Penentu Capres Ada Di Partai Papan Tengah
JAKARTA - Bagaimana peta politik di Pilpres 2024? Jusuf Kalla, politisi senior yang pernah 2 kali menjadi wakil presiden, punya analisa brilian. Apakah partai besar yang akan menentukan arah Pilpres 2024? Bukan. Begitu kata mantan ketum Partai Golkar itu.
Lalu siapa yang akan menentukan Pilpres 2024? "Partai papan tengah," kata pria yang akrab disapa JK ini.
Analisis itu disampaikan JK saat menjadi pembicara kunci seminar kebangsaan bertajuk 'Perjalanan Bangsa dalam Kepemimpinan Nasional'. Seminar ini digelar Partai NasDem sebagai rangkaian Rakernas Partai NasDem, di Jakarta Convention Centre, Jakarta, kemarin.
Awalnya, Wakil Presiden ke-10 dan 12 ini menyinggung soal tahun 2022 yang disebut sebagai tahun politik.
"Banyak yang katakan, tahun ini politik akan panas. Saya katakan tidak, ini yang romantis," kata JK sambil tersenyum. Hadirin pun ikut senyum.
Kenapa romantis? Karena, kata JK, di tahun ini, para elit politik mulai melakukan ‘pedekate’ alias pendekatan. Mulai saling berkenalan, hingga antara tokoh yang satu degan tokoh yang lain mulai dijodoh-jodokan.
“Sama seperti orang pacaran, mencari yang cocok, memenuhi syarat, melobi, jadi tahun ini tahun mencari pasangan. Begitulah suasana politik kita," tambah JK.
Meski tahun ini masuk tahun romantis, JK mengingatkan, tahun ini tidak mudah. Tidak mudah menjodoh-jodohkan satu tokoh dengan tokoh lainnya. Kenapa?
"Banyak hal jadi faktor," JK kasih argumen.
Apa saja faktornya? Kata JK, salah satu kendala para aktor politik mencari pasangan ialah elektabilitas. Tokoh yang saat ini punya elektabilitas tinggi, justru terkendala oleh kendaraan politik.
Sedangkan partai yang punya tiket buat mengusung capres, belum punya jagoan yang mumpuni karena elektabilitasnya rendah.
Siapa tokoh yang dimaksud dan partai apa yang dimaksud JK, JK tak menyebut dengan tegas dalam pidatonya itu.
Berangkat dari argumentasinya itu, JK langsung menarik kesimpulkan bahwa partai dengan elektoral menengah bisa menjadi penentu. Asalkan, bisa menjawab tantangan tersebut.
"Bagaimana menggabungkan dua hal ini, elektabilitasnya tinggi dan partainya cukup. Karena itu, saya katakan yang mengambil peranan nanti bukan partai besar, tapi partai menengah," sambungnya.
Partai-partai menengah, kata JK, juga akan menjadi incaran partai papan atas. Khususnya partai-partai yang presidential threshold (PT)-nya hampir mendekati 20 persen.
"Dia butuh pasangan calon yang cukup (elektabilitasnya) dan partai yang bisa mencukupi (PT 20 persen)," tuturnya.
Analisis yang disampaikan JK ini diamini PAN, sebagai salah satu partai papan tengah. Ketua DPP PAN, Saleh Partaonan Daulay mengaku setuju dengan JK. Menurutnya, ini menjadi bukti kalau posisi partai papan tengah seperti PAN, cukup seksi dalam Pilpres 2024.
"Analisa Pak JK itu patut diapresiasi dan menambah semangat kita untuk bekerja keras di pesta demokrasi," kata Saleh, tadi malam.
Namun, PKS yang juga merupakan partai tengah, kurang sependapat dengan JK. Menurut Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera, ada faktor lain yang lebih menentukan, yakni keberanian.
"Bukan faktor partai tengahnya, tapi keberanian mengambil inisiatif yang menentukan," ujar Mardani kepada Rakyat Merdeka (Tangsel Pos Group) kemarin.
Ia merinci, ada tiga faktor yang menentukan kemenangan 2024. Pertama figur. Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo dinilainya saat ini adalah yang terkuat.
"Kalau Pak Prabowo wajar karena ketua umum parpol," sebutnya.
Kedua, kombinasi dua kolam suara besar: Jawa Barat dan Jakarta, Banten plus Sumatera dan sebagian Kalimantan plus kolam Jateng dan Jatim plus Indonesia Timur.
"Capres dan Cawapres dari dua kolam suara berbeda punya peluang menang," paparnya.
Ketiga, kedekatan dengan milenial dan kelas menengah. Di sinilah partai adu strategi untuk mendapatkan kombinasi Capres dan Cawapres terbaik.
"Tapi selain Pilpres, kita semua juga harus menitikberatkan perhatian untuk pemenangan Pileg," tandasnya.
Partai Demokrat enggan jemawa jika partai tengah disebut sebagai penentu. Sebab, partai-partai ini juga akan sangat ditentukan oleh seberapa berdaulat dan mandiri dalam menentukan keputusannya.
"Bagaimana jadi penentu kalau diintervensi gak bisa berkutik," sindir Juru Bicara Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra.
Selain itu, partai tengah juga terjebak dengan ego saling mempertahankan jagoan masing-masing. Bagi Demokrat, faktor penentunya bukan sekedar partai tengah atau bukan, tapi lebih kepada figur mana yang dijagokan.
Peneliti Indikator Politik Indonesia, Bawono Kumoro menilai analisis JK ada benarnya. Karena masalah saat ini sebagian besar partai tidak punya kader dengan elektabilitas bagus.
"Aturan presidential threshold 20 persen juga akan mendorong partai-partai menengah membentuk koalisi dengan mengusung figur di luar mereka," pungkas Bawono. (rm.id)
Pos Tangerang | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pendidikan | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 23 jam yang lalu
TangselCity | 21 jam yang lalu
TangselCity | 23 jam yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu