TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Banteng Merasa Dikeroyok, Ganjar Kenang Nasib Jokowi Di 2014

Oleh: Farhan
Senin, 14 Agustus 2023 | 08:47 WIB
Ganjar Pranowo. Foto : Ist
Ganjar Pranowo. Foto : Ist

JAKARTA - PDIP dan capresnya, Ganjar Pranowo, menanggapi bergabungnya Golkar dan PAN ke koalisi Prabowo Subianto dengan nada sumbang dan nada optimis. Partai berlogo Banteng itu, merasa akan dikeroyok di Pilpres 2024. Meski dikeroyok, Ganjar yakin tetap bisa mengulang nasib baik Jokowi di Pilpres 2014, yang tetap menang meski juga “dikeroyok” lawan. 

Ketua DPP PDIP Said Abdullah menghormati pilihan Golkar dan PAN yang bergabung dalam koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR) bersama Gerindra dan PKB. "Itu cerminan demokrasi tumbuh dengan baik," kata Said.

Said mengakui, saat ini kekuatan Prabowo sangat besar. Sebab, Prabowo didukung oleh partai-partai yang memiliki kursi banyak di parlemen. 

Apakah PDIP gentar? "Tidak," tegasnya.

Said mengenang, Capres PDIP “dikeroyok” lawan politik bukan saat ini saja. Pada Pilpres 2014, Capres PDIP, Jokowi, juga dikeroyok oleh koalisi Prabowo. Saat itu, Prabowo didukung Gerindra, Golkar, PAN, PKS, PPP, dan Demokrat. Sedangkan Jokowi hanya didukung PDIP, PKB, NasDem, dan Hanura.

Said pede, bisa mengulangi kesuksesan itu. "Dalam keyakinan politik kami, kerja cerdas dan kepedulian tinggi ke akar rumput bisa merebut dukungan rakyat lebih besar. Itulah yang akan terus kami pedomani sebagai jalan politik untuk memenangkan Ganjar Pranowo," kata Said.

Said pun meminta seluruh kader dan mitra koalisinya tetap tegak melalui jalan terjal politik. 

Pesan lainnya, dia meminta seluruh kader tidak terlena dengan kekuasaan dan melupakan jati diri sebagai partai yang disokong barisan pemberani.

Ketua Banggar DPR ini lantas membeberkan kekuatan poros pendukung Ganjar, yaitu PPP, Perindo, dan Hanura. Kata dia, PPP memiliki barisan kiai dan santri dalam jalan dakwah politik. Lalu, Perindo kuat di industri media. Sedangkan Hanura punya pendukung yang patut diperhitungkan, khususnya di luar Jawa.

"Modal politik ini saling melengkapi. PDIP dengan kekuatan politik yang ada merasa besar hati atas konfigurasi politik ini. Karena konfigurasi politik dengan latar belakang yang beragam dan saling melengkapi telah menjadi modal dasar politik yang penting untuk memenangkan Ganjar," ucap Said.

Ganjar menyampaikan hal serupa. Dia mengaku terinspirasi kemenangan Jokowi-JK di Pilpres 2014. Secara jumlah dukungan, sebenarnya Koalisi Indonesia Hebat (KIH) yang mendukung Jokowi-JK kalah jauh dari Koalisi Merah Putih (KMP) yang mendukung Prabowo-Hatta. Namun, dalam pencoblosan, Jokowi-JK sukses mengungguli Prabowo-Hatta.

"Menurut saya, itu (koalisi besar Prabowo) biasa saja. Dan kisah ini pun pernah terjadi pada 2014. Saat itu yang mendukung lawannya Pak Jokowi itu juga sama," kenang Ganjar, di Puri Gedeh, Semarang, kemarin.

Ganjar pun tak memusingkan dengan sikap Golkar dan PAN yang memilih bergabung dengan Prabowo. Dia justru memberikan ucapan selamat. Menurutnya, dalam demokrasi, pilihan politik memberikan dukungan merupakan hal biasa. Tinggal masing-masing pihak saling menghormati.

"Pasti beliau-beliau juga sudah memberikan keputusan. Sudah punya catatan-catatan harus merapat ke mana," kata Ketua Umum Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) itu.

Ganjar sadar betul, jelang pendaftaran bakal Capres-Cawapres, semua partai tengah bernegosiasi. Ketika ada partai yang merapat ke salah satu koalisi, itu merupakan hak politik mereka. Namun, ia meyakini konstalasi politik masih bisa berubah sampai penutupan pendaftaran Pilpres.

"Buat kami, yang sudah mendeklarasikan tentu ini adalah bagian dari ikhtiar untuk berkomunikasi secara baik. Baik yang sudah mendukung maupun yang belum. Suasananya masih sangat cair sekali," imbuhnya.

Yang terpenting saat ini, lanjut Ganjar, para politisi mampu menjaga demokrasi berjalan dengan baik. Sehingga tidak banyak energi terbuang percuma untuk sekadar perbedaan pilihan politik.

Sementara, pengamat politik dari Universitas Jember Hermanto Rohman menilai, komposisi koalisi pendukung Prabowo akan memengaruhi peta koalisi lainnya. Koalisi PDIP bisa saja terdongkrat naik, dan di saat yang sama koalisi pendukung Anies Baswedan menjadi terancam.

"PDI Perjuangan pasti akan menjajaki kemungkinan bergabungnya Demokrat. Bahkan bisa juga Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh beralih ke kubu PDI Perjuangan," ucapnya

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo