PDIP Raih 16 Persen di Pemilu 2024, Tapi Kursinya Banyak Berkurang Di DPR
JAKARTA - PDIP memang bisa mewujudkan mimpi hattrick alias menang tiga kali berturut-turut. Namun, dengan raihan "hanya" 16 persen di Pileg 2024, menjadikan PDIP kehilangan banyak kursi di DPR dibanding Pileg 2019.
Hasil rekapitulasi Pemilun2024 telah ditetapkan KPU, Rabu (20/3/2024) malam. Ketua KPU Hasyim Asy'ari menyebut, PDIP menjadi partai peraih suara terbanyak dalam Pemilu 2024. Dari 84 daerah pemilihan (dapil) untuk DPR yang tersebar di 38 provinsi, partai berlambang kepala banteng berhasil mengantongi 25.387.279 suara nasional atau sekitar 16,73 persen dari total 151.796.631 suara sah. Perolehan suara terbesar PDIP meneguhkan posisinya sebagai 'raja' pileg.
Meski demikian, PDIP diprediksi kehilangan banyak kursi di parlemen. PDIP diprediksi meraih 109 kursi di periode mendatang. Artinya, PDIP kehilangan 19 kursi, dari posisi saat ini mendapat sebanyak 128 kursi.
Politisi senior PDIP Andreas Hugo Pareira tetap bersyukur mesti partainya tak mengalami penurunan kursi di DPR. Kata dia, banyak atau sedikitnya kursi yang mewakili PDIP di parlemen tidak akan mengendurkan semangatnya untuk mengawal kepentingan wong cilik.
“Sebagai partai pemenang, PDI Perjuangan punya tanggung jawab moral dan politik menjalankan fungsi pengawasan, anggaran dan legislasi di DPR tentunya,” ujarnya, kepada Rakyat Merdeka, Minggu (24/3/2024).
Anggota Komisi X DPR ini menjelaskan, kemenangan tiga kali secara beruntun yang diraih PDIP menjadi bukti bahwa masyarakat Indonesia masih percaya terhadap kadernya untuk menjadi anggota legislatif.
“Tidak bermaksud menyombongkan diri, tetapi fakta selama masa reformasi ini baru PDI Perjuangan yang empat kali juara pemilu legislatif, tiga kali berturut keluar sebagai pemenang. Ini membuktikan PDI Perjuangan ada di hati rakyat, PDI Perjuangan dipercaya rakyat untuk mengawal Pancasila, NKRI, UUD 1945 dan Bhineka Tunggal Ika sebagai pilar utama kehidupan berbangsa,” jelasnya.
Andreas juga mengaku kemenangan pada Pemilu 2024 ini mempunyai arti khusus, karena membuktikan meskipun partai digoyang dan dikhianati oleh kader utamanya, tetapi soliditas dan militansi kader tidak goyah. Andreas melanjutkan, soliditas dan militansi yang tinggi dari kader-kadernya membuat partai tetap keluar sebagai juara dan mempertahankan kursi Ketua DPR.
“Kepercayaan ini akan dibalas oleh kader-kader PDI Perjuangan untuk ke depan dengan lebih keras bekerja mengawal bangsa dan negara ini dari ancaman ideologis, ancaman kekuasaan yang koruptif, kolutif dan nepotis,” pungkasnya.
Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Jakarta, Ujang Komarudin mengatakan, berkurangnya kursi PDIP di parlemen tentu membuat kekuatan partai yang dipimpin Megawati Soekarnoputri ini melemah di parlemen.
“Secara kuantitatif, jumlah kursi akan penting bargaining position-nya. Semakin besar semakin kuat bargaining-nya, begitu pun sebaliknya. Kalau kecil akan mempengaruhi perjuangan partai di parlemen,” nilai Ujang.
Meskipun sampai saat ini belum pasti apakah PDIP akan menjadi koalisi pemerintah atau oposisi, Ujang menyarankan agar Banteng mencari teman seperjuangan untuk bertarung di DPR. Sebab, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) ini memprediksi Pemerintahan Prabowo-Gibran akan punya koalisi ‘gemoy’ di parlemen dengan persentase mencapai 60-70 persen.
“Makanya, PDIP harus mencari teman untuk menjadi oposisi di parlemen agar kuat di parlemen. Kalau kecil jumlahnya, maka PDIP tidak akan bisa menjadi batu sandungan berarti buat pemerintah,” pungkasnya.
Sementara, Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis, Agung Baskoro menilai penurunan kursi PDIP disebabkan tidak mendapat efek ekor jas atas pencalonan Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Meski begitu, Agung mengapresiasi kegigihan kader PDIP yang tetap berjuang memenangkan Pileg. Namun, dia menilai kemenangan itu tidak akan berdampak besar terhadap partai ketika memilih jalan oposisi.
Agung pun menyarankan PDIP mesti intensif membangun relasi dengan masyarakat sipil, kalangan kampus, budayawan, ormas, dan pihak-pihak lain agar mampu mempertahankan eksistensinya. “Sehingga keoposisian PDIP menjadi substantif yang menghadirkan kebaruan yang relevan dengan aspirasi publik,” ulasnya.
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu