Di Pintu 13, Penonton Pingsan, Terinjak-injak, Meregang Nyawa
JAWA TIMUR - Setelah sepekan bekerja, Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) mulai menemukan sejumlah fakta penyebab tewasnya 131 orang dalam tragedi Kanjuruhan.
Temuan awal, insiden di pintu 13 stadion jadi paling banyak menelan korban. Di pintu 13 ini, banyak penonton berdesakan, jatuh pingsan, lalu terinjak-injak sampai meregang nyawa.
Temuan awal ini disampaikan TGIPF di akun YouTube Kemenko Polhukam, kemarin. Anggota TGIPF Mayjen TNI (Purn) Suwarno mengatakan, dalam sepekan terakhir, Tim menemui berbagai pihak yang terlibat dalam pertandingan antara Arema FC dan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu, 1 Oktober lalu, yang berujung pada kerusuhan hingga menewaskan 131 orang.
Kata dia, Tim im sudah menemui semua unsur pengamanan baik dari kepolisian, Brimob, pengendali lapangan sampai TNI. Tim juga meminta keterangan dari unsur panitia pelaksana di lapangan, steward, sampai security officer.
Kemarin, tim juga kembali mengunjungi Stadion Kanjuruhan, di Kepanjen, Kabupaten Malang. Kata dia, semua informasi ini akan diolah dan dijadikan laporan resmi dan masukan.
Apa hasilnya? Anggota TGIPF Nugroho Setiawan mengatakan, Stadion Kanjuruhan Malang memang tidak layak untuk menjadi tuan rumah pertandingan. Anggota AFC Safety Security Officer ini menilai, stadion berisiko tinggi atau high risk match.
Namun, stadion berkapasitas 35 ribu orang masih bisa digunakan untuk pertandingan medium atau low risk. Sementara untuk pertandingan risiko tinggi, harus membuat kalkulasi yang sangat konkret misalnya, bagaimana mengeluarkan penonton dalam keadaan darurat.
“Sementara yang saya lihat adalah pintu masuk berfungsi sebagai pintu keluar, itu tidak memadai, kemudian tidak ada pintu darurat. Jadi mungkin ke depan perbaikannya adalah mengubah struktur pintu itu,” kata Nugroho.
Selain itu, lanjut dia, TGIPF menemukan akses anak tangga di Stadion Kanjuruhan tidak ideal untuk kondisi ramai. Selain itu kondisi railing tangga yang tidak terawat.
Nugroho menuturkan bahwa merujuk safety discipline, ada ukuran tertentu yang menjadi standar pembuatan anak tangga di stadion.
Secara umum, ketinggian anak tangga itu 18 cm dan lebar tapak 30 cm. Sementara di lokasi ketinggian anak tangga dan lebar tapak rata-rata mendekati 30 cm.
"Kondisi ini membahayakan karena bisa bikin orang jatuh,” ulas Nugroho.
Tak hanya itu, lebar dari anak tangga itu juga tidak terlalu ideal untuk kondisi crowd, karena harus ada railing. Railing untuk pegangan.
“Railing ini juga sangat tidak terawat dengan stampit desakan yang luar biasa akhirnya railing-nya patah dan itu juga termasuk yang melukai korban,” lanjutnya.
Selain tangga, Tim juga menemukan fakta kalau pintu 12 dan 13 dalam kondisi tertutup saat kerusuhan terjadi. Kesimpulan itu diketahui berdasarkan rekaman CCTV di pintu 13. Di pintu gerbang ini banyak penonton meregang nyawa akibat terjatuh dan terinjak-injak.
“Mengerikan sekali,” ujarnya.
Nugroho mengakui, bila pintu 13 ini sebenarnya terbuka. Tapi dibukanya sangat kecil tak sebanding dengan jumlah massa yang akan keluar.
“Situasinya orang berebut keluar, sementara sebagian sudah jatuh pingsan, terhimpit, terinjak karena efek dari gas air mata. Jadi ya miris sekali. Saya melihat detik-detik beberapa penonton yang tertumpuk dan meregang nyawa terekam sekali di CCTV,” ungkapnya.
Tim juga telah melihat kondisi korban luka. Nugroho mengatakan zat yang terkandung dalam gas air mata yang ditembakkan polisi berefek parah kepada korban. Kata dia, luka para korban memerlukan waktu paling cepat satu bulan untuk sembuh.
“Jadi efek dari zat yang terkandung di gas air mata itu sangat luar biasa. Ini juga patut dipertimbangkan untuk crowd control di masa depan,” kata Nugroho.
Selain TGIPF, polisi juga terus mengusut kasus ini. Kemarin, polisi kembali melakukan olah TKP, di Stadion Kanjuruhan. Polisi memeriksa beberapa titik dan mengambil gambar dengan menggunakan kamera tiga dimensi.
Lokasi yang diperiksa adalah pintu 3, 11,12, dan 13. Keempat pintu itulah yang paling banyak menelan korban jiwa, baik yang tewas maupun luka-luka.
Terkait temuan pelanggaran yang ada, pihak kepolisian memastikan bakal menindaknya. Menurut Kadiv Humas Polri Irjen, Dedi Prasetyo, semua pihak yang terduga pelaku anarkis yang menyebabkan kerusuhan di luar Stadion Kanjuruhan bakal ditindak.
Dedi mengatakan, dalam penyidikan yang dilakukan Polri, terdapat dua peristiwa yang akan didalami oleh tim investigasi. Yakni, kerusuhan yang terjadi di dalam maupun luar lapangan.
Untuk di luar lapangan, pihaknya juga akan mengusut kepada seluruh pihak yang diduga melakukan pengrusakan, aksi anarkis, pembakaran dan penyerangan terhadap pemain serta official klub.
“Minggu depan tim investigasi akan melakukan penegakan hukum kepada siapapun yang teridentifikasi melakukan pengrusakan dan pembakaran di luar stadion,” kata Dedi kepada wartawan, kemarin.
Jenderal bintang dua ini menyebut, dari hasil investigasi, Polri menemukan 46 botol minuman keras (miras) oplosan ukuran 550 ml.
Eks Kapolda Kalimantan Tengah ini mengimbau kepada seluruh pihak yang melakukan pengerusakan, pembakaran, penyerangan, dan lainnya untuk menyerahkan diri kepada yang berwajib. (rm.id)
Nasional | 6 jam yang lalu
Pos Tangerang | 16 jam yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Galeri | 1 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Nasional | 5 jam yang lalu