TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo
Mengenang Mendiang Ketua Dewan Pers

Wamenag Bangga Pernah Jadi Mahasiswa Prof. Azra

Reporter: AY
Editor: admin
Rabu, 21 September 2022 | 17:17 WIB
Wamenag KH Zainut Tauhid saat menabur bunga di pusara Almarhum Prof Azyumardi Azra. Foto : Istimewa
Wamenag KH Zainut Tauhid saat menabur bunga di pusara Almarhum Prof Azyumardi Azra. Foto : Istimewa

JAKARTA - Wakil Menteri Agama (Wamenag) KH. Zainut Tauhid mengenang sosok mendiang Ketua Dewan Pers Prof. Azyumardi Azra. 

Zainut amat merasa kehilangan. bangsa Indonesia pun demikian, kembali kehilangan putra terbaiknya, seorang yang mendedikasikan sepenuh hidupnya untuk ilmu pengetahuan dan kemanusiaan.

"Prof. Azyumardi Azra tokoh intelektual muslim paripurna yang memiliki reputasi mendunia, pemikirannya melewati batas dan sekat budaya, agama dan negara. Sehingga beliau bisa diterima oleh semua kalangan dan golongan," kata Wamenag kepada RM.id '(Tangsel Pos Group), Rabu (21/9).

Zainut bersyukur pernah menjadi mahasiswanya. Setidaknya, dia pernah mengikuti dua semester ketika mengambil program (S3) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat itu Prof. Azra menjabat sebagai Direktur Pascasarjana UIN Jakarta.

"Kesan saya sebagai mahasiswa, beliau orangnya sangat disiplin, tegas dan kritis, beliau juga memiliki kemampuan menganalisis masalah yang sangat tajam sehingga ketika kita tidak memiliki argumentasi yang kuat pasti dibuat kedodoran menjawab semua pertanyaannya," kenangnya.

Zainut sangat menikmati cara dan gaya beliau mengajar, tenang, datar, dingin tetapi kritis dan inspiratif. Selain memiliki kedalaman ilmu, Prof. Azra juga memiliki perspektif yang sangat luas dalam melihat berbagai masalah.

Prof. Azra tambah Zainut, memiliki pemikiran yang sangat inklusif, moderat, seimbang dan selalu berpijak pada nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

"Beliau tidak segan memberikan kritik kepada siapa pun yang dinilai mengusik nilai-nilai kebenaran dan keadilan. H tersebut tak lepas dari insting intelektualitasnya yang independen, kritis dan tajam," tuturnya.

Selain sebagai akademisi, Prof. Azra juga seorang aktivis organisasi, banyak berkecimpung di berbagai organisasi, seperti KAHMI, Muhammadiyah, ICMI, MUI dan masih banyak lagi organisasi lain yang diikuti.

Yang menarik meskipun sebagai tokoh Muhammadiyah, tetapi sangat gigih membela NU ketika diserang tentang gagasan mengampanyekan Islam Nusantara.

Prof. Azra mengatakan, Islam di Indonesia merupakan islam yang khas yang memilki karakter istimewa. Islam di Indonesia, merupakan Islam yang sempurna yang sudah teruji oleh sejarah. Bagaimana Islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai mengantikan agama besar sebelumnya yaitu Hindu dan Budha.

Bahkan dengan cerdas memberikan definisi Islam Nusantara, adalah Islam distingtif sebagai hasil interaksi, kontekstualisasi, indigenisasi, dan vernakularisasi Islam universal dengan realitas sosial, budaya, dan agama di Indonesia.

Ortodoksi Islam Nusantara (kalam Asy’ari, fiqih mazhab Syafi’i, dan tasawuf Ghazali) menumbuhkan karakter wasathiyah yang moderat dan toleran. Islam Nusantara yang kaya akan warisan Islam (Islamic Legacy) menjadi harapan renaisans peradaban Islam global. Hal tersebut meneguhkan prinsip indepensi dan kemerdekaan sebagai intelektual muslim yang tidak terjebak pada egoisme kelompok yang sempit.

"Beliau bahkan dengan elegan menawarkan pemikiran baru tentang Islam Nusantara yang Berkemajuan sebagai sebuah perkawinan gagasan antara konsep Islam Nusantara yang diusung oleh NU dan Islam Berkemajuan yang di usung oleh Muhammadiyah menjadi role model untuk membangun peradaban Islam di dunia global," terangnya.

Selain di Muhammadiyah, Prof. Azra juga aktif di Majelis Ulama Indonesia. Sebagai cendekiawan muslim. Posisinya di MUI menjadi salah satu pilar penyangga MUI karena sering disebutkan bahwa MUI itu wadah berhimpun para ulama, zu'ama dan cendekiawan muslim.

Tiga pilar tersebut yaitu ulama mewakili masyarakat pesantren, zuama mewakili pemerintahan dan cendekiawan Muslim mewakili masyarakat akademisi. Prof. Azra mewakili para cendekiawan muslim untuk memperkuat bangunan MUI dalam berkhidmad melayani umat, bangsa dan negara.

"Saya menjadi saksi selama Prof. Azra aktif di MUI, beliau sangat gigih mengampanyekan Islam wasathiyah, Islam moderat dan Islam yang anti diskriminasi, perpecahan dan kekerasan," ungkap Zainut.

Prof. Azra, juga disebutnya menjadi ikon cendekiawan muslim yang selalu menginspirasi dengan pandangan moderat tentang keislaman dan Keindonesiaan. Prof. Azra dinilainya bukan guru biasa, tetapi guru bangsa yang mencintai ilmu, peduli sosial, dan rendah hati.

"Bangsa Indonesia kehilangan putra terbaiknya. Tokoh cendekiawan muslim yang senyumnya khas dengan pembawaannya yang kalem dan sederhana itu kini telah meninggalkan kita, tetapi saya percaya jejak legasinya akan terus dikenang oleh anak bangsa sepanjang masa. Selamat jalan Prof. Azra semoga amal jariahmu mengalir terus dan menerangi jalan menuju tempat keabadianmu di sisi Sang Maha Pemilik segalanya. Amin," tutup Zainut dengan doa. (AY/rm.id)

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
RM ID
Banpos
Satelit