TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

RELIJIUCITY

SEA Games 2025

Indeks

Dewan Pers

119 Juta Warga Bepergian Saat Nataru 2025/2026

Reporter: Farhan
Editor: AY
Minggu, 07 Desember 2025 | 10:57 WIB
Penumpang di Stasiun Senen saat Lebaran 2024. Foto : Ist
Penumpang di Stasiun Senen saat Lebaran 2024. Foto : Ist

JAKARTA - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memprediksi puncak arus mudik masa libur Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru 2025/2026) akan terjadi pada Rabu (24/12/2025).

Menteri Perhubungan (Menhub) Dudy Purwagandhi mengatakan, pergerakan masyarakat pada puncak mudik diperkirakan mencapai 17,18 juta orang. Sementara puncak arus balik diproyeksikan terjadi pada Jumat (2/1/2026) dengan pergerakan sekitar 20,81 juta orang.

 

“Secara keseluruhan terdapat 119,5 juta orang atau 42,01 persen penduduk Indonesia yang berpotensi melakukan perjalanan selama masa libur Nataru tahun ini. Angka tersebut naik 2,71 persen dibanding tahun sebelumnya,” ungkap Menhub dalam keterangan resminya, di Jakarta, Sabtu (6/12/2025).

 

Eks Komisaris PLN ini menilai, meningkatnya minat perjalanan dipengaruhi oleh waktu libur panjang bersamaan dengan liburan sekolah, kondisi infrastruktur yang semakin baik, meningkatnya minat wisata, kebutuhan budaya untuk merayakan Natal di kampung halaman, serta faktor ekonomi.

Kemudian, berdasarkan survei Kemenhub bersama Badan Kebijakan Transportasi (BKT), Badan Pusat Statistik (BPS), dan akademisi, mobil pribadi menjadi moda yang akan paling banyak dipilih, yakni 42,78 persen atau 51,12 juta orang. Disusul sepeda motor (22,00 juta orang), bus (9,76 juta orang), mobil sewa (8,87 juta orang), dan travel (7,64 juta orang). Moda lainnya meliputi pesawat (4,27 juta), kereta api jarak jauh (3,94 juta), kapal penyeberangan (3,75 juta), kapal laut (2,62 juta), dan commuter line (2,30 juta).

 

“Tingginya minat masyarakat terhadap kendaraan pribadi mengindikasikan perlunya manajemen lalu lintas yang lebih intensif, khususnya pada ruas tol dan akses menuju simpul transportasi,” ujarnya.

 

Adapun, untuk memantau pergerakan masyarakat, Kemenhub akan mengoperasikan Posko Terpadu Angkutan Nataru 2025/2026 mulai 18 Desember 2025 hingga 5 Januari 2026. Ia menekankan dua isu utama yang harus diantisipasi, yakni potensi lonjakan penumpang dan risiko cuaca ekstrem.

Sejumlah strategi juga dilakukan untuk memastikan kelancaran dan keselamatan, diantaranya di transportasi darat dilakukan buffer zone, delaying system, contraflow dan oneway situasional, pengaturan penyeberangan. Transportasi laut, penyediaan kapal navigasi dan patroli, buffer zone di pelabuhan, serta penyiapan pelabuhan alternatif.

 

Lalu, transportasi udara, ramp check, optimalisasi jam operasional bandara, dan penambahan kapasitas penerbangan. Selanjutnya, kereta api, penetapan Daerah Pemantauan Khusus (DAPSUS), penyediaan Alat Material Untuk Siaga (AMUS), serta penyiagaan personel di perlintasan sebidang.

 

Tahun ini, Kemenhub juga telah melakukan ramp check pada 40.683 kendaraan darat, 987 kapal laut, 191 kapal penyeberangan, 363 pesawat, dan 3.333 sarana kereta api,” ungkapnya.

 

Selain itu, Kemenhub kembali menyelenggarakan Program Mudik Gratis. Di moda darat, 70 bus untuk 3.080 penumpang dan 2 truk untuk 60 sepeda motor menuju 10 kota tujuan, termasuk Solo, Yogyakarta, Surabaya, Semarang, dan Purwokerto.

 

Di kereta api, dua lintasan mudik gratis (Jakarta Gudang–Semarang Tawang dan Jakarta Gudang–Purwosari) yang mengangkut 12.720 penumpang dan 5.568 sepeda motor selama 12 hari. Di laut, mudik gratis bagi 12.311 penumpang melalui 57 rute pelayaran.

Menhub menekankan, 4 faktor kunci penyelenggaraan Angkutan Nataru. Pertama, keselamatan dan keamanan sebagai prioritas utama. Kedua, sinergi dan kolaborasi antar lembaga yang kuat. Ketiga, perhatian terhadap detail, mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan. Keempat, kewaspadaan terhadap kejadian luar biasa.

 

Jika 4 faktor tersebut bisa kita pedomani dan laksanakan dengan baik, bukan tak mungkin Zero Accident dan Zero Fatality dapat terwujud,” tegasnya.

 

Sementara, Ketua Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Mahendra Rianto meminta Pemerintah mempertimbangkan alternatif lain atas kebijakan pembatasan lalu lintas truk sumbu tiga menjelang Nataru.

 

Mahendra mengatakan, 2 minggu menjelang akhir tahun merupakan masa tersibuk industri logistik. Perusahaan logistik umumnya harus segera mengirim pesanan yang dilakukan pada 2 minggu pertama Desember. Selain itu, banyak perusahaan berlomba mempercantik kinerja sebelum menutup buku di akhir tahun.

 

Pada saat yang sama, lanjut Mahendra, banyak masyarakat perantauan yang kembali ke daerah masing-masing, sehingga distribusi barang harus merata. “Jangan sampai terjadi kelangkaan barang. Kalau terjadi, maka akan terjadi disparitas harga dan harga naik,” kata Mahendra.

 

Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat Djoko Setijowarno menyebutkan ada dua hal yang harus diwaspadai karena dapat meningkatkan risiko kecelakaan transportasi saat libur Nataru.

 

Dua hal itu adalah tingginya mobilitas kendaraan ke destinasi wisata dan intensitas hujan yang cukup tinggi pada Desember.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
RM ID
Banpos
Satelit