TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Zulhas: Milenial Tak Tertarik Jadi Petani

Laporan: AY
Selasa, 12 November 2024 | 10:48 WIB
Menko Bidang Pangan Zulkifli Hasan. Foto : Ist
Menko Bidang Pangan Zulkifli Hasan. Foto : Ist

JAKARTA - Ketahanan pangan yang digaungkan Presiden Prabowo Subianto memiliki tantangan. Salah satunya, kondisi para petani yang sebagian besar berusia lanjut dan lahan pertanian terus berkurang setiap tahun.

Menteri Koordinator (Men­ko) Bidang Pangan Zulkifli Hasan membandingkan kondisi saat Orde Baru dengan sekarang. Di era Orde Baru, rata-rata petani mempunyai lahan sawah dan sebagian besar pekerjaan berasal dari sektor pertanian.

Berbeda dengan kondisi seka­rang. Diperkirakan 80 persen petani sudah berubah menjadi buruh tani.

Kalau masa Orde Baru, 65 persen pekerja dari sektor perta­nian. Sekarang kira-kira tinggal 25 persen,” kata Zulhas-sapaan Zulkifli Hasan saat pelantikan Pejabat Tinggi Pratama Kemen­ko Pangan di Graha Mandiri, Jakarta, Senin (11/11/2024).

Menurut Zulhas, para petani juga mengalami penuaan. Se­mentara, anak muda enggan menjadi petani.

Selain itu, sebaran sawah terus berkurang setiap tahun dan membuat pasokan hasil pertanian ikut menurun. Hal itu menjadi tantangan tersendiri un­tuk membawa Indonesia menuju swasembada pangan.

 petani mengalami tua. Yang muda, milenial, sudah nggak tertarik (jadi petani). La­han pertanian setiap tahun juga berkurang 100 ribu hektare,” ujarnya.

Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) ini mengatakan, risiko besar penuaan sektor pertanian akan berpengaruh pada kedaulatan pangan yang menyebabkan ketergantungan impor.

“Kalau terlalu lama tergan­tung impor, Indonesia akan susah maju dan masyarakat akan jadi miskin,” tegasnya.

Karena itu, Pemerintah berusaha memperbaiki tata kelola sektor pertanian dan terus berupaya menambah minat generasi muda masuk dalam sektor perta­nian. Ini penting untuk mencip­takan kedaulatan pangan.

Saat ini, kata Zulhas, Pemerintah mengejar swasembada pangan paling lambat pada 2028. Hal itu tidaklah mudah karena banyak melibatkan kementerian/ lembaga terkait, seperti Kemen­terian Pertanian, Pupuk Indo­nesia, Badan Pangan Nasional dan Bulog.

Zulhas mengaku, saat ini Pe­merintah telah mencari bukaan lahan baru untuk persawahan. Lokasi yang dilirik ada di Papua dan Kalimantan.

Dia memastikan, lahan yang ada di Pulau Jawa dan Sumatera tetap dioptimalkan untuk me­masok hasil pertanian. Namun, Pemerintah tidak akan bertumpu pada Jawa dan Sumatera.

Menurut Zulhas, pembukaan lahan baru merupakan kunci sukses agar Indonesia benar-benar bisa swasembada pan­gan. Meski bertani di Merauke, Papua, dan Kalimantan bukan hal yang mudah. Mengingat perbedaan iklim dan curah hujan yang berpotensi membuat gagal panen.

Meski demikian, dia optimis­tis lahan pertanian di daerah tersebut mampu menggenjot pe­nyediaan sumber pangan untuk 284 juta warga Indonesia.

Selain tantangan dalam pe­nyediaan lahan, Zulhas mengaku ada masalah lain, yakni terkait Sumber Daya Manusia (SDM). Karena itu, Pemerintah fokus pada strategi pengembangan teknologi pertanian dan perikanan.

Sebelumnya, Menteri Perta­nian (Mentan) Andi Amran Su­laiman menyatakan, Pemerintah memiliki target mencetak sawah 500 ribu hektare.

Program cetak sawah rakyat ini dalam rangka mewujudkan swasembada pangan sesuai arahan Presiden Prabowo dengan melibatkan para petani, pemuda bahkan para milenial.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo