TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Status Pandemi Covid Dicabut

Prof. Tjandra Ingin, Capres 2024 Bawa Isu Kesehatan Promotif Preventif

Oleh: Prof. Tjandra Yoga Aditama
Rabu, 21 Juni 2023 | 19:45 WIB
Foto : Ist
Foto : Ist

JAKARTA - Mantan Direktur WHO Asia Tenggara Prof. Tjandra Yoga Aditama menyampaikan lima hal penting, terkait  dicabutnya status pandemi Covid-19 oleh Presiden Jokowi pada hari ini, Rabu (21/6).

Pencabutan itu menandai resminya Indonesia memasuki fase endemi Covid.

Pertama, hampir semua negara di dunia, saat ini mencatat jumlah kasus dan kematian akibat Covid, yang sudah amat rendah. Turun jauh dibanding waktu-waktu yang lalu.

Dengan alasan itu, pada 5 Mei 2023, WHO menyatakan Covid-19 tak lagi berstatus darurat kesehatan global.

"Hal yang sama juga terjadi di negara kita. Jumlah kasus dan angka kematian akibat Covid sudah rendah sekali. Ini bertahan dalam beberapa bulan ini. Sehingga, sudah pada tempatnya Covid dinyatakan sebagai endemi," jelas Prof. Tjandra dalam keterangannya, Rabu (21/6).

Di sisi lain, Prof. Tjandra menilai, istilah “pencabutan pandemi” mungkin tidak terlalu tepat.

"Pan” artinya semua atau banyak. Jadi, istilah pandemi mengggambarkan keadaan semua atau banyak negara. Katakanlah, keadaan dunia.

Jadi, satu negara tentu dapat mengatakan dirinya sudah endemi. Tetapi, memastikan situasi global masih pandemi atau tidak, adalah kewajiban WHO. Mereka yang menilai keadaan dunia. Bukan satu negara saja," jelas Prof. Tjandra, yang juga Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI dan Guru Besar FKUI.

"Selain itu, kita juga tidak pernah mengeluarkan ketetapan bahwa Indonesia sedang pandemi. Jadi, baiknya, kita tidak perlu menyebut pandemi dicabut. Bisa disebut sudah endemi, bisa juga disebut bahwa kedaruratan kesehatan masyarakat sudah teratasi," imbuhnya.

Ketiga, perlu ditekankan, endemi bukan berarti penyakit sudah tidak ada. Endemi justru menunjukkan penyakit Covid masih ada, walau memang angkanya tidak tinggi.

"Tegasnya, virus SARS CoV2 penyebab COVID masih ada. Pasiennya juga masih akan tetap ada. Yang dirawat di RS juga akan tetap ada. Bahkan, yang meninggal pun masih akan tetap ada. Sama seperti masih ada yang sakit, dirawat, dan meninggal karena penyakit menular lainnya," terang Prof. Tjandra.

Dalam konteks ini, Prof. Tjandra mengingatkan kita untuk tetap menjaga perilaku hidup bersih sehat, agar terhindar dari berbagai penyakit. Bukan hanya Covid, bukan hanya penyakit menular, tetapi juga penyakit tidak menular.

Kalau ada keluhan atau gangguan kesehatan apa pun, jangan diabaikan begitu saja. Tangani dengan seksama. Jangan segan berkonsultasi dengan petugas kesehatan.

Pemakaian Masker

Meski masyarakat umum tidak perlu pakai masker lagi, Prof. Tjandra menyarankan masker tetap digunakan untuk mencegah Covid pada dua kelompok masyarakat.

Yakni lansia dan penyandang komorbid yang masuk ke dalam kelompok yang dicurigai berpotensi tertular penyakit. Serta mereka yang sedang sakit Covid. Bahkan, semua yang sedang terkena penyakit infeksi saluran napas, mestinya tetap pakai masker. Agar tidak menulari orang lain.

Tak kalah penting, masyarakat yang belum disuntik vaksin Covid-19 secara lengkap, sampai booster ke-2, harus bersegera mendapatkan. Sambil menunggu perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran, tentang kebijaksanaan vaksinasi ini.

Saran Untuk Pemerintah

Terkait hal tersebut, Prof. Tjandra mengingatkan pemerintah untuk menjaga kegiatan surveilan, pengamatan penyakit (dan genomik) secara terus menerus. Agar kalau ada gejolak epidemiologi, bisa segera terdeteksi dan tertangani.

Selain itu, pemerintah juga harus meningkatkan riset untuk Covid. Karena masih banyak fenomena ilmiah, yang belum kita kuasai sepenuhnya.

Tak kalah penting, penyuluhan kepada masyarakat harus terus dijaga. Tanpa pemberdayaan masyarakat, masalah kesehatan apa pun tidak akan bisa beres.

"Pemerintah perlu memberi prioritas tinggi terhadap program kesehatan. Semua sektor terkait perlu memberi kontribusi, terhadap derajat kesehatan masyarakat kita," saran Prof. Tjandra.

Menurutnya, pemerintah perlu benar-benar mewujudkan aspek kegiatan promotif dan preventif.

Memang, sudah sejak dulu selalu disebutkan, bahwa ini penting. Tetapi, pada kenyataannya, perhatian lebih berat diberikan pada aspek kuratif, penanganan orang sakit, rumah sakit dan lain-lain.

Memang, pelayanan rumah sakit itu penting. Tetapi, pelayanan kesehatan langsung di masyarakat, juga amat penting.

"Artinya, di hari ke depan, harus ada tindakan nyata bahwa promotif preventif sama pentingnya dengan aspek kuratif," ujar Prof. Tjandra.

Pesan Untuk Capres 2024

Program kesehatan bangsa kita, kata Prof. Tjandra, perlu menunjukkan peran penting dan kegiatan pemeliharaan kesehatan, serta pencegahan penyakit. Sejalan pula dengan penanganan, kalau penyakit sudah timbul.

"Mudah-mudahan, ini akan kita lihat secara nyata pada tahun mendatang. Juga pada program pemerintah baru kelak. Akan sangat baik sekali, kalau para Calon Presiden juga membawa isu kesehatan promotif preventif, sebagai salah satu program utamanya," pungkas mantan Dirjen Pengendalian Penyakit serta Mantan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Kabalitbangkes). 

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo