Dinkes Tangsel Berkomitmen Tingkatkan Kualitas Layanan Kesehatan Masyarakat
CIPUTAT - Pemerintah Kota (Pemkot) melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangerang Selatan (Tangsel) berkomitmen untuk menjamin kesehatan masyarakatnya. Upaya tersebut diwujudkan melalui beragam program unggulan serta layanan yang berkualitas.
Beragam program tersebut, dipaparkan dalam kegiatan Forum Lintas Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang membahas Rancangan Rencana Kerja Perangkat Daerah (RKPD) di Puspemkot Tangsel, Rabu (22/2/2023).
Wali Kota Tangsel, Benyamin Davnie menerangkan, rancangan perencanaan kerja menjadi momentum penting bagi setiap OPD untuk dapat menjalankan seluruh programnya secara tepat sasaran. Forum ini pun turut menjadi kunci keberhasilan setiap program yang dicanangkan.
"Ada filosofi yang sangat bagus. Rencanakan pekerjaanmu dan kerjakan perencanaan mu. Separuh penentuan kemenangan dari perencanaan yang baik. Kalau gagal membuat perencanaan, maka kita gagal membuat perencanaan," ungkap Benyamin.
Dengan begitu, Ia berharap agar setiap program yang telah dicanangkan dapat betul-betul berhasil dan meningkatkan taraf dan kualitas kesehatan masyarakat Kota Tangsel.
Lebih lanjut Kepala Dinkes Kota Tangsel, Allin Hendalin Mahdaniar menerangkan bahwa secara garis besar, pihaknya berkomitmen untuk meningkatkan mutu kesehatan. Bukan hanya secara kuantitas, akan tetapi juga kualitas.
"Urusan kesehatan adalah menjadi urusan wajib yang diturunkan dari kewenangan Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah. Oleh karena itu, bidang kesehatan dengan segala indikatornya, salah satunya adalah SPM kesehatan dengan 12 indikatornya tentunya harus bisa tercapai di setiap tahunnya. Bahkan tidak hanya bicara kuantitas saja tetapi juga kualitas yang paling penting dalam hal pelayanan kesehatan," terang Allin pada kesempatan yang sama.
Sejalan dengan itu, lanjut Allin, saat ini Kementerian Kesehatan tengah fokus berkomitmen untuk mewujudkan transformasi sistem kesehatan, yang di antaranya mencakup transformasi layanan primer, layanan rujukan, sistem ketahanan kesehatan, sistem pembiayaan kesehatan, Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan, dan transformasi teknologi kesehatan.
"Ada enam transformasi. Bila dilihat satu per satu, rasanya Tangsel sudah ikut andil di dalamnya. Misalnya transformasi layanan primer, bagaimana edukasi penduduk selama ini kita sudah ada 6 ribu kader kesehatan mereka sudah bertugas sesuai tugas pokoknya. Kemudian juga pencegahan sekunder, bahkan untuk stunting juga sudah kita laksanakan," tuturnya.
"Bahkan Posyandu, kita tidak hanya melayani ibu hamil dan balita saja. Tapi di Posyandu ini, kita layani satu siklus kehidupan. Mulai dari remajanya, ibu hamil, balita, sampai juga lansia. Itu kami layani dalam satu rumah bernama Posyandu," lanjut Allin.
Namun kini, Allin mengatakan, masih terdapat sederet isu ihwal kesehatan yang masih harus ditangani. Isu pertama, yakni masih adanya kematian ibu dan bayi.
Allin menyatakan, pihaknya akan berkomitmen untuk selalu memperjuangkan segala cara agar tingkat kematian ibu dan anak dapat menurun.
Meski kini, lanjut Allin, angka kematian ibu dan anak di Tangsel sudah cukup rendah.
"Tapi tetap saja mereka adalah manusia yang juga harus tetap hidup, harus tetap kita perjuangkan dan tentunya ada peran dari pelayanan kesehatan. Oleh karenanya kami terus untuk bagaimana angka kematian ibu dan anak ini dapat terus menurun," tegas Allin.
Selanjutnya, yakni persoalan terkait masih adanya balita stunting dan balita gizi buruk. Isu ini pun kini masih menjadi prioritas Pemkot Tangsel, meski setahun silam angka stunting di wilayah termuda se-Banten ini mengalami penurunan yang sangat signifikan dari 19,9 persen menjadi hanya 9 persen.
Allin pun optimis, capaian tersebut dapat dilanjutkan hingga menyentuh target yang dicanangkan.
"Jadi rasanya akan sangat optimis sekali bila di 2024 atau 2023 ini kita harus turun sampai di angka 7 persen. Karena jika melihat data existing saat ini, kita hanya harus berbenah kita harus bisa memutus rantai agar stunting tidak ada kasus baru," ungkapnya.
Allin memaparkan, isu lainnya yaitu masih adanya peningkatan penyakit menular dan tidak menular. Kemudian selanjutnya, serta masih ditemukannya ibu hamil Kekurangan Energi Kronis (KEK).
"Kemudian adalah tingginya obesitas sentral pada penduduk usia 15 tahun ke atas. Ini masalah menjadi salah satu indikator penyakit tidak menular. Obesitas sentral ini di Tangsel ternyata dari hasil skrining, didapatkan sebanyak 172 ribu orang ada pada kondisi obesitas sentral. Skrining dilakukan adalah untuk mendeteksi secara dini, agar penyakit cepat ketahuan dan bisa segera mengatasinya sehingga tidak ada keterlambatan," jelasnya.
Kemudian terakhir, masih perlu ditingkatkannya mutu layanan di fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah daerah.
"Dari enam isu permasalahan kami intervensi dengan enam program. Salah satunya adalah program pemenuhan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, program pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan, kemudian program peningkatan kapasitas SDM kesehatan, serta penunjang urusan pemerintah daerah," pungkasnya. (Adv)
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu