Program Untuk Rakyat Tidak Optimal
Kesal Kocek Negara Bocor Terus
JAKARTA - Pemerintah mengakui masih banyak kebocoran pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), lantaran pengawasan terhadap keuangan negara masih sangat lemah. Uang negara yang dikeluarkan tidak sesuai dengan hasil yang diinginkan.
Hal itu diungkapkan Presiden Jokowi dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), di Jakarta, kemarin.
Jokowi mengeluhkan tidak optimalnya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Kebocoran itu terus terjadi, meski dirinya sering mengecek langsung anggaran di instansi pusat maupun daerah. Kondisi itu membuat target yang ditetapkan Pemerintah untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045 tidak mudah.
“Kita lemah dalam pengawasan keuangan negara. Dipelototi, kita turun, itu saja masih ada yang bablas. Apalagi tidak,” ujar Jokowi.
Karena itu, eks Wali Kota Solo itu meminta BPKP melakukan pengecekan lebih mendalam pada program dan anggaran di instansi Pemerintah. Semua data dan temuan menyimpang jangan sampai ditutup-tutupi.
“Saya minta pengawasan itu orientasi bukan prosedurnya, tapi orientasinya hasil itu apa. Banyak APBN dan APBD kita yang berpotensi tidak optimal,” pinta Jokowi.
Mantan Gubernur DKI Jakarta ini mencontohkan, banyak penggunaan APBN ataupun APBD yang tidak tepat sasaran. Misalnya, ada anggaran stunting di APBD salah satu daerah. Anggarannya Rp 10 miliar untuk penanganan stunting. Tapi, yang digunakan untuk membeli makanan bergizi bagi anak-anak stunting tak sampai Rp 2 miliar.
Kapan stunting mau selesai kalau caranya seperti ini,” tegas Jokowi.
Mestinya, kata Jokowi, dari anggaran stunting yang mencapai Rp 10 miliar itu, 80 persennya dialokasikan untuk membeli telur, ikan, daging, sayur-sayuran, dan makanan bergizi lainnya bagi anak yang stunting.
Selain itu, Jokowi mengungkapkan, tidak optimalnya penganggaran Pemerintah juga terjadi pada pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
Di salah satu APBD daerah, dia menemukan ada penganggaran pengembangan UMKM senilai Rp 2,5 miliar. Namun, mayoritas anggarannya digunakan untuk honor karyawan dan perjalanan dinas.
Dari total anggaran itu, kata Jokowi, Rp 1,9 miliar di antaranya digunakan untuk honor dan perjalanan dinas. Sedangkan anggaran yang tersisa Rp 600 juta, masih banyak sekali penggunaannya, yang menurut Jokowi, tidak efektif.
Contoh lainnya, Jokowi membeberkan ada pembangunan balai penyuluhan pertanian dianggarkan Rp 1 miliar. Namun, dari anggaran sebesar itu setelah dicek 80 persennya digunakan untuk honor dan perjalanan dinas lagi.
Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyatakan, APBN merupakan instrumen negara untuk hadir kepada masyarakat. APBN prioritasnya untuk membangun kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), sehingga belanja terbesar APBN 2023 untuk pendidikan dan kesehatan.
APBN hadir untuk masyarakat melalui instrumen Transfer Ke Daerah (TKD) guna memajukan perekonomian daerah.
Selain itu, untuk mendukung UMKM, dukungan dana dari TKD juga diberikan oleh Pemerintah. Antara lain, melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) non-fisik Peningkatan Kapasitas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (PK2UKM) kepada daerah.
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pendidikan | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 9 jam yang lalu