Terbukti Secara Sains, Rindu Itu Berat, Ini Fakta-faktanya....
JAKARTA - Rindu itu berat, ternyata hanya bukan hanya sekadar kata-kata Dilan di film Dilan 1990.
Ahli Biologi Molekuler Riza Arief Putranto mengatakan, fakta rindu itu berat, terbukti secara ilmiah. Ada sains neuroendokrinologi yang menjelaskan.
Human Nature 1998 menyebut, ada tiga tahapan cinta dan kasih sayang yaitu lust, attraction dan attachment yang didukung neurotransmitter otak.
Lust dipicu oleh hormon testosteron dan estrogen. Attraction dibangkitkan oleh hormon dopamin, norepinefrin, dan serotonin. Serta attachment oleh hormon oksitosin dan vasopresin.
"Ketika kita rindu seseorang, attraction dan attachment sedang dimainkan. Dopamin dan oksitosin drop, sementara norepinefrin up," jelas Riza melalui akun Instagramnya.
"Otak mencari yang kamu rindukan, agar dopamin kembali naik. Ini mekanisme negative-feedback dari dopamin. Norepinefrin membuat kita siaga, gelisah, dan menekan selera makan," imbuhnya.
Ilmuwan mengemukakan, pada tahapan tertentu, rasa rindu berubah menjadi amarah. Terutama, ketika pencarian otak (longing) itu tidak tercapai. Istilahnya, norepinephrine kick in!!
Di sisi lain, ketika attachment yang kuat karena oksitosin hilang, otak akan kembali mencarinya.
"Sehingga, rasa kehilangannya juga kuat," ucap Riza.
Hingga kini, kombinasi antara kadar dopamin dan oksitosin masih terus dipelajari. Pada kondisi tidak ideal, rasa rindu bisa memunculkan kecemburuan dan perilaku irasional.
Di tengah situasi ini, seorang terapis bernama Emily Simonian mengatakan, yang terpenting adalah mindset atau cara berpikir kita.
"Kita harus bisa menyiapkan diri, jika harus menanggung rindu," ucapnya. Selamat merindu dengan sehat.
Olahraga | 1 hari yang lalu
Olahraga | 19 jam yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Olahraga | 20 jam yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu