Dinsos Tingkatkan Kapasitas Petugas Rumah Singgah
SERPONG UTARA-Dinas Sosial (Dinsos) Kota Tangerang Selatan (Tangsel) menggelar pelatihan peningkatan kapasitas bagi pegawai Rumah Singgah, Kamis (20/11). Kegiatan ini bertujuan memastikan penanganan warga pemerlu layanan kesejahteraan, mulai dari orang terlantar hingga Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) dilakukan secara lebih cepat, tepat, dan manusiawi.
Plt Sekretaris Dinsos Tangsel, Rouf menjelaskan, bahwa pelayanan di Rumah Singgah harus diperlakukan layaknya penanganan pasien. Pemerlu yang datang membutuhkan pemenuhan kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, layanan kesehatan, hingga pendampingan khusus.
“Orang yang datang ke Rumah Singgah kita anggap sebagai pasien. Mereka perlu makan, pakaian, pengobatan, semua kebutuhan dasar itu harus kita penuhi,” ujarnya.
Rouf mengakui, penanganan ODGJ merupakan tantangan tersendiri. Karena Dinsos tidak memiliki tenaga perawat, pihaknya bekerja sama dengan RS Marzoeki Mahdi dan Sentra Mulya Jaya Kemensos.
“Kalau pasien ODGJ tantrum, kami langsung bawa ke Marzoeki Mahdi. Di sana rata-rata satu sampai dua minggu sudah stabil. Setelah itu yang penting peran keluarganya—jangan merokok, jangan ngopi, jangan melamun. Itu tiga pemicu utama kambuh,” jelasnya.
Rouf juga menyinggung banyak kasus yang berawal dari ODMK (Orang Dengan Masalah Kejiwaan) yang tidak ditangani secara benar, sehingga berkembang menjadi ODGJ.
Sebagai daerah penyangga ibu kota, Tangsel kerap menerima rujukan orang terlantar dari Polsek, Koramil, Kecamatan, hingga Kelurahan. Banyak dari mereka adalah pendatang yang datang ke Jakarta karena dibohongi tawaran pekerjaan.
“Mereka kehabisan uang. Kami tampung dulu di Rumah Singgah, penuhi kebutuhan dasarnya, lalu cari keluarganya. Kalau keluarganya mampu, kami minta jemput. Kalau tidak, kami bantu antar,” tuturnya.
Dalam beberapa kasus, Dinsos Tangsel juga mengantar pemerlu hingga luar daerah seperti Cianjur dan Subang.
Rouf menjelaskan, Rumah Singgah berfungsi sebagai tempat penampungan sementara dengan batas waktu tujuh hari. Selama itu, pegawai melakukan pelacakan keluarga.
Namun, praktik di lapangan sering kali membutuhkan waktu lebih lama, terutama jika pemerlu tidak memiliki data kependudukan. “Kami banyak menemukan kasus tanpa identitas. Kalau tidak bisa dilacak lewat biometrik, kami naikkan ke media sosial. Banyak juga yang akhirnya ditemukan keluarganya,” katanya.
Bagi ODGJ yang sudah stabil, Sentra Mulya Jaya Kemensos menyediakan program pelatihan selama enam bulan agar mereka bisa kembali mandiri. Setelah dipulangkan, keberlanjutan minum obat menjadi faktor penting agar tidak kambuh.
“Kalau obat putus atau di rumah dia dibiarkan nganggur, itu berpotensi kambuh. Makanya pendampingan keluarga sangat penting,” tegas Rouf.
Pelatihan peningkatan kapasitas ini diikuti oleh 50 pegawai Dinsos Tangsel. Materi difokuskan pada teknis penanganan pemerlu, koordinasi lintas lembaga, dan prosedur rujukan ke provinsi.
Dinsos berharap pelatihan ini dapat memperkuat pelayanan pemerlu di Tangsel, sejalan dengan amanat konstitusi bahwa negara wajib hadir membantu fakir miskin dan anak terlantar.
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 1 hari yang lalu



