TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers

Pembelian F-15EX Dari Amerika Dan Keberhasilan Diplomasi Pertahanan Indonesia

Reporter: AY
Editor: admin
Selasa, 29 Agustus 2023 | 09:28 WIB
Wakil Menteri Pertahanan Republik Indonesia M. Herindra. Foto: Ist
Wakil Menteri Pertahanan Republik Indonesia M. Herindra. Foto: Ist

JAKARTA - Dalam kunjungan kerja ke Amerika Serikat minggu lalu, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menorehkan sebuah momentum penting bagi dunia pertahanan Indonesia; yaitu penandatanganan Memorandum of Understanding (MOU) sebagai komitmen pembelian 24 unit pesawat tempur canggih, F-15 EX. Penandatanganan MOU ini, dilakukan langsung dan difasilitas Boeing di St.Louis, Missouri.

Momentum ini masih berlanjut dengan ditandatanganinya perjanjian industri pertahanan antara Indonesia dan Amerika Serikat terkait pengadaan 24 helikopter Sikorsky S-70M Black Hawk tipe GFA. Dalam perjanjian pertahanan ini, pihak Kementerian Pertahanan (Kemhan) melibatkan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) yang ditunjuk menjadi bakal mitra bagi Lockheed Martin – sebagai produsen dari helikopter ini. Tujuannya jelas, Kemhan menginginkan terjadinya proses Transfer-of-Technology (TOT) dari Amerika kepada Indonesia; yang tentunya akan berdampak sangat positif bagi pertumbuhan Industri Pertahanan Nasional di Indonesia.

Jet tempur F-15EX adalah versi paling mutakhir dari pesawat F-15 yang pernah dibuat oleh Amerika Serikat. Pesawat tipe ini memiliki fitur kontrol penerbangan digital fly-by-wire, sistem peperangan elektronik, kokpit kaca digital, serta kemampuan perangkat lunak terkini. Spesifikasi lain dari pesawat ini adalah kapasitas angkutnya yang mencapai 13,3 ton -- hingga memungkinkan jet tempur ini mengintegrasikan berbagai senjata, mulai dari rudal udara ke udara (air-to-air missile), rudal serang darat (air-to-ground missile), hingga bom pintar.

Dengan keseluruhan perangkat tempur ini, F-15EX menjadi alutsista yang multi-misi: superioritas udara, pertahanan darat, dan pengamanan wilayah laut; maka pantaslah jika Menhan Prabowo mengatakan bahwa pesawat tempur ini akan melindungi dan mengamankan wilayah Indonesia dengan kemampuan mutakhirnya.

Dengan keseluruhan perangkat tempur ini, F-15EX menjadi alutsista yang multi-misi: superioritas udara, pertahanan darat, dan pengamanan wilayah laut; maka pantaslah jika Menhan Prabowo mengatakan bahwa pesawat tempur ini akan melindungi dan mengamankan wilayah Indonesia dengan kemampuan mutakhirnya.

Berbicara tentang spesifikasi alutsista buatan Amerika ini, tentu berkaitan langsung dengan proses modernisasi alutsista yang tengah gencar dilakukan oleh Kemhan. Namun, sebenarnya ada isu yang lebih penting di balik semua proses ini, yaitu diplomasi pertahanan yang berhasil dari Menhan Prabowo Subianto – terlebih dengan melihat pada konstelasi geopolitik dan geostrategis yang tengah mengemuka saat ini.

Kita pahami bahwa “dunia tidak sedang baik-baik saja” saat ini. Konflik terbuka masih terus berlangsung antara Rusia dan Ukraina. Di Kawasan Indo pasifik, tensi juga memanas sebagai dampak uji coba nuklir yang dilakukan oleh Korea Utara. Tensi keamanan juga terus bereskalasi di Laut China Selatan antara negara-negara di Asia Tenggara terhadap China sebagai dampak saling klaim kedaulatan atas wilayah laut yang strategis tersebut, serta memanasnya tensi antara Taiwan dan China.

Indonesia sendiri tetap konsisten mengedepankan diplomasi luar negeri yang Bebas dan Aktif; dan sebagai akar dari hubungan internasional Indonesia yang senantiasa diemban oleh Presiden Joko Widodo; maka, diplomasi pertahanan Indonesia ini tentu harus sejalan dengan kebijakan besar Indonesia.

Dalam merespons situasi global ini, Indonesia harus mampu meningkatkan kapasitas pertahanannya. Salah satu kebijakan yang ditempuh adalah melakukan diversifikasi alutsista agar tingkat ketergantungan kita pada pasokan alutsista impor tidak mempengaruhi kemampuan kita untuk bertahan dari berbagai potensi serangan lawan. Kebijakan lain yang kita tempuh adalah meningkatkan kapasitas industri pertahanan nasional dengan target akhir menjadi pendukung kekuatan ekonomi nasional pun menjadi bagian dari rantai pasok dunia.

Menhan Prabowo juga melakukan pendekatan ke Prancis untuk dapat menghadirkan pesawat tempur baru, tanpa harus menciptakan ketegangan dengan negara-negara lain. Prancis kemudian bersedia melepas 42 pesawat tempurnya, Dassault Rafale dari Dassault Aviation, kepada Indonesia. Prancis sendiri adalah anggota NATO.

Kesepakatan mengakuisisi jet tempur dan helikopter serbu buatan Amerika ini sekali lagi menunjukkan keberhasilan diplomasi pertahanan dari Menhan Prabowo – sekaligus juga refleksi dari kebijakan Presiden Joko Widodo, yang terbukti berhasil meningkatkan kepercayaan (trust) internasional kepada Indonesia; apalagi dengan menoleh pada dekade sebelumnya, dimana Amerika tidak bersedia melepas lethal weapons mereka kepada Indonesia, kendati kebijakan embargo telah secara parsial dihapuskan.

Dengan menguatnya kepercayaan internasional pada Indonesia, niscaya upaya modernisasi alutsista untuk matra-matra lain -- yaitu Laut dan Darat -- dapat terus dilakukan. Upaya ini tentu diimbangi dengan kebijakan memajukan industri pertahanan nasional yang diharapkan menjadi wadah bagi serapan teknologi. Kelak, kita bisa berharap bahwa sistem pertahanan Indonesia akan semakin mandiri dan kuat.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
RM ID
Banpos
Satelit