TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Jagoan KIM Di Jabar, Jatim Dan Jateng Elektabilitasnya Diatas 50 Persen

Laporan: AY
Senin, 30 September 2024 | 09:29 WIB
Foto : Ist
Foto : Ist

JABAR - Hasil survei Pilkada di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, menunjukkan elektabilitas jagoan yang diusung Koalisi Indonesia Maju (KIM) masih di atas angin. Elektabilitas jagoan KIM di tiga provinsi dengan penduduk terbanyak itu, melesat di atas 50 persen.

Di Jawa Barat, KIM mengusung pasangan Dedi Mulyadi dan Erwan Setiawan. Dua lembaga survei menunjukkan hasil yang hampir serupa terkait elektabilitas mereka.

Indikator Politik Indonesia menempatkan pasangan Dedi-Erwan dengan elektabilitas tinggi, mencapai 77,81 persen. Sementara itu, pasangan Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie yang diusung PKS NasDem memperoleh 10,98 persen dukungan. Dua pasangan lainnya, Acep-Gitalis dan Jeje-Ronald, masing-masing mendapatkan 2,24 persen, dengan hasil sedikit lebih tinggi untuk Acep- Gitalis.

Jajak pendapat itu, dilakukan pada periode 2-8 September 2024. Survei melibatkan basis 1.200 orang dari seluruh provinsi Jawa Barat.

Lembaga Poltracking Indonesia menunjukkan hasil survei yang sama. Pasangan Dedi-Erwan unggul signifikan dibandingkan pasangan lainnya. Dedi-Erwan meraih 65,9 persen suara, jauh di atas Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie yang mendapat 11,8 persen. Setelah itu, Acep Adang Ruhiat-Gitalis Dwi Natarina dengan 5,2 persen, dan Jeje Wiradinata-Ronal Surapradja hanya memperoleh 2,9 persen suara.

Direktur Eksekutif Poltracking, Hanta Yuda mengatakan, Dedi-Erwan unggul di wilayah aglomerasi-kultural Jabar Megapolitan. Wilayah ini mencakup Bogor, Bekasi dan Depok, dengan sebaran pemilih tertinggi di Jabar sebanyak 28,3 persen.

Jubir PKS, Ahmad Mabruri mengatakan, pasangan Syaikhu-Ilham tidak terpengaruh hasil survei. Ia menyinggung elektabilitas Ahmad Heryawan saat berkontestasi di Pilkada Jabar yang selalu ditempatkan di survei nomor paling buncit. “Namun, ketika hasil pilkadanya selalu menang di urutan pertama,” ujar Mabruri.

Keunggulan Dedi Mulyadi ini juga didukung oleh migrasi pemilih dari Pilkada 2018. Mayoritas pemilih dari pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum, Tubagus Hasanuddin-Anton Charliyan, dan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi kini cenderung mendukung Dedi Mulyadi kembali. Sedangkan pemilih pasangan Sudrajat-Ahmad Syaikhu lebih condong kepada pasangan Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie.

Di Jawa Tengah, jagoan KIM yaitu Ahmad Luthfi-Tak Yasin, juga unggul telak. Menurut Poltracking Indonesia, pasangan Ahmad Luthfi-Taj Yasin unggul dari Andika Perkasa-Hendrar Prihadi alias Hendi.

Pasangan Ahmad Luthfi-Taj Yasin memperoleh elektabilitas tingkat keterpilihan 52,2 persen. Sedangkan pasangan Andika-Hendi mendapat 31,4 persen. Survei tatap muka ini dilakukan terhadap 1.200 responden di Jateng pada 8-17 September.

Hanya Yuda mengatakan, meski rentang elektabilitas keduanya cukup jauh, pergerakan elektabilitas kedua Paslon masih dinamis. Pasalnya, 9,1 persen pemilih menyatakan belum menentukan pilihannya. Karena masih ada waktu dua bulan lagi sebelum pencoblosan, maka ada kemungkinan pergeseran pemilih setelah melihat program dan debat terbuka.

Kalau Pilkadanya kurang 1 minggu, 3 hari lagi, misalnya ini sudah bisa diprediksi pemenangnya, tapi karena Pilkada masih 2 bulan lagi, dan kemungkinan ada berbagai macam variabel yang menyertai,” jelasnya.

Cawagub Hendrar Prihadi menanggapi santai hasil survei tersebut. Menurut dia, elektabilitasnya belum naik karena baru turun gelanggang. “Ya, kalau Pak Ahmad Luthfi lebih tinggi mungkin karena beliau sudah jalan duluan,” kata Hendi.

Di Jawa Timur, pasangan yang diusung KIM, Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak juga unggul jauh. Menurut Indikator Politik Indonesia, elektabilitas Khofifah-Emil mencapai 61,2 persen.

Founder dan Peneliti Utama Indikator, Burhanuddin Muhtadi mengatakan, Khofifah-Emil unggul dibanding dua paslon lain yakni nomor urut 3 Tri Rismaharini-Zahrul Azhar Asumta (Gus Hans) dengan 26,0 persen, dan paslon nomor urut 1 Luluk Nur Hamidah-Lukmanuk Khakim di posisi buncit dengan 2,2 persen.

Sementara, responden yang tidak memilih atau golput sebanyak 0,5 persen, dan yang tidak tahu/rahasia 10,2 persen.

Burhan mengatakan, pasangan Risma-Gus Hans relatif lebih memiliki peluang untuk menyaingi duet petahana Khofifah-Emil. Sementara paslon Luluk-Lukman harus bekerja lebih keras menggenjot elektabilitas mereka.

Dari 1.000 sampel yang digunakan oleh Indikator, seperlima memilih calon pemimpin ditinjau dari hasil nyata kerjanya. Hal ini juga menjadi pertimbangan utama bagi para calon pemilih memberikan suaranya kepada Khofifah, karena dinilai sudah ada bukti nyata atas kepemimpinannya.

“Kalau memilih berdasarkan alasan ini, cenderung lari ke dua nama. Yang pertama adalah Khofifah, yang kedua adalah Tri Rismaharini,” kata Burhanuddin.

Survei Indikator dilakukan pada 9-14 September dengan mewawancarai 1.000 responden yang dipilih dengan metode multistage random sampling. Survei memiliki toleransi kesalahan atau margin of error sekitar kurang lebih 3,2 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo