Melemahnya Dolar Dan Melonjaknya Harga Minyak, Akankah Pertamax Bakal Naik?
JAKARTA - Maraknya nilai tukar rupiah dan melonjaknya harga minyak dunia, tentunya akan berpengaruh pada harga BBM di dalam negeri. Untuk subsidi BBM seperti Pertalite, kemungkinan pemerintah tidak akan menaikkan.
Bagaimana dengan BBM nonsubsidi seperti Pertamax, apakah bakal naik? Ini yang masih dikaji.
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengakui, hingga kini pemerintah masih melakukan kajian. Namun, dia tak menampik bahwa ada peluang harga Pertamax cs akan naik.
“Kalaupun mau naik, harganya harus melihat daya beli masyarakat,” ucapnya di Kantor Ditjen Migas, Jakarta, Jumat (28/6/2024).
Keputusan mengenai harga Pertamax Cs ada di Pertamina dan Kementerian BUMN. Sebagai catatan, Pertamina telah menahan harga BBM nonsubsidi sejak Februari hingga Juni 2024.
Harga Pertamax selama empat bulan terakhir berada di level Rp 12.900 per liter. Dalam satu setengah tahun terakhir harga BBM nonsubsidi Pertamina, khususnya Pertamax dengan angka oktan RON 92, cenderung di bawah harga pasar. BBM sekelasnya dari merek lain harganya lebih tinggi.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agus Cahyono Adi menegaskan, subsidi BBM tidak akan naik bulan depan. Sedangkan BBM nonsubdisi, bisa saja naik.
“Kalau Pertamax Cs mungkin,” cetusnya, Minggu (30/6/2024).
Meski masih tanda tanya, hingga kemarin, belum ada tanda-tanda kenaikan harga Pertamax series dan Dex series. “Sampai saat ini belum disesuaikan, kalau BBM nonsubsidi ditetapkan badan usaha, sepanjang dalam kisaran harga formulanya,” ungkap Agus.
Sejauh ini, harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia crude oil price (ICP) cenderung stagnan. Meski bebannya akan terasa berat dengan pelemahan rupiah.
Manager Media dan Stakeholder Management PT Pertamina Patra Niaga Heppy Wulansari mengatakan, pihaknya masih mengkaji segala aspek sebelum memutuskan harga BBM bulan depan. Kata Heppy, untuk subsidi BBM, Pertamina diarahkan ke pemerintah.
“Sejauh ini belum ada informasi kenai harga BBM subsidi, baik Biosolar maupun Pertalite,” akunya.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, meskipun ada penyesuaian harga, kenaikannya tidak terlalu tinggi. Lebih baik jika kenaikannya dilakukan secara bertahap.
Dia mengakui, saat ini pemerintah khususnya Pertamina dalam kondisi dilematis. Pertamina tentu mempertim bangkan nilai tukar rupiah, dan harga minyak mentah yang naik 16 persen setiap tahunnya. Di sisi lain, kesiapan daya beli masyarakat juga harus dipertimbangkan.
“Khususnya kelas menengah yang menjadi pemakai BBM nonsubsidi. Khawatirnya memang akan menekan daya beli, mengurangi konsumsi, dan mengganggu pertumbuhan ekonomi di sisa tahun 2024,” urai Bhima.
Berapa kenaikan idealnya? Harapan Bhima, penyesuaian harganya tidak lebih dari Rp 1.000 per liter, baik Pertamax series maupun Dex series.
Sedangkan subsidi BBM, Bhima meminta agar pemerintah siap mengalokasikan lebih banyak subsidi. “Pemerintah harus berusaha untuk tidak menaikkan Solar maupun Pertalite hingga akhir tahun,” pinta Bhima.
Pengamat Ekonomi Energi UGM Fahmy Radhi mengatakan, pemerintah tidak perlu menahan lebih lama harga BBM nonsubsidi. Serahkan keputusan itu kepada Pertamina dengan menimbang harga keekonomiannya.
TangselCity | 13 jam yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Olahraga | 16 jam yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu