TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers

Dolar Terus Melemah Diangka 16 Ribu Nih...

Oleh: Farhan
Editor: admin
Kamis, 05 Desember 2024 | 08:47 WIB
Foto : Ist
Foto : Ist

JAKARTA - Sudah hampir sepekan, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus melemah. Hingga Rabu (4/12/2024) sore, dolar AS sudah tembus Rp 16 ribu. 

Pada perdagangan Rabu (4/12/2024) rupiah ditutup menguat tipis dari perdagangan Selasa (3/12/2024). Nilai tukar rupiah berada di level Rp 15.937 per dolar AS atau menguat 8,5 poin atau 0,05 persen dari perdagangan sebelumnya.

Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp 15.957 per dolar AS. Namun, sejumlah bank telah menjual dolar dengan harga Rp 16 ribu.

Seperti Bank Central Asia (BCA). Dikutip dari website bank, BCA membanderol harga jual dolar AS Rp 16.120 untuk layanan konter. Sementara untuk harga belinya ditetapkan Rp 15.820. Untuk e-rate, dolar AS di BCA dijual seharga Rp 15.965 dan harga belinya Rp 15.945.

Hal yang sama juga terjadi di Bank Mandiri. Harga dolar AS dipatok Rp 16.100 di layanan konter. Sementara harga belinya hanya Rp 15.750. 

Bank Negara Indonesia (BNI) bahkan lebih mahal. Layanan konter mereka menjual dolar AS dengan harga Rp 16.120. Sedangkan harga belinya hanya Rp 15.820. sedangkan Bank Rakyat Indonesia (BRI) menjual dolar AS seharga Rp 16.065 di layanan konternya. Sementara harga belinya hanya Rp 15.865.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuabi menilai, pelemahan rupiah ditengarai pelaku pasar yang gelisah, menanti pidato Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell, Kamis (5/12/2024) dinihari waktu Indonesia. Powell diharapkan memberikan kejelasan lebih lanjut tentang suku bunga yang dalam sepekan ini telah menekan mata uang regional.

Kekhawatiran lainnya muncul terkait gejolak yang terjadi di Korea Selatan. Diketahui, pada Selasa (3/12/2024) malam, Presiden Korea Selatan Yoon Suk-Yeol mengumumkan darurat militer. Keputusan itu diambil Presiden Suk, membuat situasi politik dan keamanan di negeri ginseng itu sempat tinggi. Dalam hitungan jam, status darurat militer itu dicabut setelah ditolak MPR Korea. 

Gejolak politik yang terjadi di Korsel itu, makin mempengaruhi gejolak politik dunia. Ditambah lagi dengan perang yang masih berkecamuk di Timur Tengah. Kondisi ini, kata Ibrahim, biasanya membuat dolar AS semakin perkasa, karena dijadikan sebagai aset aman (safe haven).

Dengan berbagai faktor tersebut, Ibrahim memproyeksi rupiah akan berbalik melemah di perdagangan Kamis (5/12/2024) ke kisaran Rp 15.920-Rp 16 ribu per dolar AS.

Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet juga menilai merosotnya nilai tukar rupiah tak lepas dari kondisi geopolitik global yang belum menentu dan berdampak terhadap sentimen di pasar keuangan. Pelaku pasar juga khawatir terkait dampak kebijakan yang diambil Preaiden AS Donald Trump. Begitu juga soal keberlanjutan konflik di Timur Tengah.

Yusuf mengatakan, dalam situasi ini, dampak yang akan diberikan sangat bergantung dari seberapa lama depresiasi nilai tukar akan terjadi. Jika berlangsung lama, pengaruhnya terhadap harga impor yang relatif tinggi.

"Sayangnya, kenaikan beban biaya impor itu akan memberikan tambahan biaya bagi industri di dalam negeri yang menggantungkan bahan baku dari impor," ulas Yusuf saat dihubungi, tadi malam.

Menurunya, Pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia (BI) akan mengkaji terlebih dahulu. Apakah pelemahan rupiah terjadi dalam kondisi yang relatif lama atau hanya sebatas pola pasar keuangan yang dipengaruhi sentimen geopolitik ekonomi global.

Namun, jika diperhatikan BI sebenarnya punya beberapa instrumen. Terutama Sekuritas Valuta Asing Bank Indonesia (SVBI) yang kemudian bisa digunakan mengintervensi agar nilai tukar rupiah bisa kembali menguat pada level keseimbangannya.

Menurut Yusuf, BI juga telah membaca potensi pelemahan rupiah dengan menjaga suku bunga acuan pada rapat terakhir di level yang sama atau tetap. "Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya dampak Capital Outflow yang bisa memberikan kelemahan pada nilai tukar rupiah," urainya.

Sebelumnya, Kepala Departemen Ekonomi dan Moneter BI, Firman Mochtar menilai tantangan di pasar keuangan semakin berat, terutama setelah terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS. Penguatan dolar AS diperkirakan akan terus berlanjut, memberikan tekanan pada berbagai mata uang global, termasuk rupiah.

"Belajar dari periode pertama kepemimpinannya, kebijakan yang cenderung pro-AS berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi global, dari 3,2 persen menjadi 3,1 persen," jelas Firman, dalam agenda BIRAMA (Bank Indonesia Bersama Masyarakat) di Gedung BI, Jakarta, Senin (2/12/2024).

Firman mengungkapkan beberapa contoh gaya kepemimpinan Trump yang bikin ekonomi global tak menentu. Baru saja terpilih, Trump sudah melemparkan ancaman terhadap China dan kawan-kawan yang tergabung dalam BRICS.

Dengan gaya kepemimpinan Trump ini, kata Firman, akan membuat para pemegang modal khawatir dalam melihat arah ekonomi dunia kedokteran depan. Ia juga memprediksi, inflasi di banyak negara akan sulit turun. Termasuk inflasi AS yang diperkirakan tidak turun secepat yang dibayangkan. Inflasi AS kini bergerak di level 2,6 persen.

Lambatnya penurunan inflasi akan berdampak kepada suku bunga acuan atau Fed Fund Rate. Terbaru BI memperkirakan FFR hanya dipangkas 50 bps pada 2025.

Persoalan menjadi semakin rumit karena tingginya kebutuhan pembiayaan pemerintah AS. Penerbitan obligasi akan mendorong kenaikan yield US Treasury. Dampaknya aliran modal akan bergerak di AS, meninggalkan negara berkembang seperti Indonesia.

"Ini yang akan membuat Dolar Indeks meningkat," kata Firman.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
RM ID
Banpos
Satelit