboman yang terus berlanjut di Jalur Gaza pada jam-jam pertama setelah berakhirnya jeda mempersulit upaya mediasi dan memperburuk bencana kemanusiaan di Jalur Gaza. "Kami menyerukan komunitas internasional untuk segera mengambil tindakan untuk hentikan Kekerasan," lanjutnya.
Sehari sebelumnya, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken yang mengadakan pertemuan dengan PM Israel Benjamin Netanyahu menyampaikan pihaknya memahami jika Israel hendak melanjutkan perang. Namun, ia mengingatkan, melanjutkan perang artinya akan memberi semakin banyak tekanan internasional ke Israel, termasuk juga ke AS.
Ia pun meminta, Israel menerapkan apa yang disebutnya "rencana perlindungan sipil". Israel harus menentukan wilayah di mana warga sipil Gaza dapat aman, dan hindari kerusakan pada infrastruktur seperti rumah sakit dan fasilitas air.
"Warga Palestina yang mengungsi dari Gaza utara harus diizinkan untuk kembali jika kondisinya memungkinkan," kata Blinken dikutip dari Al-Jazeera.
Lifestyle | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu