PM Inggris Kembali Di Ujung Tanduk, Menkes Dan Menkeu Berhenti
INGGRIS - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson kini berada di ujung tanduk. Dua menteri utamanya, yakni Menteri Keuangan Rishi Sunak dan Menteri Kesehatan Sajid Javid mengundurkan diri dalam selang waktu 10 menit, Selasa (5/7). Diikuti sejumlah menteri dan pembantu junior.
Kondisi ini tampak seperti kiamat untuk karier Johnson. Partai Konservatif yang dipimpin Johnson, disebut telah hancur lebur.
Namun, Johnson yang juga mantan wartawan, pantang menyerah dengan situasi ini. Dia tetap bertekad menjaga nyawa pemerintahannya, dengan merombak kabinet.
Pria berusia 58 tahun ini kemudian menunjuk Nadhim Zahawi, yang saat ini menjabat Menteri Pendidikan sebagai kanselir baru. Menggantikan Rishi Sunak. Sedangkan Kepala Staf Perdana Menteri, Steve Barclay terpilih menjadi Menteri Kesehatan.
Johnson yang saat ini tengah menghadapi krisis kepemimpinan paling serius dalam Riwayat jabatan Perdana Menteri, akan dicecar anggota parlemen dalam Sidang Perdana Menteri pada hari ini, Rabu (6/7). Dia juga harus memberikan penjelasan lebih rinci kepada Liaison Committee, bagian dari parlemen yang meneliti kebijakan dan keputusan pemerintah.
Saat mengundurkan diri, Javid dan Sunak sama sekali tak berbicara di muka umum. Namun, surat pengunduran diri yang ditujukan kepada PM Johnson dan diposting di Twitter, terasa sangat kritis.
"Vote of Confidence pada bulan lalu, mestinya bisa menjadi momen kerendahan hati, sandaran, dan arah baru. Namun, jelas bagi saya, situasi ini tidak akan berubah di bawah kepemimpinan Anda. Karena itu, Anda pun. akan kehilangan kepercayaan dari saya," ungkap Javid, dalam surat pengunduran diri bertanggal 5 Juli 2022.
"Saya melayani Anda dengan setia, dan juga sebaagi teman. Tapi, kami semua memprioritaskan melayani negara terlebih dahulu. Ketika harus memilih di antara kesetiaan itu, tentunya hanya ada satu jawaban," imbuhnya.
Sementara Sunak menulis, melepas jabatan Kanselir di tengah situasi ekonomi global yang terimbas pandemi, perang ukraina dan lainnya adalah keputusan yang tidak mudah. Dia juga menyebut, masyarakat Inggris sangat berharap, roda pemerintahan bisa berjalan dengan baik. Dilakoni dengan penuh keseriusan dan kompetensi.
"Saya sadar, ini adalah pekerjaan terakhir saya sebagai menteri. Tapi saya percaya, standar ini layak diperjuangkan. Itu sebabnya, saya mengundurkan diri," ungkapnya.
"Saya sedih meninggalkan kabinet. Tapi, saya sudah sampai pada satu kesimpulan, kita tidak bisa terus begini," imbuh Sunak, yang belum lama ini masuk dalam daftar 250 Orang Terkaya Inggris versi The Sunday Times bersama istrinya, Akshata Murthy dengan harta 730 juta poundsterling atau sekitar Rp 13,08 triliun.
Beberapa menit sebelum Javid dan Sunak mengundurkan diri, Johnson mengakui kesalahan karena telah menunjuk Chris Pincher sebagai Wakil Kepala Penegak Disiplin Pemerintah. Seperti diketahui, belum lama ini, Pincher menghadapi dua tuduhan pelecehan seksual terhadap dua tamu pria, dalam jamuan makan malam pribadi.
"Saya minta maaf kepada semua orang yang terdampak. Pemerintahan ini tidak menyediakan tempat, bagi siapa pun yang menjadi predator atau menyalahgunakan posisi mereka," ucap Johnson.
Di tengah situasi ini, pemimpin partai oposisi mendesak para anggota kabinet lainnya, untuk mengambil langkah yang sama dengan Javid dan Sunak. Ramai-ramai mengundurkan diri. Bos Partai Buruh Keir Starmer pun menyatakan siap menggelar pemilu lebih cepat.
“Era Johnson semestinya sudah berakhir. Karakter dan temperamennya sama sekali tak cocok untuk menjadi Perdana Menteri Inggris. Sampai kapan, situasi ini akan terus berlanjut?” ucap anggota parlemen dari Partai Konservatif yang juga Kepala Penegak Disiplin Pemerintah, Andrew Mitchell kepada BBC, Rabu (6/7).
Namun, tak satu pun anggota parlemen Tory yang mengkritisi kepemimpinan PM Johnson. Menteri Luar Negeri Liz Truss yang ramai disebut sebagai kandidat kuat pengganti Johnson, bahkan menegaskan 100 persen dukungan untuk koleganya.
Menteri lain yang dipastikan tak hengkang dari kabinet adalah Dominic Raab, Michael Gove, Therese Covey, dan Ben Wallace.
Anggota Parlemen Tory yang tak menjabat menteri, Daniel Kawczynski menilai, pengunduran diri para menteri, justru akan memperkuat posisi Johnson. “Mereka kira, pengunduran diri itu bisa merontokkan kekuatan Perdana Menteri. Tapi faktanya, tidak,” ucapnya. (rm id)
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu