TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Menyiapkan Santri Menyongsong Era Bonus Demografi

Oleh: Hermansyah Kahir
Minggu, 11 Agustus 2024 | 10:57 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi

SERPONG - Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memprediksi pada 2030-2040 Indonesia akan memasuki era bonus demografi di mana jumlah usia produktif diperkirakan mencapai 64 persen dari total populasi Indonesia. Bonus demografi menjadi fenomena langka dan dapat memberikan berkah bagi bangsa Indonesia.

Generasi Z dan milenial memiliki peran dominan dalam menyongsong era bonus demografi. Mereka akan menjadi penentu arah pembangunan Indonesia ke depan. Bangsa ini membutuhkan generasi yang unggul, berkualitas dan berkarakter dalam menghadapi era bonus demografi tersebut. Tanpa modal tersebut, sangat mustahil bagi Indonesia untuk bersaing di kancah global.

Bonus demografi menjadi momentum untuk meningkatkan perekonomian sekaligus menaikkan level Indonesia dari negara berkembang menjadi negara maju. Semua itu akan tercapai selama ditopang dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas SDM menjadi kata kunci untuk memanfaatkan bonus demografi dengan baik. Bonus demografi ibarat pisau bermata dua yang dapat berdampak positif dan negatif. Jika bangsa ini memiliki sumber daya manusia yang cerdas, kreatif, inovatif dan produktif, maka tentu bonus demografi akan membawa kemakmuran bagi seluruh warga negara.

Yurmani (2016) menegaskan, bonus demografi akan menguntungkan jika Indonesia mampu memenuhi tiga prasyarat. Pertama, pertambahan penduduk usia kerja perlu dibarengi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kedua, penduduk usia kerja dapat diserap oleh pasar kerja yang tersedia. Ketiga, tersedianya lapangan kerja yang mampu menyerap seluruh penduduk usia produktif.

Dalam konteks meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sektor pendidikan memiliki tanggung jawab untuk menyiapkan generasi unggul yang siap berkompetisi di era bonus demografi. Sektor pendidikan harus mampu memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan oleh generasi Z dan milenial untuk menjawab berbagai tantangan sekaligus menangkap peluang yang ada. Sejalan dengan itu, pemerintah telah menempatkan pembangunan SDM sebagai modal utama pembangunan nasional sebagai salah satu ikhtiar mencetak generasi-generasi unggul yang siap menghadapi berbagai tantangan ke depan.

Sebagai bagian dari generasi Z dan milenial, santri perlu menyiapkan diri untuk menyongsong era bonus demografi. Langkah ini perlu terus diupayakan mengingat secara kuantitas jumlah santri terus meningkat. Merujuk data Kementerian Agama (Kemenag), setidaknya ada 39.043 pesantren pada 2022/2023 dengan total jumlah santri sekitar 4,08 juta.

Santri merupakan aset bangsa yang diharapkan mampu menjadi penggerak pembangunan bangsa ke depan. Karena itu, para santri perlu tampil untuk melanjutkan estafet perjuangan para kiai dalam semua ruang kehidupan, baik politik, budaya, ekonomi maupun pendidikan. Peran ini sangat penting karena para santri akan berada dalam sentrum bonus demografi. Untuk memaksimalkan perannya, tentu para santri bukan hanya dituntut menguasai kitab-kitab kuning (turats) saja, tetapi juga mampu memberikan warna dalam segala sendi kehidupan.

Dalam menyikapi perkembangan zaman, kalangan pondok pesantren memiliki komitmen untuk tetap menyuguhkan pola pendidikan yang mampu melahirkan generasi-generasi yang unggul. Pimpinan pondok pesantren tentu menyadari betul bahwa setelah lulus tidak semua santri akan menjadi pendakwah atau kiai.

Atas kesadaran itulah para pimpinan pesantren terus melakukan terobosan dan memberikan pendidikan terbaik sesuai kebutuhan zamannya. Selain tetap mendorong agar santri memiliki pemahaman agama yang kuat (tafaqquh fiddin), pihak pesantren juga membekali santrinya dengan beragam keterampilan seperti kewirausahaan, penguasaan teknologi digital, pelatihan kerja, kemampuan komunikasi dan penguasaan bahasa asing.

Pemahaman agama yang baik, ditambah dengan penguasaan life skill menjadi bekal berharga bagi santri sehingga mereka tidak dipandang sebelah mata dalam persaingan global. Dengan sistem pendidikan pesantren, kita optimis bahwa para santri mampu memberikan kontribusi terbaiknya di era bonus demografi.

Ilustrasi
Pos Sebelumnya:
Drone Dan Perang Milenial
Pos Berikutnya:
Pikul Lumpia
Dahlan Iskan
Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo