Zulhas: Harga Mie Instan Tak Akan Naik 3 Kali Lipat

JAKARTA - Harga gandum diprediksi bakal turun pada September 2022. Hal itu sejalan dengan panen gandum yang mulai berlangsung di beberapa negara produsen.
Dengan mulai banjirnya komoditas gandum di pasar internasional, Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan alias Zulhas meyakini, kenaikan harga mie instan hingga tiga kali lipat akibat tingginya harga gandum, tidak akan terjadi.
“Harga mie instan tidak akan naik tiga kali lipat. Karena, kunjungan Presiden Jokowi ke Rusia beberapa waktu lalu, membawa dampak baik terhadap ketersediaan dan pasokan gandum di Indonesia,” kata Zulhas di sela meninjau harga kebutuhan pangan di Pasar Wates, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, kemarin.
Menurut Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu, selain masuknya gandum dari Rusia dan Ukraina, pasar gandum akan dibanjiri produk dari Australia, Kanada hingga Amerika.
“Justru, gandum pada September akan turun harganya. Kemarin memang naik sedikit. Sehingga, inflasi kita 4 persen, 5 persen. Tapi September cenderung akan turun,” kata Zulhas.
Senada, Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kulon Progo Sudarna mengatakan, Permintaan dan ketersediaan terigu yang berbahan baku gandum di daerahnya tidak mengalami gejolak.
“Permintaan masih seperti biasa. Tidak ada penurunan atau kenaikan,” ujar Sudarna.
Menurutnya, harga terigu di tingkat pedagang pasar rakyat dan toko kelontong juga masih stabil.
Berdasarkan hasil pemantauan Dinas Perdagangan Kulon Progo, pada 4, 8 dan 10 Agustus 2022, tidak ada perubahan harga signifikan.
Di Kulon Progo, ada lima jenis merek terigu, yakni Segitiga Biru yang dijual Rp 12 ribu/kilogram (kg), Cakra Kembar Rp 13 ribu/kg, Kunci Rp 13 ribu/kg, Pita Merah Rp 12,5 ribu/kg dan terigu curah Rp 10 ribu/kg.
Sebelumnya, Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko menyatakan, sorgum bisa menjadi alternatif pengganti gandum.
Dengan memanfaatkan sorgum untuk campuran bahan baku pangan olahan, impor gandum bisa dikurangi.
“Kalau gandum dicampur (tepung sorgum) misalnya sampai 15 persen, tidak terasa sih, rotinya tetap enak,” kata Laksana di peringatan Hakteknas ke-27 di Cibinong, Jawa Barat, Rabu (10/8).
BRIN, lanjut dia, juga telah melakukan berbagai penelitian di bidang pertanian untuk menghasilkan varietas gandum unggul. Kendati hingga saat ini masih perlu dioptimalkan untuk mendapatkan hasil memuaskan.
“Gandum untuk ditanam di daerah tropis sebenarnya secara varietas ada, tapi belum begitu optimal. Karenanya, akan terus kita kembangkan,” ujarnya. (rm.id)
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Galeri | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Olahraga | 22 jam yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu