Jenazah Diangkut Becak Dari Jalanan Ke Kuburan
ACEH - Sebelum tiba di Aceh Tamiang, banyak video di sosial media yang menyampaikan bahwa mayat bergelimpangan di mana-mana pasca banjir bandang. Bau busuk mayat, katanya mulai menyengat di mana-mana.
Namun, ketika tiba di Taming, sebutan akrab Aceh Tamiang, Jumat (5/12) tengah malam, dan bermalam di salah satu daerah yang terdampak cukup parah, yakni Karang Baru di tengah-tengah lumpur yang masih tebal, saya tidak mencium sama sekali bau busuk.
“Bau busuk itu memang tidak ada, atau indra penciuman saya bermasalah,” batin saya. Ternyata memang tidak ada masalah dengan penciuman saya.
Sebab, beberapa hari di Taming, saya tidak melihat adanya mayat yang tergeletak di tempat umum. Baik ketika berada di pusat kota Kuala Simpang, hingga ke beberapa desa pedalaman di kecamatan Bandar Mulia, Bendahara hingga Kejuruan Muda.
Hanya ada sekali tercium bau bangkai yang cukup menyengat, ketika melintasi salah satu ruas jalan protokol, tapi itu bukan bangkai manusia, melainkan sapi.
Lantas, apakah mayat-mayat di jalan itu cuma hoaks saja? Salah seorang warga Desa Perdamaian, Putra (32 tahun) membenarkan adanya mayat-mayat yang bergelimpangan setelah air surut, sekitar di hari ketiga dan keempat. Ia sempat melihat beberapa diantaranya tergeletak di jalan, pinggir sungai hingga teras-teras ruko.
“Tapi sudah tidak berbentuk bang, sudah bengkak. Sangat sulit dikenali. Bahkan ada yang isi perutnya sudah keluar,” ungkapnya kepada Redaksi.
Ia tidak menampik, jika ada bau mayat yang menyengat di beberapa tempat setelah air surut. Bahkan sempat melihat beberapa mayat diangkut menggunakan becak lalu didorong. Karena tidak ada lagi kendaraan bermotor yang bisa digunakan, karena semua motor yang terendam banjir dan lumpur setinggi di atas 8 meter itu mati total. “Kami juga bingung, mayat-mayat itu akan dikubur dimana? Karena semua lumpur,” ingatnya.
Datuk Desa Purwodadi, Kecamatan Kejuruan Muda, Eka Putra, membenarkan, setelah wilayahnya banjir dan berlumpur, pihaknya kesulitan mencari tempat pemakaman yang bisa digali untuk mengubur jenazah.
“Beberapa warga kita yang meninggal kita kuburkan di daerah tetangga yang agak tinggi, tapi dari 4 warga yang meninggal setelah banjir itu, bukan karena tenggelam atau terbawa arus, tapi karena sakit setelah banjir dan raya-rata lansia,” kata sang Datuk, sebutan untuk kepala desa di Aceh Tamiang.
Salah seorang warga yang enggan menyebutkan namanya mengaku sempat melihat ada beberapa mayat yang sudah membusuk, akhirnya dibuang ke sungai.
“Benar bang, saya lihat mayat-mayat itu yang sudah membusuk itu akhirnya dibuang ke sungai. Mungkin karena baunya sudah cukup menyengat dan tidak tahu harus dikubur dimana,” terangnya.
Selain itu mobilitas untuk mengangkut mayat juga sulit. Menurutnya tidak ada kendaraan yang bisa digunakan untuk mengangkut mayat.
Olahraga | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 19 jam yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 18 jam yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu


