TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Indonesia Bakal Banjir Lansia Tahun 2035

Oleh: Farhab
Minggu, 23 Juni 2024 | 10:35 WIB
Ilustrasi  foto : Ist
Ilustrasi foto : Ist

JAKARTA - Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) memprediksi Indonesia akan mengalami banjir penduduk lanjut usia alias lansia pada rentang waktu 2035-2040. Karena itu, Pemerintah harus menyiapkan sejumlah program dan kebijakan agar para lansia tetap sehat dan produktif.

Peneliti Pusat Riset Ke­ pendudukan BRIN Resti Puji­ hasvuty menuturkan, jumlah lansia di lima tahun tersebut (2035­2040), akan mengalami peningkatan sekitar 17 hingga 20 per­sen­dari­komposisi­demografi­ penduduk. Pada 2035 jumlah lansia diprediksi mendekati dua kali lipat dari 2020 yang jumlah­ nya 26 juta jiwa.

“Dengan prediksi proporsi lansia yang semakin meningkat, kita punya tugas memastikan kehidupan di masa yang akan datang. Ke depan, lansian harus tetap produktif dan berkontribusi pada perekonomian negara,” ujar Resti melalui keterangannya di Jakarta, Jum’at (21/6/2024).

Dia menjelaskan, berdasarkan riset dari Universitas Respati Indonesia (URINDO), per­ masalahan muncul saat lansia menghabiskan masa tua dalam kondisi­ sakit ­baik­ fisik atau ­jiwa.

Riset juga menyebutkan, den­gan kondisi lansia yang sakit, total peluang ekonomi keluarga yang hilang setiap bulan, sedikit­nya Rp 1 triliun.

Riset itu mengasumsikan seorang lansia dengan kondisi yang sehat dan tetap produk­tif, sedikitnya dapat memiliki penghasilan sekitar Rp 1 juta setiap bulan.

Sementara, anggota keluarga yang mengasuh lansia dalam kondisi sakit diasumsikan ke­ hilangan sedikitnya Rp 4 juta setiap bulan.

Karenanya, BRIN tengah menggiatkan edukasi dan literasi tentang cara menjaga kesejah­ teraan fisik dan jiwa ketika memasuki usia senja. Salah satu­ nya, memastikan lansia tidak mengalami kondisi kesepian karena bisa memberikan dampak negatif terhadap kesehatan.

“Kondisi kesepian, memiliki aspek negatif terhadap kesehatan jiwa lansia. Mulai dari me­nyebabkan depresi, percobaan bunuh diri, tekanan psikologis tinggi, kecemasan, hingga skizo­ frenia,” jelas Resti.

Selain itu, lanjut dia, kondisi kesepian juga dapat menyebab­kan lansia mengalami masalah kesehatan­ fisik, seperti­ serangan­ jantung, stroke, kanker, diabetes dan alzheimer.

Karenanya, Resti mengingat­kan pentingnya peran keluarga menjaga dan memelihara hubun­gan, serta interaksi sosial yang positif dengan lansia.

“Lansia perlu memiliki komu­nitas sebaya untuk menjaga keter­ hubungan lansia dengan diri dan lingkungannya,” tandasnya.

Sementara, Direktur Keseha­tan Usia Produktif dan Lanjut Usia Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Nida Rohmawati mengatakan, peningkatan usia harapan hidup di Indonesia memasuki periode aging population.

Berdasarkan sensus penduduk tahun 2023 persentase penduduk lansia sebesar 11,75 persen. Jumlah ini diprediksi meningkat hampir 20 persen dari total pen­ duduk Indonesia di tahun 2045.

Nida mengatakan, saat ini terdapat sekitar 28,9 juta lansia di Indonesia dan diperkirakan akan mencapai lebih dari 50 juta orang pada tahun 2045.

Menurutnya, proses penuaan mengakibatkan lansia mengala­mi kemunduran­ fisik ­dan­ mental,­ sehingga rentan dengan berbagai masalah kesehatan.

Selain itu, dampak perubahan demografi­ dengan­ bertambahnya­ jumlah lansia adalah keterba­tasan akses lansia terhadap sum­ber daya dasar yang diperlukan untuk menikmati hidup yang bermartabat, serta hambatan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan masyarakat.

Sebab itu, perlu kolaborasi multi­pihak untuk menangani masalah tersebut. Dengan be­gitu, lansia dapat hidup sehat, mandiri, aktif dan produktif.

“Secara global, PBB telah mencanangkan Decade of Healthy Aging tahun 2021 sam­pai 2030 yang merupakan strate­gi utama untuk membangun masyarakat dari berbagai usia,” imbuhnya.

Social Policy Officer Perkumpulan Prakarsa, Darmawan Prasetya menjelaskan, Indonesia telah memasuki era populasi yang menua dengan prevalensi kelompok lanjut usia tinggal da­ lam rumah tangga miskin. Saat ini, sebagian besar lansia tidak memiliki pendidikan tinggi dan tidak memiliki jaminan pensiun.

Menurutnya, situasi ini mem­buat keluarga menjadi tumpuan utama bagi banyak lansia di Indonesia. Terlebih, rumah tang­ ga tiga generasi di Indonesia mencapai 34,68 persen. Tren ini akan mengalami kenaikan seiring jumlah lansia dan kecenderungan lansia tetap tinggal dengan anak cucu sebagai bentuk norma keke­ luargaan di Indonesia.

Situasi ini, lanjut Darmawan, memunculkan situasi sand­wich bagi generasi tengah yang harus merawat lansia dan anak cucu. Generasi sandwich memi­liki pengeluaran rumah tangga 3 persen lebih tinggi dibanding rumah tangga tanpa lansia.

“Keterbatasan intervensi neg­ ara kepada rumah tangga tiga generasi di Indonesia, bukan hanya memunculkan risiko lan­sia tidak terawat dengan baik. Ini akan menjadikan generasi tengah sebagai kelompok rentan terhadap kemiskinan,” ucapnya.

Di media sosial X, banyak netizen mengaku mengurus lan­sia, terjebak menjadi sandwich generation atau generasi yang juga menghidupi anak­-anak dan kakek­-nenek. Akibatnya, penge­luaran keluarga menjadi besar.

Akun @jessicharejiar menga­takan, Pemerintah perlu melaku­kan intervensi, agar lansia tetap sehat dan produktif.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo