TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Lanjutkan Teknologi Modifikasi Cuaca, Pemerintah Kebut Proyek IKN

Laporan: AY
Selasa, 03 September 2024 | 09:53 WIB
Pembangunan rumah Menteri di IKN. Foto : Ist
Pembangunan rumah Menteri di IKN. Foto : Ist

JAKARTA - Pemerintah memutuskan melanjutkan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di Kalimantan Timur, khususnya di kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN) hingga 12 September 2024.

Hal itu disepakati dalam Rapat Tingkat Menteri (RTM) bersama Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Otorita IKN Basuki Hadimuljono, Ke­pala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto dan Deputi Bidang Modifikasi Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Tri Handoko Seto di Kantor Kemenko PMK, Jakarta Pusat, Senin (2/9/2024).

Muhadjir memastikan, operasi modifikasi ini dilanjutkan agar pembangunan di IKN tidak terhambat akibat cuaca buruk.

Menurutnya, berdasarkan pantauan BMKG hingga Sep­tember, kemungkinan terjadinya hujan di Kalimantan Timur dan sekitar IKN masih cukup tinggi. Akibatnya, ada kemungkinan longsor dan banjir.

“Kami ingin mencegah ter­jadinya kemungkinan risiko bencana termasuk di wilayah IKN. Kalau itu terjadi akan menghambat dan mengganggu target-target yang telah ditetap­kan,” ungkap Muhadjir.

Salah satunya, memperpan­jang dan melanjutkan pembangunan bandara yang seka­rang sudah 1.300 meter dan kurang 1.000 meter lagi.

Eks Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) ini menegaskan, target pembangunan proyek-proyek di IKN masih sesuai jadwal yang telah ditetapkan. “Semua masih on the track,” imbuhnya.

Terkait anggaran, kata Muhad­jir, saat ini masih dalam kajian. Pasalnya, kajian anggaran itu termasuk karakteristik cuaca, arus angin, hingga volume hu­jan yang kira-kira bakal terjadi. Semua itu akan berimplikasi ke besaran anggaran.

“Untuk anggaran nanti masih akan dikaji dulu. Kami diskusi­kan dan terus koordinasi antara kepala BNPB dengan Kepala BMKG,” jelasnya.

Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto mengatakan, operasi modifikasi cuaca dilakukan atas permintaan kepala daerah dan BMKG.

Operasi modifikasi cuaca ini dilakukan atas permintaan dari Pemerintah Daerah dan atas rekomendasi dari BMKG, sebagai salah satu cara untuk mengurangi risiko bencana dan dampak bencana.

Secara sederhananya yakni mengurangi, mengalihkan atau mendatangkan hujan,” ucap Suharyanto.

Dia mengklaim, operasi modi­fikasi cuaca terbukti ampuh 90-98 persen mengurangi curah hujan di satu wilayah.

Terpisah, Kepala BMKG Sta­siun Kelas I Sultan Aji Muham­mad Sulaiman (SAMS) Sepinggan Balikpapan, Kaliman­tan Timur, Kukuh Ribudiyanto mengatakan, sampai saat ini modifikasi cuaca di IKN masih terus dilakukan.

“Masih banyak proyek yang harus diselesaikan tepat waktu di IKN. BMKG memiliki tanggung jawab mendukung proyek ini melalui modifikasi cuaca agar tidak terjadi hujan di kawasan IKN,” kata Kukuh.

Menurut dia, penyemaian garam disesuaikan dengan arah angin. Misalnya, jika ada gumpalan awan di atas laut Balikpapan, kemudian angin mengarah ke kawasan IKN, maka pesawat segera terbang ke gumpalan awan tersebut untuk menyiramkan garam sehingga langsung terjadi hujan di atas laut.

Jika tidak ada rekayasa cuaca seperti itu, kata Kukuh, dikha­watirkan awan akan terus bergerak ke IKN dan menyebabkan hujan. Dampaknya, hujan itu bisa menghambat proyek pem­bangunan di area IKN.

Penyemaian garam ini di­lakukan kerja sama dengan pihak terkait, baik pesawat yang diterbangkan dari Ban­dara APT Pranoto Samarinda maupun yang diterbangkan dari Bandara SAMS Sepinggan di Balikpapan.

“Penyemaian zat NaCl (ga­ram) dilakukan setiap hari dan telah berjalan sejak Juni lalu hingga saat ini,” ungkapnya.

Kukuh menjelaskan, penye­baran garam yang menggu­nakan pesawat dari Samarinda dilakukan dengan kerja sama antara BMKG, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Smart Aviation.

Sedangkan penyemaian dari Balikpapan dilakukan melalui kerja sama antara BMKG dan TNI AU.

Dalam operasi modifikasi cuaca ini, pesawat dari Samarinda bisa melakukan operasi antara 4-6 kali per hari. Sedangkan operasi modifikasi cuaca dari Balikpapan dilakukan 2-3 kali per hari.

Pesawat dari Samarinda ter­golong kecil dengan beban muat garam sekitar 1 ton per operasi. Sementara, pesawat dari Balik­papan lebih besar dengan berat garam yang diangkut antara 1,5-2 ton per operasi.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo