Banyak Wilayah Di Ibu Kota Tergenang
Sumur Resapan Belum Sakti Taklukkan Banjir
JAKARTA - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mengakui peran sumur resepan belum optimal. Oleh karena itu, petugas masih mengerahkan pompa untuk mempercepat banjir surut.
Hujan deras yang mengguyur Jakarta pada Selasa (4/10) membuat sejumlah jalan kebanjiran. Seperti di perempatan ITC Fatmawati Jakarta Selatan (Jaksel). Ruas ini terendam banjir dengan ketinggian di atas dengkul dewasa. Padahal, di tempat itu terdapat 20-an sumur resapan.
Berdasarkan akun twitter @infojakarta, air mengalir sangat deras di perempatan jalan itu. Banjir terlihat setinggi ban kendaraan roda empat.
Warganet ikutan nimbrung berkomentar. “Sumur resapan sejatinya dibangun dengan perhitungan, perencanaan dan desain yang sesuai dengan kontur tanah serta efisensi resapan terhadap air hujan. Titik sebarannya pun perlu diperhitungkan agar area resapan terdistribusi dengan baik sesuai dengan lokasi penempatannya,” tulis akun @respatip02.
Namun ada juga warganet menilai banjir cepat surut dengan memposting foto perempatan yang sudah surut. Foto itu terlihat pukul 16.49 WIB.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengakui, sumur resapan belum efektif menyalurkan air ke dalam tanah. Sehingga pihaknya masih mengandalkan truk pemadam kebakaran dan pompa mobile ke titik-titik cekung untuk mengantisipasi banjir.
“Sebenarnya itulah jawabannya, mengapa sumur resapan penting. Sumur resapan dibutuhkan untuk daerah yang cekung karena air tak bisa kemanamana,” kata Anies di Jakarta Recycle Centre, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Rabu (5/10).
Jawaban itu disampaikan Anies merespons banjir Jakarta yang terjadi di 31 RT dan enam ruas jalanan, pada Selasa (4/10).
Dijelaskannya, air mudah mengalir di daerah yang tak cekung. Tapi tidak untuk wilayah cekung. Untuk daerah cekung, maka dibutuhkan sumur resapan. Meski hingga kini penanganan banjir di titik-titik cekung itu masih mengandalkan pompa.
“Di daerah-daerah yang cekung ketika terjadi hujan dengan volume yang amat tinggi, pompa dibutuhkan untuk mengalirkan air ke tempat lain,” jelas dia.
Anies tak mendetailkan daerah cekung mana saja yang segera membutuhkan sumur resapan.
Sekretaris Daerah (Sekda) DKI Jakarta Marullah Matali juga mengakui sumur resapan tidak terlalu signifikan dalam mengatasi banjir.
"Kita paham bahwa ini tidak secara signifikan sekali, tetapi itu tetap punya pengaruh,” kata Marullah di Jakarta Pusat, Rabu (28/9).
Marullah mengatakan, saat ini pihaknya tengah menghitung persentase dampak sumur resapan terhadap bencana banjir. Kendati begitu, dia meyakini, pembangunan sumur resapan membantu mengatasi genangan.
“Paling tidak di lingkungan lokal sekitarnya, sumur resapan sangat berpengaruh,” ujarnya.
Anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PSI Justin Adrian menilai, penanganan banjir yang dilakukan Pemprov DKI tidak ada kemajuan yang berarti.
Justin menguraikan sedikitnya ada 3 jenis banjir di Jakarta. Pertama, banjir kiriman, yakni aliran air dari hulu atau dataran tinggi. Kedua, banjir lokal, yaitu banjir yang diakibatkan oleh curah hujan di DKI Jakarta yang cenderung meningkat di setiap tahunnya. Dan ketiga, banjir ROB,yang disebabkan luapan air laut di daratan pesisir.
Menurutnya, terkait banjir lokal yang diakibatkan oleh curah hujan dapat disimpulkan bahwa Jakarta bermasalah dalam hal menampung air.
“Itu karena buruknya tata kota dan jenis tanah DKI yang minim daya serap. Mengandalkan serapan air ke tanah, jelas tidak memungkinkan. Karena kecepatan dan kapasitas serapnya sulit untuk mengimbangi curah hujan yang cenderung naik,” kata Justin dalam keterangannya kepada Rakyat Merdeka, Rabu (5/10).
Justin mengaku tidak setuju jika kecepatan surut menjadi target atau prestasi yang dibanggakan. Sebab, genangan mesti tingginya hanya 50 centimeter (cm) sudah sangat mengganggu bisa merusak barang berharga milik warga.
Justin bilang, tidak adil jika warga dipungut pajak kendaraan dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Tapi, Pemerintah tidak mempedulikan kerugian warga yang diakibatkan oleh ketidakefektifan kinerja Pemprov DKI.
“Menurut saya, selama 5 tahun Pak Anies menjabat hanya menghasilkan prestasi kecepatan surut. Capaian itu terlalu murahan yang diberikan kepada warga karena seolah meniadakan kerugian material warga,” sentilnya.
Solusi andalan Anies seperti sumur resapan, lanjut Justin, semestinya hanya menjadi supporting system saja, bukan menjadi media utama penanggulangan banjir. Sebab, pengendalian banjir utama sebenarnya normalisasi sungai yang harus ada progresnya setiap tahun.
Sebab, menurut Justin, air hujan harus dialirkan secepatnya ke laut untuk mengimbangi durasi dan curah hujan yang tinggi. Berikutnya baru media pendukung seperti embung, sumur resapan, dan lain-lain untuk membantu menangkap air, mengurangi beban sungai dan jaringan mikro.
Dia juga mendorong perluasan pipanisasi air bersih yang selama 5 tahun ini tidak tumbuh signifikan.
“Eksploitasi air tanah dapat mengakibatkan penurunan permukaan tanah dan secara otomatis dapat menambah titik banjir di Jakarta,” tegas Justin. (rm.id)
TangselCity | 1 hari yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 jam yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu