Merger Maskapai BUMN Saling Lengkapi Layanan
JAKARTA - Rencana Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menggabungkan (merger) maskapai pelat merah merupakan langkah tepat untuk mendongkrak kinerja bisnis dan layanan. Sebab, pangsa pasar ketiga maskapai tersebut berbeda.
Kecelakaan pesawat terbang di beberapa negara memantik semangat Kementerian BUMN untuk meningkatkan pengawasan terhadap kinerja maskapai pelat merah. Sekaligus, menggodok kembali rencana merger.
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, dalam beberapa waktu terakhir, terjadi kecelakaan pesawat di Korea, Kanada dan Norwegia.
Karena itu, pihaknya menggelar pertemuan dengan direksi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, PT Citilink Indonesia, PT Pelita Air Service (PAS), PT Angkasa Pura Indonesia, hingga AirNav Indonesia, dengan tujuan untuk me-review kinerja. Sekaligus memastikan armada yang dimiliki masing-masing maskapai, serta kru yang bertugas, hingga sistem keamanan yang diterapkan bandara dalam kondisi prima.
“Alhamdulillah kalau Jakarta (Bandara Soekarno-Hatta/Soetta) compliance-nya (tingkat kepatuhan) sangat tinggi. Tapi beberapa airport sedang di-review lagi, untuk antisipasi. Makanya, kami sampaikan ke Airnav soal early warning kalau ada hal-hal yang bisa diantisipasi,” ujar Erick di Jakarta, Kamis (2/1/2025).
Tak hanya itu, ia pun mendorong perusahaan pelat merah di segmen penerbangan ini untuk meningkatkan sinergisitas dan ekosistem yang diperlukan, demi mengantisipasi lonjakan penumpang pada tahun ini.
Terlebih setelah momen libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024/2025, akan ada libur Lebaran pada Maret mendatang. Menurutnya, jumlah masyarakat yang bepergian bisa mencapai 5 kali lipat dibandingkan saat Nataru.
“Persiapan untuk libur Lebaran harus dimulai, maskapai harus mapping kebutuhan dan jumlah armadanya,” imbau mantan bos Klub Inter Milan ini.
Erick berharap, para stakeholders, manajemen yang ada di airport, baik Airnav Indonesia, Imigrasi, Bea Cukai, kereta bandara bisa menyelesaikan roadmap dalam 6 bulan ke depan.
Sehingga bisa memberikan keamanan, kenyamanan dan efisiensi dalam ekosistem industri penerbangan, yang jumlah penumpangnya bisa naik dari 56 juta orang ke 90 juta orang tahun ini.
Dia mendukung revitalisasi terminal di Bandara Soetta dilakukan, serta ada efisiensi waktu tempuh Kereta Api (KA) Bandara kurang dari 40 menit yang tengah diupayakan.
“Ini solusi yang dikerjakan dalam ekosistem industri penerbangan,” tegas Ketua Umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) itu.
Dengan begitu, imbuh Erick, persaingan industri penerbangan, parawisata dan airport services bisa meningkat ke depannya.
Bahkan, efisiensi juga dilakukan melalui jenis pesawat yang digunakan Garuda Indonesia agar biaya maintenance pesawat tetap terjaga.
“Masing-masing ada jarak penerbangan untuk pesawat. Kami coba mengecilkan jenis pesawatnya, supaya maintenance-nya bisa lebih efisien,” katanya.
Erick mengakui, jumlah pesawat saat ini tidak cukup melayani seluruh masyarakat.
“Indonesia memerlukan 750 pesawat, saat ini baru ada 400-an. Memang kurang, makanya Dirut (Direktur Utama) Garuda, Pelita, dan Citilink, berusaha menambah pesawat,” terang Erick.
Untuk menambah kebutuhan armada tersebut, diperlukan sinergi antar maskapai. Karenanya, dalam roadmap enam bulan tersebut, ada opsi untuk mengonsolidasikan Pelita Air ke Garuda Indonesia.
Itu (mengenai rencana penggabungan maskapai milik BUMN) menjadi bagian diskusi dalam pertemuan ini,” akunya.
Artinya, kata Erick, Garuda Indonesia yang semula akan bergabung dengan InJourney Group, akan ditunda.
“Antara airport dan penerbangan tetap dipisah. Tetapi antara penerbangan ini harus ada ekosistem yang terintegrasi, agar seluruh servisnya tidak berhenti,” katanya.
Di kesempatan yang sama, Direktur Utama Garuda Indonesia Wamildan Tsani Panjaitan menyampaikan, perseroan akan mendatangkan 20 pesawat pada tahun ini.
Pesawat yang didatangkan, kata Wamildan, berjenis Boeing 737-800 NG.
Akhir tahun kami sudah tambah satu armada. Januari ini, kedatangan 2 pesawat lagi, Boeing. Di Februari, kami operasikan 1 lagi tambahan 737. Harapannya, total sampai 2025 bisa mencapai 20 pesawat,” beber Wamildan.
Ia kemudian menerangkan, mencari armada merupakan hal sulit yang dihadapi dunia saat ini.
“Kami akan mencari pesawat yang available, baik baru maupun second. Tentunya ini bukan menjadi pilihan. Tetapi kami akan memaksimalkan pesawat yang ada dan jenis apapun yang akan kami peroleh nantinya,” katanya.
Wamildan meyakini, dengan penambahan armada tersebut, perseroan akan mampu menjangkau semua rute di Indonesia.
“Saat ini Garuda sudah ada di banyak rute. Yang kurang apa? Pesawatnya. Jadi inilah yang menjadi prioritas utama kami,” sambungnya.
Begitu juga Pelita Air, anak usaha PT Pertamina (Persero) ini akan menambah 12 pesawat Airbus tahun ini.
Direktur Utama Pelita Air Dendy Kurniawan menuturkan, pesawat tersebut nerupakan jenis wide body, yang akan digunakan untuk mendukung Garuda Indonesia saat layanan penerbangan haji dan umrah.
“Tahun ini sudah pasti (tambah armada). Tinggal tunggu datangnya, ada tambahan lagi 6 pesawat lagi,” ucapnya.
Menanggapi ini, pengamat penerbangan Gatot Rahardjo menilai, bila sesama maskapai BUMN ini saling bersinergi, akan memberikan dampak positif bagi masing-masing perusahaan.
“Kalau Garuda, Citilink, Pelita bisa dikonsolidasikan, itu langkah bagus. Karena segmennya kan beda-beda. Jadi akan saling melengkapi layanan yang telah diberikan,” katanya kepada Redaksi, kemarin.
Rencana penggabungan Pelita Air ke Garuda Indonesia dinilainya cukup alot. Namun dengan adanya perubahan direktur utama, baik di Garuda Indonesia maupun Pertamina, diharapkan proses konsolidasi bisa berjalan baik dan sesuai tenggat waktu yang ditetapkan.
“Kelihatannya arah untuk konsolidasi tersebut bisa lebih smooth,” katanya.
Dia menekankan agar, antar sesama maskapai BUMN itu tak bersaing dalam jumlah penumpang. Sebab, Garuda Indonesia sudah di layanan kelas atas atau full service. Sementara itu, Citilink ada di layanan kelas low cost carrier dan Pelita dengan layanan penerbangan kelas menengah.
“Harapannya, tentu meningkatkan konektivitas dan jangkauan yang lebih luas lagi ke tiap-tiap daerah di Indonesia,” tutup Gatot.
Olahraga | 2 hari yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Galeri | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu