TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Tertinggi Kedua Setelah India

Ngeri Amat, Setiap Tahun, 969 Ribu Orang Indonesia Kena TBC

Laporan: AY
Rabu, 19 Juli 2023 | 08:30 WIB
Foto : Ist
Foto : Ist

JAKARTA - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menegaskan, pemerintah terus berupaya mempercepat eliminasi penyakit tuberkulosis (TBC), melalui berbagai langkah. Mulai dari menggencarkan surveilans atau deteksi, pengobatan, hingga pemberian vaksin. Apalagi, saat ini Indonesia merupakan negara dengan pengidap TBC terbesar kedua di dunia setelah India, dengan jumlah kasus diperkirakan mencapai 969 ribu.

“Di Indonesia, setiap tahunnya, diperkirakan ada 969 ribu orang yang terkena TBC. Sampai sebelum Covid, paling banyak bisa teridentifikasi 545 ribuan. Jadi, sisanya yang 400 ribu itu tidak terdeteksi. Padahal, ini penyakit menular. Bisa menular ke mana-mana,” papar Menkes dalam keterangannya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (18/7), usai mengikuti rapat terbatas yang dipimpin Presiden Jokowi.

Setelah dilakukan akselerasi pendeteksian pada akhir 2022, Indonesia kini bisa mendeteksi sekitar 720 ribu pengidap, dari sebelumnya hanya sekitar 540 ribu.

Menkes berharap, angka tersebut bisa naik menjadi 90 persen dari estimasi 969 ribu pengidap TBC.

“Dengan agresivitas dari program pemerintah, yang ketemu atau yang terdeteksi, naik menjadi 720 ribu. Kita harapkan, sampai 2024, 90 persen dari estimasi yang 969 ribu itu bisa ketemu atau terdeteksi,” imbuhnya.

Untuk meningkatkan angka deteksi tersebut, Menkes mengungkap, Presiden telah memberikan arahan, agar Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan Kementerian Dalam Negeri serta Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.

Terkait pengobatan, Presiden memberikan arahan, agar disiapkan karantina khusus berdekatan dengan lokasi di mana tuberkulosis itu terjadi.

Selain ditujukan untuk mencegah penularan ke keluarga pengidap, karantina juga diharapkan bisa membuat pasien pengidap TBC disiplin meminum obat. Mengingat pengobatan TBC berlangsung dalam waktu enam bulan, dengan minimal dua bulan penuh sampai obatnya bereaksi.

"Arahan Bapak Presiden, selama dua bulan ini, perlu disiapkan karantina khusus. Kalau bisa, dekat dengan masing-masing lokasi terjadinya tuberkulosis," ucap Menkes.

Terkait vaksinasi, pemerintah kini tengah melakukan kajian, untuk mendatangkan vaksin TBC baru. Karena efektivitas vaksin BCG dinilai rendah.

Menkes menyebut, Indonesia telah berpartisipasi aktif dengan organisasi dunia. Saat ini, sudah ada tiga potensi vaksin baru yang akan didatangkan.

“Yang paling dekat adalah vaksin yang ditemukan Glaxosmithkline (GSK), kemudian diambil alih oleh Bill and Melinda Gates Foundation. Sekarang, sedang dalam proses melakukan clinical trail di Indonesia, kerja sama Kemenkes dengan Universitas Indonesia dan Universitas Padjadjaran, juga dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM),” beber Menkes.

“Ada dua lagi kandidat vaksin mRNA, yang kita kerja samakan dengan pihak luar negeri. Kalau mRNA kan lebih cepat, kayak Pfizer dan Moderna. Jadi, ada tiga kandidat vaksin TBC baru, yang sedang kita kaji penggunaannya,” sambungnya.

Mengenai alokasi anggaran, Menkes menuturkan, pemerintah juga mendapat donasi dari sejumlah pihak seperti dari Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID), yang nilainya mencapai 70 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau Rp 1,05 triliun untuk program pengentasan TBC.

Anggaran tersebut tidak hanya digunakan oleh pemerintah, tetapi juga oleh lembaga-lembaga masyarakat, untuk membantu mengentaskan TBC.

“Khusus TBC, dari sisi anggaran nggak masalah. Karena donasi yang kita dapat, lebih besar dari anggaran pemerintah," pungkas Menkes. 

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo