Jagoan Banteng Banyak Yang Tumbang
JAKARTA - Jagoan-jagoan Banteng yang berlaga di Pilkada serentak 2024, banyak yang tumbang. Hal itu terlihat dari quick count atau hasil hitung cepat lembaga survei, beberapa jam setelah pemungutan suara digelar.
Pilkada serentak yang digelar Rabu (27/11/2024) di 545 daerah itu, selesai digelar. Meskipun KPU belum mengumumkan hasil resminya, tapi tumbangnya jagoan-jagoan Banteng itu sudah diumumkan sejumlah lembaga survei.
Kekalahan ini tentu saja menjadi pukulan telak bagi PDIP. Karena sebelumnya, partai besutan Megawati Soekarnoputri itu, optimis dapat mempertahankan dominasinya di berbagai wilayah.
Provinsi-provinsi yang selama ini dikenal sebagai basis kekuatan PDIP, atau yang kerap disebut “kandang banteng,” kini berhasil diobrak-abrik lawan. Di Jawa Tengah misalnya, jagoan PDIP kalah telak dari jagoan KIM Plus.
Hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei, pasangan Andika Perkasa-Hendrar Prihadi (Hendi) yang diusung PDIP, tertinggal jauh dari Ahmad Luthfi-Taj Yasin. Dikutip dari berbagai lembaga, perolehan suara Andika-Hendi berada di angka 40-an persen. Sedangkan, Luthfi-Yasin unggul jauh dengan perolehan di angka 58 persen.
Hasil hitung cepat di Pilkada Kota Solo juga menunjukkan hal serupa. Untuk pertama kalinya, pasangan calon yang diusung PDIP tumbang. Hasil hitung cepat jagoan PDIP, Teguh Prakosa-Bambang Nugroho, kalah dari pasangan Respati Ardi-Astrid Widayani. Teguh-Bambang hanya meraih 38,60 persen, sementara Respati-Astrid unggul dengan 61,40 persen.
Situasi serupa terjadi di Sumatera Utara. Pasangan calon PDIP, Edy Rahmayadi-Hasan Basri, kalah telak dari pasangan yang diusung Koalisi Indonesia Maju (KIM), Bobby Nasution-Surya.
Berdasarkan hasil hitung cepat Indikator Politik dengan suara masuk sebesar 85,67 persen, Bobby-Surya unggul signifikan dengan perolehan 62,72 persen suara. Sementara Edy-Hasan hanya mampu mengumpulkan 37,28 persen suara.
Di Jawa Barat dan Jawa Timur, calon-calon yang diusung PDIP juga tampak tak berdaya menghadapi rival-rivalnya.
Di Jawa Barat, pasangan calon PDIP, Jeje Wiradinata dan Ronal Surapradja, hanya mampu meraih 9,19 persen suara. Hasil tersebut menempatkan mereka di posisi buncit dari tiga pasangan calon yang lain. Sementara jagoan Koalisi Indonesia Maju Plus (KIM Plus), Dedi-Erwan, unggul jauh dalam hasil hitung cepat dengan perolehan suara sebesar 61,01 persen.
Di Jawa Timur, Paslon Khofifah-Emil unggul dengan raihan 57,43 persen. Sementara paslon usungan PDIP Tri Rismaharini-Zahrul berada di posisi dua dengan suara sebanyak 34,33 persen.
Situasi di Banten dan Lampung juga demikian. Di Lampung, paslon incumbent yang diusung PDIP, Arinal Djunaidi-Sutono, hanya mendapat 17,26 persen. Sementara Paslon KIM, Mirzani Djausal-Jihan Nurlela mendapat suara meyakinkan dengan 87,87 persen.
Di Banten, Paslon usungan KIM, Andra Soni-Dimyati Natakusumah unggul dalam hitung cepat Charta Politika. Sampai pukul 17.00, Soni-Dimyati memperoleh suara 57,77 persen. Sedangkan pasangan yang diusung Golkar dan PDIP, Airin Rachmi Diany-Ade Sumadi memperoleh 42,23 persen.
Di wilayah lain yang juga dikenal sebagai basis suara PDIP, juga bertumbangan. Mulai dari Sulawesi Utara, hingga Nusa Tenggara Timur (NTT), pasangan yang diusung PDIP juga kalah.
Melihat hasil hitung cepat yang tak sesuai ekspektasi itu, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto angkat bicara. Kata dia, partainya telah melakukan pemetaan di seluruh wilayah beberapa hari yang lalu. Berdasarkan laporan yang didapatkannya, keinginan rakyat untuk menegakkan demokrasi sangat kuat.
Sehingga kami cukup optimis bisa mencapai target yang ditetapkan,” kata Hasto, saat ditemui awak media di kawasan Kebagusan, Jakarta, Rabu (27/11/2024).
Namun, hasil hitung cepat menunjukkan hasil berbeda. Menurut dia, ada anomali perolehan suara dengan hasil hitung cepat. Politisi asal Yogyakarta ini meminta seluruh kader mengawal suara dengan sebaik-baiknya.
Sementara itu, Ketua DPP PDIP Bambang “Pacul” Wuryanto enggan berkomentar panjang lebar mengenai hasil hitung cepat di Jateng.
“Cuaca sedang tidak baik-baik di kami,” kata Bambang, di Kantor DPP PDIP Jateng, Semarang, Rabu (27/11/2024).
Dosen Departemen Politik Pemerintahan FISIP Undip, Wahid Abdulrahman menyampaikan, ada sejumlah alasan kenapa calon PDIP kalah berdasarkan hasil hitung cepat. Menurut dia, faktor utama adalah daya tarik kandidat.
Di Jateng misalnya, Ahmad Luthfi memiliki citra purnawirawan polisi yang dekat dengan rakyat, dengan karakter pekerja keras, jujur, dan empati. Selain itu, Ahmad Luthfi rajin turun menemui petani, pedagang pasar.
Selain itu, menurut dia, masih ada Jokowi dan Prabowo Effect. Di Jawa Tengah, dukungan Jokowi dan Prabowo kepada Ahmad Luthfi-Taj Yasin memberikan insentif elektoral signifikan.
“Ditambah mesin parpol KIM bergerak sampai ke akar rumput,” kata Wahid.
TangselCity | 20 jam yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 22 jam yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu