TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Banyak Anak Cuci Darah, Menkes: Kurangi Minum Gula

Laporan: AY
Sabtu, 03 Agustus 2024 | 09:19 WIB
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat acara di Bandung. Foto : Ist
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat acara di Bandung. Foto : Ist

JAKARTA - Menteri Kese­hatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin buka suara soal banyaknya anak yang cuci darah. Menkes meminta, para orang tua mengawasi asupan gula yang terkandung dalam makanan dan minuman anak-anaknya.

Menkes menyebutkan, ada seki­tar 35,8 juta orang atau 13 persen populasi warga Indonesia yang mengalami penyakit gula karena ter­biasa mengkonsumsi asupan berkadar gula tinggi. Padahal, kebiasaan terse­but bisa berujung gagal ginjal dan harus menjalani cuci darah seumur hidupnya.

"Banyak anak sekarang dikasih mi­num dan makan dengan gula tinggi. Jadi, Indonesia suka gula. Padahal gula itu penyebab segala macam pe­nyakit. Mulai dari ginjal, hati, stroke, jantung, itu penyebabnya gula," ujar Menkes di Gedung Sate Bandung, Jawa Barat, Jumat (2/8/2024).

Oleh karena itu, dia berharap, mas­yarakat, terutama anak-anak, mulai mengurangi konsumsi makanan dan minuman tinggi gula sebagai pence­gahan timbulnya penyakit kronis. Kalau bisa, kata Budi, berhenti minum gula. "Anak-anak sekarang minumnya gula semua. Itu yang harus dikurangi. Kembali ke tanpa gula," sarannya.

Budi menjelaskan, setiap orang idealnya mengkonsumsi gula per hari maksimal empat sendok teh. Jika lebih dari itu, dapat berpotensi merusak ginjal hingga berujung cuci darah seperti yang kini marak terjadi pada anak-anak. "Ka­lau bisa jangan pakai gula," pesan Budi.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Barat mencatatkan jumlah pasien anak yang menjalani prosedur pengobatan cuci darah atau hemodialisis sebanyak 125 orang sepanjang 2023.

Sementara, pada tahun ini sampai Juli tercatat 77 anak," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Jabar Rochady Hen­dra, Jumat (2/8/2024).

Hendra menjelaskan, penanganan pasien anak yang menjalani cuci darah dilakukan di beberapa rumah sakit rujukan, seperti di Rumah Sakit (RS) Hasan Sadikin dengan 10-20 kasus per bulannya.

Hanya saja, dia memastikan data yang dimilikinya berdasarkan pasien yang tercatat dari kabupaten dan kota. Sebab, ada beberapa rumah sakit yang tidak mampu melayani perawatan cuci darah. "Secara kumulatif dari beberapa kabupaten kota itu dilaporkan bahwa jumlah jiwa untuk anak-anak usia 0 sampai 15 tahun," sebutnya.

Lebih lanjut, Hendra mengakui, soal konsumsi minuman dan makanan dengan kandungan gula memang dapat memicu timbulnya penyakit gagal ginjal. Namun, berangkatnya dari diabetes melitus.

Efek samping dari penyakit gula pada anak atau diabetes melitus pada anak ini ujung-ujungnya akan ada kerusakan ginjal. Nah nanti kerusakan ginjal ini yang akhirnya anak itu perlu Hemodialisis atau tidak," terangnya.

Ketua Divisi Nefrologi KSM Ilmu Kesehatan Anak RS Hasan Sadikin, Prof Dany Hilmanto menjelaskan ada tahapan panjang sebelum pasien mengalami gagal ginjal. Namun, dia mengatakan biasanya penyakit itu muncul akibat konsumsi junkfood, makanan manis dan asin. Kemudian, timbul penyakit hipertensi, diabetes, obesitas yang beresiko pada ginjal kronik, baru ke ginjal kronis.

"Umumnya saat ini usia di atas lima tahun banyaknya alami bocor ginjal yang penyebabnya pun tak diketahui. Padahal, awalnya si anak itu sehat," ujar Prof Dany.

Ia pun menyarankan saat ini lebih baik menjaga pola makan dan minum. Apabila polanya salah, maka dalam jangka panjang bisa mengakibatkan penyakit yang beresiko ginjal kronik. Sebab, anak-anak bisa menjalani cuci darah seumur hidupnya jika terkena gagal ginjal kronis.

Meski begitu, dia menekankan, tidak semuanya disebabkan karena makanan dan minuman. Karena ada beberapa ka­sus disebabkan adanya kelainan struktur pada kemih atau bocor ginjal.

Di jagad maya, netizen meminta Pemerintah turun tangan mengawasi peningkatan kasus anak cuci darah. "Orang tua ikut tanggung jawab nih atas kebiasaan anak-anaknya yang berimbas ke kesehatan anaknya," timpal akun @windstreak99.

Akun @aman_dolok55384 ikut pri­hatin dengan maraknya kasus anak cu­ci darah. Karena menurutnya, tingkat hidup mereka bisa menurun jika tidak mendapat pelayanan kesehatan yang mumpuni.

"Nggak ada yang lama, paling lama 11 tahun, gue udah banyak kenal pasien cuci darah, di atas 4 tahun tidak bisa buang air kecil lagi. Semua me­lalui cuci darah, makanya sedih lihat yang sudah cuci darah, minum pun di batasi 200 cc," kicaunya.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo