Setelah Bicara Soal Demografi, Gibran Kini Membahas Hilirisasi

JAKARTA - Setelah bicara soal demografi, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka kembali bikin video monolog. Kali ini, Gibran membahas soal hilirisasi. Kata dia, punya sumber daya alam saja tak cukup, kalau tak bisa melakukan hilirisasi.
Video monolog Gibran yang berjudul Hilirisasi dan Masa Depan Indonesia di-upload di YouTube Gibran Rakabuming, Jumat (25/4/2025). Meskipun baru sehari diposting, video berdurasi 6.39 detik itu telah ditonton lebih dari 141 ribu orang sampai Sabtu (26/4/2025) malam.
Mengenakan kemeja krem, Gibran membuka pembahasan dengan merinci sejumlah komoditas unggulan untuk percepatan hilirisasi. Kata Wapres, terdapat 28 bahan baku hilirisasi yang berpotensi menghasilkan Rp 13 ribu triliun pada 2040.
"28 komoditas unggulan ini sudah Pemerintah petakan," kata Gibran.
Pemerintah, lanjut Gibran, sudah membentuk Satuan Tugas Percepatan Hilirisasi untuk mengakselerasi 28 komoditas unggulan ini. Sehingga, dapat mendorong gelombang investasi besar-besaran. Hitungan Pemerintah, tambah Gibran, investasi untuk sektor hilirisasi mencapai Rp 407 triliun, hampir seperempat dari total investasi nasional.
Menurutnya, program hilirisasi membutuhkan investasi. Sembari juga meningkatkan kemampuan sumber daya manusia yang Indonesia miliki. "Kita butuh anak bangsa yang ahli dan terampil di bidang sains, teknologi, AI (Artificial Intelligence), bahkan matematika untuk isi posisi strategis industri ini," sambung Wapres.
Sedangkan untuk sumber daya alamnya, Gibran menilai Pemerintah sama sekali tidak khawatir. Menurutnya, kekayaan alam Indonesia melimpah. Nikel, timah hingga rumput laut yang Indonesia miliki menyimpan potensi ekonomi tinggi. "Apabila dikelola dengan benar," pesan Gibran.
Ia pun memastikan Pemerintah akan memaksimalkan kekayaan alam yang dimiliki. Karena menurut Gibran, apabila kekayaan alam itu dapat dimaksimalkan, maka akan meningkatkan nilai perekonomian Indonesia.
Coba bayangkan, Indonesia sempat menjadi eksportir biji bauksit terbesar ketiga dunia, sayangnya Indonesia hanya menempati urutan ke 31 sebagai pengekspor panel surya. Padahal saat bauksit diolah jadi panel surya, nilainya bertambah 194 kali lipat," jelas putra sulung Presiden RI ke-7 Joko Widodo itu.
Eks Wali Kota Solo itu menegaskan, hilirisasi bukan cuma di sektor pertambangan. Pertanian, kelautan, bahkan sektor digital memiliki potensi besar dalam rantai nilai tambah. Ia mencontohkan bagaimana daun teh yang diolah dan dikemas bisa memiliki nilai ekonomi jauh lebih tinggi dibanding bentuk mentahnya.
Jadi inti dari hilirisasi adalah pengolahan yang menghasilkan nilai tambah, kita juga bisa membuka lapangan kerja. Memberdayakan UMKM dan dapat pemasukan negara dari berbagai hal, pajak, royalti, dividen, maupun bea ekspor itu," jelasnya.
Ia juga mengingatkan banyak negara maju bisa menyejahterakan rakyatnya bukan karena kekayaan sumber daya, tetapi karena mampu mengolah bahan mentah. Termasuk yang mereka impor dari negara lain dan menjual kembali dalam bentuk produk bernilai tinggi.
Menurutnya, kebijakan hilirisasi adalah jalan yang sah dan wajib ditempuh demi kemakmuran rakyat. Presiden Prabowo Subianto pun disebut telah secara tegas menjadikan hilirisasi sebagai strategi utama pembangunan nasional di semua sektor.
Hilirisasi, lanjut dia, bukan hanya membangun pabrik. Hilirisasi juga merupakan bentuk keadilan ekonomi. Pasalnya, keberhasilan hilirisasi akan memberi efek langsung bagi petani, pekerja, dan masyarakat sekitar.
"Lebih dari itu hilirisasi adalah keadilan dan masa depan. Karena yang kita inginkan hilirasi berkeadilan," tegasnya.
Sebelum bicara hilirisasi, Gibran lebih dulu menyoroti tentang peluang bonus demografi. Kata Gibran, dalam rentang waktu 2030 sampai 2045, Indonesia akan menghadapi bonus demografi. Hal ini bukan pekerjaan mudah. Apalagi di tengah beragamnya tantangan global, baik itu ekonomi, perang dagang, geopolitik, maupun perubahan iklim yang membawa perubahan di berbagai sektor.
"Namun di sisi lain, Indonesia sebagai negara yang besar, sebagai negara yang menaungi kehidupan 284 juta penduduknya, harus tetap tumbuh, harus tetap lincah, dan adaptif," pinta Gibran pada video monolog berjudul Generasi Muda, Bonus Demografi dan Masa Depan Indonesia.
Menurut Gibran, kesempatan memperoleh bonus demografi tetap terbuka. Asalkan semua pihak gotong royong menuntaskan tantangannya. "Peluang kita juga jauh lebih besar. Tentu banyak yang sudah mendengar tentang bonus demografi, kondisi di mana lebih dari separuh penduduk suatu negara berada pada usia produktif," imbuh Gibran.
Olahraga | 1 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 1 hari yang lalu